kisah pembuka

64 23 11
                                    

Seorang gadis manis berwajah mirip kebangsaan Korea, sedang duduk bersanding di pelaminan bersama seorang pria berbadan bagus dan berwajah tampan. Siapa lagi kalau bukan Rama Pintara dan juga Aina. Mereka tengah asyik menerima ucapan selamat dari para tamu undangan dan bila tamu sudah sepi mereka mulai memainkan HP-nya kembali.  sedang berselfie, Rama sedang bermain Pokemon go. Semua para tamu undangan menatap heran pada pengantin itu. Pakaian yang saat ini dikenakannya sama dengan tamu lainnya, tidak mengenakan pakaian pengantin atau riasan sama sekali.

"Siapa kalian? Kenapa duduk di pelaminan kami?" tanya pengantin wanita yang baru datang dari dalam.

"Oh, hehe...  menumpang duduk, habis kursi tamu udah ... Ram, pulang yuk!"  Aina menarik paksa Rama yang masih asyik main.

Kedua pembelai itu saling tatap dan heran. Para tamu juga heran, mereka menyalami orang yang salah.

"Eh, Yang, kenapa sih main tarik?!"  Rama yang terseret mulai kelabakan mengimbangi tarikan Aina.

"Ram, itu bukan nikahannya temanku. Aduh malunya, kupikir tadi-"

"Biarin aja ah, balik lagi yuk lapar nih!" Rama menarik Aina untuk kembali ke acara itu lagi.

"Hey malu tahu! Kita, kan gak diundang." Aina menarik paksa tangannya dari Rama.

"Orang pakai amplop juga, biarin aja!" ucap Rama dengan sikap acuh tak acuh.

"Mending aku telepon temanku dulu, buat tanya di mana acaranya dia," usul Aina.

Rama mendengus. "Paling lagi membantas sama isterinya di bawah meja."

"Mulutmu tu Ram, memang tahu apa kau soal membantas?!" Aina menegur.

"Membantas ya makan, kan itu kan bahasa Banjarmasin,  mereka paling lagi makan enak-enak, mana angkat lah sama teleponmu, apalagi suara musiknya nyaring pasti."

"Memangnya temanku itu rakus sampai kau sebut bantas, dasar!" Aina mendengus sembari mencari nomor kontak temannya.

"Mbeko yuk aku lapar," kata Rama lagi.

"Jangan pakai bahasa Kutai aku gak ngerti bego!" Aina menjitak kepala Rama. "Halo, ya. Kamu di mana?" Aina bicara di telepon. "Oh ya kirim alamatnya ya, oke!"  Ia mengakhiri teleponnya.

"Kenapa mukamu jelek begitu?!" tanya Aina yang melihat Rama cemberut.

"Aku, kan mau balajar bahasamu, tapi kamu marah terus. Aku kok salah terus," jawab Rama dengan mata berkaca-kaca.

"Bahasaku sarangheyo, sarang burung, sarang walet. Pelajari itu. Haha...," Aina tertawa lepas sembari menuju motor besar Rama.

"Gayamu Yang, orang Samarinda aja belagu!!" Rama berseru mengejek.

"Gak usah banyak mulut, ni motor aku bawa, kaunaik taxi aja!" Aina sudah menyalakan mesin motornya.

Rama langsung berlari dan naik motor. "Enak betul aku mau kau tinggal."

"AHA! Anda beruntung Pak, saya akan bawa Anda ngebut!" Aina langsung tancap gas sekencang-kencangnya.

"Aina! Jangan gila kamu! Aku ini Bintara tinggi, kalau anak buahku menilang, malu aku!!" Rama berteriak di tengah deru angin laju motornya.

"Biarin Pak, aku mau lihat kamu ditilang sama anak buahmu," kata Aina.

"Istriku gila!!" maki Rama.

"Baru calon, Pak  belum nikah, mudahan gak jadi!"

"Aina!"

Terdengar dari belakang motor polisi mengejar mereka. Rama menjadi sangat panik, beberapa kali menepuk bahu kekasihnya, tapi Aina seperti menantang akhirnya Rama menggigit bahu gadis itu.

"AW!"  Aina berhenti mendadak. Hampir saja Rama terlempar ke depan kalau saja tidak merangkul pinggang calon istrinya itu dengan erat. "Kamu gila ya, Ram? Sakit tahu!"
Aina turun dari motor ingin memberikan hajaran pada Rama.

"Maaf menyela," Seorang polisi datang menegur mereka berdua.

"Aina melepaskan Rama dari cengkramannya. Ia menghadapi polisi itu, sedang Rama memalingkan wajahnya malu.

"Anda mengebut dengan kecepatan melebihi rata-rata. Boleh saya minta surat-menyurat kendaraan ini seperti SIM, KTP, STNK."

Aina berbalik. "Hey surat-suratmu mana?"

Rama tidak banyak suara ia memberikannya dengan cepat tanpa berpaling.

"Hem ...  dari motor saya kenal ini, dari semua keterangan ini...?"  Polisi itu penasaran ia menghampiri Rama dan mendapati Rama yang sedang menghindarinya. "Pak Rama?!" Ia bertanya heran. Atasannya melanggar peraturan.

"Ca-catat deh, nanti saya bayar dendanya,  em,  ma-maf  calon saya ini yang bawa," Rama tergagap.

"Baik Pak, seperti peraturan yang Anda buat sendiri, jangan dilanggar sendiri," sindirnya.

Rama melotot saat Aina tertangkap basah sedang terkikik geli. "Kamu senang ya, kalau aku sampai turun jabatan bagaimana?!"

"Ya aku cari yang lain, kamu kere,"  ejeknya.

"Kuracun lakimu itu." Rama membentak Aina.

"Haha...." Aina malah terbahak.

Rama mengambil paksa kunci motor dari tangan Aina. Kemudian menghidupkan mesinnya. "Ayo pulang!" Rama menaikkan nada suaranya. Nampak sedang menahan emosi.

Aina masih menahan tawa ia memakai helm dan naik motor.

Sesampainya di rumah Rama langsung pergi, ia tidak meninggalkan kata-kata romantis apa pun, sepertinya masih kesal dengan ucapan Aina tadi.

Aina yang sedang memandang cermin.  "Duh... Rama menggigit pundakku sampai berdarah begini, memangnya dia Drakula apa? Dasar!" Aina memberi plester pada pundaknya.

Rama kembali ke kantornya, seperti biasa ia disapa oleh bawahannya. "Di mana Andi?" Rama bertanya pada sembarang orang. Asal dijawab terserah siapa orangnya yang penting dia mendapat jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Saya Pak." Andi datang dengan menenteng tahu rebus.

"Kamu dari mana An?" tanya Rama.

"Beli ini Pak, tuh di luar ada yang jual." Andi memamerkan camilannya.

"Saya pikir kamu tidur lagi," sindir Rama.

"Hehe... tidak Pak, kalau saya tidur lagi saya rela dihukum asal jangan dihukum membantu Sania saja,"

"Memang kenapa dengan cewek yang kamu bilang lembut bak sutra itu?"

"Saya tarik kembali omongan saya waktu itu Pak, ternyata Sania itu mirip hantu, masa pintu dan jendela sudah saya palang pakai papan, eh, dia masih bisa keluar juga. Udah gitu bisa baca pikiran saya lagi. Hii... seram, Pak." Andi bergidik tubuhnya.

"Makanya, kalau kamu nakal kamu saya tugaskan lagi membantu dia, haha...." Rama tertawa sembari menepuk bahu Andi.

"Ja-jangan Pak, saya janji tidak nakal lagi."

Andi meneguk ludahnya, sebenarnya sangat senang bila bersama Sania, tapi ada sesuatu yang juga membuatnya takut bila di dekatnya.

TERLALU GENGSI Serial AINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang