06

273 30 0
                                    


Setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya Jeje keluar  dari kamar mandi. Dengan cepat, Eve pura pura tidur di tempat tidur barunya.

"Lah? Udah tidur aja. Tumben" dari ekor mata Eve, dia bisa melihat gadis itu sudah menaiki tempat tidurnya, menarik selimutnya hingga leher.

Eve menunggu sampai Jeje benar benar tertidur pulas. Setelah dirasa Jeje sudah pulas, akhirnya dia bangun dan berjalan mendekat ke kasur Jeje.

Perlahan tubuh kucingnya diselimuti asap putih. Diantara asap putih itu, Eve mulai merubah wujudnya. Tapi, bukan wujud manusia dengan telinga dan ekor kucing yang biasa Eve tunjukan ke Jeje. Bisa dibilang sih Eve berubah menjadi sosok aslinya.

Tubuh tinggi tegap, bola mata sekelam malam dengan tatapan yang tajam tapi mempesona, kulit pucatnya yang bersih, hidung mancung, rahang yang tajam dan jangan lupakan sebuah taring yang bertengger manis di dalam mulutnya.

Eve mulai berjalan mendekati Jeje yang sudah pulas tidurnya. Menurunkan sedikit selimut yang menutupi bagian leher Jeje.

"Maaf" ucap Eve yang hampir terdengar seperti sebuah bisikan.

Eve mulai naik keatas tempat tidur Jeje, menindih tubuhnya dan menjadikan kedua lengannya sebagai sanggahan yang menahan bobot tubuhnya.

Dengan perlahan, Eve mulai menancapkan taringnya keleher Jeje. Menghisapnya secara perlahan. Bisa Eve rasakan darah yang mengaliri tenggorokannya.

"Wah... Aku tidak pernah menyangka kau punya darah semanis ini" ucap Eve yang lagi lagi seperti berbisik. Dia tidak mau membangunkan Jeje. Eve menancapkan kembali taringnya. Menghisap darahnya.

Setelah dirasa cukup, Eve melepas tancapan taringnya dari leher Jeje. Menjilat bekas gigitannya agar hilang tak berbekas, walaupun lukanya hilang, Jeje masih bisa merasakan sakitnya.

Malam ini, Eve bisa tidur dengan tenang setelah dia meminum darah. Sudah hampir satu bulan dia tidak minum darah, apalagi darah manusia.

♥♥♥♥♥♥

Sinar matahari yang mengintip di sela sela gorden masuk dan mengganggu tidurku. Ah, padahal aku masih ingin tidur lagi. Mumpung hari ini toko kue ku tutup.

Saat aku ingin bangun dari tempat tidurku, aku merasakan ngilu dibagian leher ku. Apa aku salah bantal semalam?

"Aw!" sungguh, aku tidak main main. Ini sangat sangat sakit. Aku tidak tau apa yang terjadi.

"Je, ada apa?" aku melihat Kiki di bawah tempat tidur ku dengan tubuh kucingnya.

"Aku tidak tau. Leher ku. Rasanya sakit sekali. Seperti ditusuk dengan jarum" ucap ku.

Ku lihat Kiki berubah dan duduk di pinggir tempat tidur ku. Ah, kenapa dia selalu berubah seperti itu sih?! Tubuh mungil yang bahkan masih tinggian aku, walaupun dengan tubuh semungil itu, tenaga dia tidak main main loh. Dan jangan lupakan telinga dan ekor kucing yang menempel di tubuhnya.

"Kau terlihat seperti anak kecil Ki" ucap ku.

"Kenapa memangnya? Apa aku terlihat imut?" tanya nya. Ini nih, pertanyaan yang membuat ku malas dengannya. Aku memutar bola mata ku malas.

"Aku ingin tau wujud asli mu"

"Apa kau yakin?"

Pertanyaannya membuatku menjadi tidak yakin untuk mengetahui wujud aslinya. Tapi rasa penasaran ku lebih kuat daripada ketidak yakinanku. Dengan ragu ragu aku menganggukan kepala ku.

Dia mulai mendekat ke arah ku.

"Belum saat nya kau mengetahui wujud asli ku, Je" ucapnya di telingaku. Membuat badan ku merinding seketika.

A CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang