#6 Berpisah

37.2K 2.9K 79
                                    

Komentarnya gak masuk-,- tapi gpp liburan update sudah cukup jadi akikah update lagi :'v

Okelah kali ini masuk dong pelis.

HAPPY READING🌟

Zaya mulai mengemas barang-barangnya kedalam koper tanpa ada yang membantu. Sejak kemarin Ibunya masih tidak menyapanya bahkan sarapan pun ibunya tidak memanggilnya malah Guntur yang membawakan sarapan untuk Zaya. Sedangkan sang ayah? Kata Guntur sang ayah belum keluar kamar.

Tentu saja Zaya merasa bersalah pada orang tuanya dan yang paling parah kepada sang Ayah. Zaya tau disini yang paling kecewa adalah ayahnya mengingat bagaimana sang ayah sangat protective kepadanya. Hingga pada akhirnya Zaya hanya berharap ini semua tidak menganggu kesehatan sang ayah.

Kini Zaya telah selesai mengemas barang-barangnya di saat bersamaan pula lah Guntur masuk kedalam kamarnya dan tersenyum.

"Udah beres dek?" tanya Guntur lalu diangguki oleh Zaya.

"Udah bang." jawab Zaya sambil mengangkat tas ranselya dan akan menarik kopernya.

"Ya udah sini abang bawain ke mobil, pesawatnya berangkat jam 11 siang. Masih ada 1 jam buat ke bandara." ucap Guntur sambil menuju koper Zaya paling besar. Sedangkan Zaya yang akan memakai ransel besarnya langsung dilarang oleh Guntur.

"Kamu jangan bawa itu dek! Sini aku pake aja. Kamu bawa tas kecil aja. kasihan kandunganmu. Jangan bawa berat-berat." larang Guntur. Zaya tersenyum lalu menyerahkan tas punggungnya lalu Guntur langsung memakainya dan keluar kamar sambil menyeret koper Zaya.

Sebelum menutup kamarnya Zaya memandangi ruangan Zona nyamannya ini. Ia pasti akan merindukan tempat ini setahun ke depan dan ketika waktu itu datang, suasananya tidak lagi sama. Ia tak akan tidur sendiri melainkan ditemani malaikat kecilnya yang masih di dalam rahimnya. Zaya tersenyum sambil mengelus perutnya.

Mama tidak akan membenci kamu meskipun kehadiran kamu tidak pernah diinginkan, tapi mama yakin Allah sudah mempercayai mama untuk bisa menjaga kamu.

Zaya menutup pintu kamarya pelan. Ia berjalan menuju garasi depan menyusul Guntur. Zaya tidak berani berpamitan pada orang tuanya karena ia sudah merasa malu pada mereka. Saat sudah di garasi Zaya melihat Guntur yang sudah selesai memasukkan barang-barang Zaya.

"Abang beneran bisa nganter Zaya sampai Bali?" tanya Zaya.

"Iyalah dek. Abang gak tega biarin kamu sendirian ke rumah nenek apalagi dengan keadaan kamu yang kayak gini. Abang bela-belain cuti tiga hari loh." ucap Guntur sambil menutup bagasi.

"Ayok." ajak Guntur lalu masuk ke kursi kemudi diikuti Zaya yang duduk di samping Guntur.

Guntur tidak langsung menyalakan mobilnya "bang, kok gak berangkat-berangkat?" tanya Zaya karena Guntur tak segera menyalakan mesin mobil.

"Bentar." ucap Guntur singkat. Pria itu malah bermain ponselnya.

Tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka lalu menutup. Zaya menoleh dan terkejut melihat kedua orang tuanya sudah duduk di kursi penumpang. Guntur ikut menoleh dan mengangguk.

"Oke kita berangkat." ucap Guntur lalu mulai menjalankan mobilnya.

Zaya tentu bingung, mungkinkah orang tuanya juga mengantarnya?

🌟🌟🌟.

"Sayang, kamu kapan pulang?"

"Nanti sore Abi pulang. Besok kita kerumah Zaya ma." jawab Abian sambil melepas kancing kemejanya. Ia baru saja kembali ke hotel setelah selesai meninjau proyeknya di Bali.

"Bagus. Mama kira masih lama soalnya masalah di Bali cukup berat Bi. Ini semua salah papa kamu yang terlalu ngelonggarin peraturan diperusahaan."

"Abian udah selesain semua." jawab Abian singkat sambil memijat pelipisnya pelan.

"Ya sudah, kamu segera packing aja abis itu cepetan balik. Semua urusan lamaran udah mama urus."

Abian tersenyum pelan lalu menutup teleponnya. Ia tau ia bisa mengandalkan Mamanya dalam hal ini, ia juga senang mamanya langsung bersemangat menerima Zaya sebagai menantunya. Ini semua akan semakin mudah. Tinggal meluluhkan Zaya dan keluarganya dan pernikahan harus terlaksana bulan ini juga!

Abian kira ia akan lebih lama di Bali namun setelah ia fikir-fikir ia akan menghabiskan semua permasalahan ini sampai nanti sore. Semakin cepat semakin baik karena ia ingin segera memiliki Zaya seutuhnya secepat mungkin.

🌟🌟🌟🌟

"Ayah, ibu Zaya pamit." suara Zaya terasa tercekat ketika mengucapkan kalimat itu.

Nerra menghembuskan napasnya berat, bagaimanapun Zaya putrinya. Nerra langsung memeluk Zaya erat sambil menangis lalu diikuti Zaya yang juga ikut menangis.

"Jaga diri kamu dan anak kamu, jangan beraktifitas berat." isak Nerra langsung diangguki oleh Zaya. Nerra melepaskan pelukannya dan menciumi wajah Zaya sebagai perpisahan.

Tatapan Zaya beralih ke ayahnya yang juga menatapnya.

"Kamu gak meluk ayah?" tanya Bagas langsung saja tubuh pria paruh baya itu dipeluk erat oleh Zaya. Tangis Zaya makin keras saat memeluk ayahnya meluapkan rasa maafnya sekaligus rasa bersalahnya.

Bagas memeluk erat putri kecilnya. "Sebisa mungkin ayah dan ibu akan jenguk kamu." janji Bagas lalu diangguki Zaya.

"Maafin Zaya yah." lirih Zaya dengan suara tercekat.

"Maafin ayah juga gak bisa jaga kamu." lirih Bagas lalu digelengkan Zaya.

"Ayah janji ya jangan sampai sakit." lirih Zaya lalu diangguki bagas.

"InsyaAllah." ucap Bagas sambil menatap putrinya dengan lembut.

"Udah dek, ayo pesawatnya mau berangkat." ajak Guntur. Zaya meraih tangan bagas dan menciumnya dan dilakukan pula ke Nerra.

"Guntur sama Zaya pamit, Ayah Ibu." pamit Guntur lalu menarik bahu adiknya meninggalkan orang tuanya menuju Pesawat.

Bagas menatap anak-anaknya yang mulai berjalan menjauh namun fokusnya pada Zaya.

"Aku takut, Ra. Aku takut dua hari kedepan bakalan jemput Zaya paksa karena gak tega biarin dia jauh dari kita." lirih Bagas. Nerra mengelus pelan bahu suaminya karena ia paham perasaan Bagas saat ini.

TBC

MAS ABIAN BELOM NONGOL BANYAK KARENA BELOMS PENTING WKWKW MUNGKIN NEXT PART?

YUKS VOTE 170 VOTE 40 KOMENTAR SAJA😟

AzayAbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang