BAJU COUPLE

39 9 5
                                    


    R A M A  sedang mencoba berbagai baju yang akan dipakainya saat pertunangan nanti. Aina pun juga tampak akan memilih salah satu baju kesukaannya.

"Harganya mahal sekali, sewanya sudah segini apalagi beli...?" Rama mengeluh dalam hati sembari melihat dirinya di cermin dengan pakaian jas motif batik.

"Kamu gak perlu cemas, ini semua aku yang bayar. Lagipula kamu kan iklan model baju keluaran terbaru dari butik ini, geratislah." Sania menepuk pundak Rama seraya tersenyum.

"Makasih ya San, kamu memang baik." Rama terharu dengan bantuan sahabatnya itu.

"Ram, baju yang cocok buat aku yang mana sih?" Aina tampak kebingungan memilih baju.

Sania mendekati muridnya itu dengan tertawa kecil. "Hihi... aku lupa sama kamu Ai, maaf keasyikan ngobrol sama Rama," Sania memilihkan pakaian yang cocok untuk Aina. "Menurutku couple-an lebih cocok, Rama batik. Hem ... coklat emas kayaknya bagus deh, warna baju Rama juga sama."  Sania mengambil baju itu kemudian mengepaskannya pada Aina.

Aina diam saja, ia memandang Rama yang juga memandangnya. "Sejak kapan Rama jadi ganteng begitu? Eh. Tunggu dulu, dia kan, memang ganteng. Tapi kok aku baru sadar? Ah sial."  Aina menggeleng pusing.

"Kamu kenapa, gak suka ya?" Rama malah menghampiri Aina.

"Aku pusing mau muntah," ucap Aina asal.

Sania tersenyum maklum dengan isi pikiran Aina. Sedari tadi ia sudah membaca isi hatinya.

"Mau muntah? Kamu-" Rama ingin meneruskan kalimatnya tapi dipotong oleh Aina.

"Aku hamil," ujar Aina. "Rasain kau, haha... nyoblos aja belum udah hamil. Batal-batal de." Batin Aina, tapi jawaban yang diterima Aina malah tidak sesuai dengan pikirannya.

Rama tersentak.  "Kamu hamil Yang?"

"Hem," jawab Aina dengan anggukan.

"Aish ... aku pergi makan dulu lah." Sania segera menyingkir. "Dasar murid setres!" Sania menggelengkan kepalanya.

"Oh! Gak jadi tunangannya kita batalkan saja!" ucap Rama serius.

"Betulan!!" Aina langsung sumringah tapi sekejap berpura-pura sedih.

"Kita batal tunangan! Langsung nikah. Ayo!" Rama menarik Aina untuk pergi dari situ.

"WHAT!!" Aina menyentak tangannya sehingga terlepas dari Rama.

"Ada apa sayang?"

"Aku hamil anak orang, bukan anak kamu. Merasa gak sih kamu?!"

"Bukan an-a-anak aku...?" Rama tergagap.

"Iya," jawab Aina dengan nada kesal. "Lagian mana pernah kamu ngapain aku sih, masa bisa hamil anakmu."

"O... gitu ya... ya sudah. Aku yang tanggung jawab deh." Rama kembali meraih tangan Aina.

Aina menepis tangan Rama. "Kamu kok gak marah? Aku selama ini selingkuh di belakangmu."

Rama terdiam, ia memandang perut Aina yang langsing. Tangannya secara tidak sadar mengelus perut calon isterinya itu. Aina keheranan melihat sikap Rama yang aneh dan juga ada rasa terharu di hatinya.

"Segitu sayangnya kah dia?" batin Aina.

"Gak apa, aku iklas kok." Rama tersenyum iklas.

"Huaa... Rama kamu bego! Hikz...hikz...."  Aina menangis karena kesal. Tapi diartikan lain oleh Rama, dikiranya Aina menangis karena sedang terharu.

"Cup, cup, ada aku di sini. Yang gak akan ninggalin kamu." Rama langsung merangkul Aina.

"Saraf!" Sania menjitak kepala Aina.

"Kok istri aku kamu jitak sih?!" tanya Rama dengan nada kesal sambil mengusap kepala Aina.

"Bego!" Sania mengumpati mereka seraya menjitaki mereka berdua.

"Aw!"  Mereka mengaduh sakit sambil menangkis jitakan dari Sania.

"Sudah dong kami sakit nih."  Rama protes.

Sania yang tampak kesal makin melancarkan serangannya. "Rasain kalian. enak aja main bikin candaan yang gak karuan kayak gitu."

"Sudah, cepat pilih! Aku punya banyak kerjaan lagi selain menemani kalian." Sania memerintah.

Mereka berdua saling pandang kemudian dengan cepat menjalankan perintah Sania. Gadis itu mengawasi sampai mereka selesai dengan urusannya.

~~~~~~

Mama sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga Rama yang sedang berkunjung ke rumahnya. Mereka sedang mengobrol bersama. Tampak jelas keakraban mereka dari canda serta tawa mereka.

Aina sedang duduk di teras atas loteng rumahnya bersama Rama. Mereka berdua sedang melihat bintag-bintang yang bersinar. Di Sempaja memang pemandangannya masih alami dan masih sepi hingga sedikit kebisingan kendaraan yang lewat mengganggu ketenangan mereka.

"Yang, bintangnya bagus!" Rama berseru girang sambil menunjuk bintang.

"Cuma segitu doang kamu senang? Kayak anak kecil," ejek Aina.

"Astaga Yang, kamu kok gak romantis banget?"  tanya Rama heran. Aina tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. 

"Kamu udah berapa bulan Yang?" tanya Rama kemudian dengan nada lirih sembari mengusap perut Aina.

Aina kaget dan memandangi tangan Rama yang meraba perutnya. "Apaan sih?!" Aina menepis tangan Rama secara kasar.

"Aku cuma tanya, kok kamu marah?" Rama hampir menangis dibuatnya. "Kamu gak suka ya nikah sama aku, apa kamu masih mengharapkan bapak dari anak itu ya?"

Aina memutar dua buah bola matanya dan mendengus. "Kalau ya napa?"

"Hua.... tega kamu. Aku iklas nikah sama kamu, tapi kamu gitu. Mana lelakinya? Biar kubunuh sekalian. Aku gak rela kamu sama orang! Hikz... hikz..." Rama menangis sejadi-jadinya sambil menggoyangkan lengan Aina.

"Ni orang, asik juga dikerjain hihi.." tawa Aina dalam hati. "Ya elah. Manja betul kamu."

"Ram, Ai, ke bawah dulu. Makanan udah siap." Mama memanggil mereka berdua.

"Ya Mam," jawab Aina.

Mama melihat Rama yang bergelayutan di lengan Aina bertanya pelan hampir tidak bersuara. "Kenapa..?"

"Gak apa," jawab Aina pelan.

Setelah mendapat jawaban itu walau ia masih penasaran mama tetap saja pergi ke bawah untuk menjamu tamunya.

"Hey yuk kita ke bawah." Ajak Aina.

"Gak mau. Aku mau di sini aja." Jawab Rama.

"Ya udah, aku yang turun." Aina ingin pergi tapi Rama tidak membiarkannya. "Lepas dong Ram," pinta Aina.

Rama menggeleng. "Di sini aja sama aku ya..?" Rama memelas.

Aina menghela napas. "Oke. Aku tetap di sini." Akhirnya ia duduk kembali.

"Yang kamu janji kan gak ninggalin aku?"

"Iya, iya..." Aina menjawab dengan nada ditekan.

Cup! "Hah!" Aina ingin memukul Rama yang berani mencium bibirnya. Tapi Rama sudah menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.

"Dasar!" Aina hanya bisa pasrah. "Kasihan juga kalau kuhajar setiap hari." Batinnya.

TERLALU GENGSI Serial AINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang