Anna merasa terganggu mendengar kebisingan di sekitarnya. Kelopak matanya dibuka perlahan. Tampak olehnya Biyu berdiri di sebelah petiduran dan gadis berambut oval yang kini melipat tangannya di dada dan memandang ke arah mereka berdua dengan penuh selidik.
Tante Nita yang sedari tadi menghilang, kini juga telah berdiri di ambang pintu kamar. Warna wajah Anna yang putih cerah, kini pucat seketika bak melihat makhluk astral. Kejadian ini benar-benar di luar dugaannya.
“Aku bersumpah tidak melakukan apa-apa Tante. Aku cuma menggangkatnya ke kamar karena ia tak sadarkan diri.” Biyu menjelaskan perihal yang terjadi saat tak ada siapapun ketika Anna jatuh pingsan.
Wajar saja mereka tidak percaya. Jika seorang laki-laki dan perempuan berduaan memang rentan bisikan-bisikan halus di sekitar mereka. Apalagi di dalam ruang yang sifatnya privasi. Tetapi Biyu tidak punya pilihan lain. Ayah dan ibunya telah mendidiknya menjadi anak yang pandai berempati dan peduli kepada lingkungan sekitar. Melihat Anna kesusahan dan bisa saja ia celaka terbentur dengan sudut tangga, membuat hati Biyu tak bisa abai seolah tak terjadi apapun di hadapannya. Hanya orang-orang yang berjiwa kerdil saja yang mampu membiarkan orang lain menderita di depan matanya.
Anna menyelidik ke sekujur tubuhnya. Tidak ada perubahan.Ia masih lengkap dengan setelan baju dan celana kaos pendek seperti biasa ia pakai di rumah.
“Biyu benar. Anna baik-baik saja, kok.” Anna ikut menguatkan penjelasan Biyu yang terkejut dengan suara Anna. Ia tidak menyadari, kalau Anna telah sadar kembali.
“Nah, kalian dengar sendiri,kan?” Biyu menegaskan perkataan Anna.
“Hah, kalian udah bersekongkol rupanya, ya. Biyu, aku kecewa padamu. Aku pikir, kau pria baik-baik. Ternyata kau sama saja seperti yang lain,” kata gadis teman sekelas Anna yang kini menangis sambil berlari menuruni anak tangga.
“Anna! Aku tunggu penjelasanmu tentang ini!” Tante Nita kini mengikuti anak gadisnya meninggalkan mereka berdua kembali.
Biyu minta maaf dan berpamitan pada Anna. Ia tak menduga kalau akan terjadi peristiwa ini. Ternyata, tak semua kebaikan akan berakhir baik. Begitu rumit menjadi orang baik ternyata. Kalau diam saja, dianggap tidak peduli. Bila berbuat, belum tentu diterima dengan baik.
Biyu tiba di rumah dengan perasaan carut marut. Masih terbayang di pelupuk matanya bagaimana Anna menangis, menjerit histeris di depannya pagi tadi. Ia bukanlah laki-laki yang suka menyakiti wanita. Ayah telah memberinya contoh agar menjadi lelaki ksatria yang bertanggung jawab dan pelindung.
Ia ingat nasihat Ayah suatu ketika saat sedang berseteru dengan adiknya suatu masa” Nak, laki-laki itu pelindung bagi wanita. Jika ia bengkok maka tugas kita meluruskan. Berseteru dengannya hanya akan menjatuhkan wibawa kita sebagai lelaki.”
Panggilan dari corong-corong masjid agar hamba Allah segera mendatangi rumah-Nya mulai menggema. Mengiringi sang raja siang yang akan memasuki rimba malam.
Ruma Biyu tak begitu jauh dari masjid. Saat tiba di masjid, Biyu bertemu dengan Ayah yang sudah berada di saf paling depan. Walaupun Ayah seorang pengacara yang sibuk, tidak pernah lupa meluangkan waktu untuk hadir sebelum adzan berkumandang. Kata ayah, shaf yang paling utama untuk laki-laki ada di depan.
Biyu menuju tempat wudhu laki-laki di sebelah kanan mesjid. Ia mulai membasuh kedua tangannya dan mengakhiri dengan membasuh kaki sampai mata kaki.
Shalat dimulai. Entah kenapa, bayangan Anna menangis masih menari indah di ingatan. Biyu berusaha untuk kembali khusuk dengan shalatnya. Sampai shalat selesai, bayangan saat Piu tertabrak sampai Anna yang menangis, terus saja menganggu pikirannya walau berulang kali ia berusaha kembali menghadirkan hati menghadap Rabbnya.
Hingga tiba di rumah dan berjumpa Ayah, Biyu tak sabar untuk langsung bercerita perihal yang dialaminya pagi tadi.Ayah tersenyum simpul. Ia paham kekalutan yang dialami Biyu.
“Cie,cieeee...jadi Abang kenalan sama cewek nih ceritanya.” Teguran Annisa adik perempuan Biyu yang tiba-tiba muncul di ruang tamu, sungguh membuat Biyu kesal setengah mati,” Kamu ini bikin kaget orang saja.” Biyu menepuk kepala Annisa yang berambut lurus sebahu.
“Aww, sakit tau,” ujar Annisa menepis tangan Biyu.
“Makanya! jangan suka ikut campur urusan orang. Pakek cie cie lagi.” Mata Biyu melotot ke arah adiknya.
“Annisa tadi dengar kok, Abang sedih kan...lihat cewek itu nangis kehilangan kucingnya...eh, siapa nama cewek itu?” Cecar Annisa kemudian berlari mengitari Ayah menghindari serangan Biyu.
(Bersambung)
![](https://img.wattpad.com/cover/183303232-288-k835973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET GARDEN (Telah Menjadi Novel dengan Judul Gadis Tanpa Senyuman)
RomanceGadis cantik yang kehilangan kedua ayah dan ibu secara tragis. Perjalanan hidup membuatnya harus tinggal bersama keluarga tante yang tidak menginginkannya. Ia amat merindukan keluarga yang harmonis seperti sedia kala. Hingga takdir mempertemukannya...