V. What The...!

2K 168 44
                                    

"Now I need someone to breathe me back to life."
-Stitches- Shawn Mendes-

***

Jangan lupa vote(tekan bintang dipojokan) dan comment ya ☺
Diizinkan untuk spam kok 😍

Dan jangan lupa juga tambahkan cerita ini ke library kalian, biar nanti dapet notif kalo aku update 💜💜

***

Allana kembali ke kelas dengan perasaan bercampur aduk. Sedari tadi ia terus menggigit bibir--- kebiasaan yang selalu dilakukan ketika ia merasa tidak tenang.

Belum juga selesai dengan urusannya dan Aldo. Ucapan para siswa di sepanjang korirdor membuat Allana merasa ingin menghilang saja. Bukan... bukan karena Allana merasa takut. Hanya saja kepalanya terasa ingin pecah. Terlalu banyak hal yang berputar di sana.

"Dia yang nyium atau Aldo duluan yang nyosor?"

"Gue udah nebak dia sih yang nempel. Tapi gue nggak habis pikir kalo cewek di foto itu dia."

"Body gue lebih oke."

"Pas di samperin Aldo dia nggak ngaku. Segala bilang bukan dia lagi. Bitch banget."

Adalah beberapa kalimat ejekan yang masuk ke telinganya. Sepanjang lorong semua orang menatap Allana tanpa sedetik pun berpaling. Demi Tuhan, mereka semua adalah perempuan. Allana tidak tau mengapa seorang perempuan bisa membeci perempuan lainnya saat mereka sama-sama perempuan.

Dibanding menyahuti satu persatu, Allana lebih mempercepat langkahnya ke kelas. Lagi pula tidak masalah mendapat hinaan. Allana hanya perlu menutup kupingnya, lalu semua hinaan itu hilang.

Sesampainya di depan kelas, Allana memantapkan hatinya membuka pintu. Biasanya anggota kelas akan acuh akan kehadiran Allana. Hanya bertepuk tangan dengan meriah ketika Allana mendapat nilai A di setiap ulangan atau berdecak kagum saat Allana berhasil menjawab soal sulit di papan tulis. Dan sesekali berbisik meminta jawaban saat ulangan. Hanya sebatas itu.

Tapi kali ini berbeda. Jovi yang bahkan sedang memainkan gitarnya sampai berhenti. Membuat susana kelas yang tadinya riuh kini berubah hening dan.... mencengkam.

Allana berdehem. Mengabaikan teman-temannya dan berjalan cepat ke tempat duduknya. Kayla belum kembali---mungkin masih di kantin bersama Arka dan Jordy.

Allana merogoh lacinya, mengambil buku sejarah lalu mulai membacanya untuk mengabaikan tema-temannya yang masih menatapnya. Saat akan membalik halaman seoseorang duduk di tempat Kayla. Allana menoleh, menatap Sabina yang sedang menopang dagu---juga menatapnya.

Salah satu sistem di Nusa Bangsa adalah tetap mensekelaskan setiap siswanya di kelas yang sama mulai dari masuk hingga lulus. Jadi selama dua tahun berada di kelas yang sama Allana hanya sesekali mengobrol dengan Sabina. Hanya saat mereka berada di kelompok yang sama. Itupun saat Allana emastikan nama Sabina benar-benar tidak menggunakan huruf R.

"Lo ada main sama Aldo?" Tanyanya to the point.

Sudah bukan rahasia lagi jika Sabina menyukai Aldo. Di rentetan para wanita yang menyukai Aldo, Sabina berada di nomor sekian. Hampir setiap hari Allana mendengar Sabina membual tentang Aldo. Dan itu benar-benar membosankan.

"Nggak." Jawab Allana singkat.

Sabina memasang ekspresi pura-pura terkejut, membuat Allana menyerit. "Apa sekarang lo jadi pemuas nafsu?" kekehnya sinis.

Best MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang