Chapter 2: Do you know when it's all right to chicken out and go home?

2.3K 286 47
                                    

"Jangan pernah berpikir menggunakan pisau buah untuk menyayat tanganmu!" seru Chuuya ketika menyiapkan makan malam.

Dazai menaruh bendanya kembali dalam keranjang buah kemudian mengekori Chuuya. Lelaki itu mengikutinya meskipun hanya bergeser beberapa langkah.

"Tidak bisakah kau duduk saja? Aku tidak setega menaruh racun dalam makananmu. Jadi tenanglah dan jangan mengikutiku," omel Chuuya.

Alih-alih menurut, Dazai justru menyandarkan dagu di ceruk leher Chuuya. Membuat lelaki pemilik rumah menjadi tegang sendiri. Tangannya yang sedari tadi memotong sayuran seketika terhenti.

"Sepertinya enak," gumam Dazai, terdengar jelas di telinga Chuuya karena jarak dekat mereka.

"Menyingkir," usir Chuuya.

Dazai menurut dan mengambil satu langkah mundur sementara Chuuya melanjutkan kegiatan memotong sayurnya. Ia akan memasak soba untuk makan malam. Terserah Dazai akan menyukainya atau tidak. Sejauh ini belum ada protes yang melayang.

Chuuya memasukkan sayuran ke dalam panci. Sesekali ia menengok ke belakang, memastikan Dazai tidak melakukan sesuatu yang aneh. Lelaki itu hanya bersandar di meja makan sambil memperhatikan seisi dapur.

"Apa kau tidak menyimpan minuman apapun selain air?" tanya Dazai. Ia kembali berjalan menghampiri Chuuya- atau mungkin kabinet di atas kepalanya.

"Tepat sekali," gumam Dazai sambil mengambil satu botol minuman beralkohol.

Chuuya ingin sekali menyikut lelaki amnesia itu, namun teringat tangannya sedang memegang botol kaca kesayangan. Kalau botol itu pecah, maka dapurnya akan berantakan.

"Serasa rumah sendiri, hum?" sindir Chuuya sambil menatap Dazai sinis.

"Soba sangat cocok dengan isi botol ini," komentar Dazai, kemudian mengedipkan sebelah matanya.

Chuuya mendengus pelan. Ia mematikan api kompornya dan memindahkan masakannya ke atas meja makan.

"Aku harus bekerja besok. Minum akan membuat konsentrasiku buyar."

"Aku tidak bilang kita akan minum bersama," Dazai menaruh botol kaca itu di atas meja, "Chuuya-san."

"Tapi itu milikku," balas Chuuya sambil memicingkan kedua matanya.

Dazai mengambil tempat di meja makan dan membuka botolnya, meminumnya langsung. Chuuya melihat bagaimana Dazai menghabiskan setengah isi minumannya.

"Aku mengurungkan niat memberi soba ini untukmu," kesal Chuuya. Ia ikut duduk di hadapan Dazai dan menatapnya jengkel.

Dazai menyodorkan botol minuman itu ke arah Chuuya, "Setengah untukmu."

Chuuya terdiam sejenak sementara Dazai menarik panci sobanya mendekat, "Setengah untukku."

Desahan puas terdengar beberapa saat setelahnya. Dazai menikmati separuh sobanya dengan cepat.

"Oi," interupsi Chuuya.

Dazai melirik azure itu sekilas. Kemudian kembali menuntaskan jatahnya.

"Setengah itu jumlah yang cukup adil," ujar Dazai setelah mengusap mulutnya.

Chuuya menyandarkan dagu di atas meja, "Apa ingatanmu sudah kembali?"

"Belum," balas Dazai singkat.

Chuuya merebut panci sobanya. Ia merasa lapar sejak memasak tadi dan Dazai baru saja merusak suasana hatinya. Lelaki itu menghabiskan sisa sobanya dengan perasaan dongkol.

"Chuuya-san."

Yang dipanggil mendongak sebal.

"Apa kau seorang carrier*?"

[√] mikrokosmos | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang