'Abang Penjual Ayam Sayang'

30 4 0
                                    

Terlalu gengsi


   «»H A R I   ini Aina sedang berdua dengan Rama di pasar. Mereka sedang membeli sayur mayur untuk keperluan pertunangan mereka. Aina bersikeras membeli keperluannya sendiri walaupun mama sudah menawarkan diri untuk membantunya. Rama yang tidak tega kekasihnya akan membawa beban berat sepulang dari pasar, mencoba membantu Aina sebisanya walaupun ia harus izin setengah hari dari pekerjaannya.

    'Yang beli apa dulu kita?' tanya Rama ketika mereka sudah tiba di pasar.

    Aina tampak sedang melihat-lihat kanan kirinya. Ia masih bingung menentukan kios mana yang akan ditujunya. 'Ke mana dulu Ram? Diriku bingung?' Aina balik bertanya sembari menatap Rama yang tingginya lebih darinya sehingga gadis itu menengadah ketika menatapnya.

    'Beli sayur dulu lah sayang, kemudian beli ayam,' usul Rama.

    'Boleh juga, kau beli sayuran, aku beli ayam, biar cepat. Bukankah kamu harus balik ke kerjaanmu lagi?' usul Aina.

    'Oke, tunggu aku ya di tempat ayam, nanti kalau sudah selesai kita ketemuan di sana saja,' ujar Rama.

Mereka akhirnya berpisah untuk selamanya dan hidup bahagia End, yang nulis lebay.

    Aina sedang menuju ke penjual ayam potong di ujung pasar. Banyak sekali ikan-ikanan dan daging-dagingan termasuk daging lembut alias tahu dan tempe.

    'Bang, ini ayam berapa harganya?' tanya Aina pada penjual ayam yang sedang memotong ayam pesanan pelanggan lain.

    'Yang ujung lima puluh ribu, yang tengah lima puluh lima ribu, yang kiri itu Dek, paling kecil seratus ribu.' Jawab abang penjual ayam itu.

    Aina sempat ternganga demi mendengar harga yang terakhir disebutkannya. Menurut Aina itu mencengangkan, menegangkan, horor, thiriller, misteri.

    'Kenapa yang di ujung kiri itu sangat mahal Abangku sayang?' tanya Aina dengan gaya penyelidik kondang.

   Abang itu sempat menggeleng dulu sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. 'Sungguh saya tidak tega kepada keluarga si ayam ini, mereka harus merelakan anak mereka terbunuh akibat manusia,' ucapnya dengan helaan napas perihatin. 'Itu sebabnya saya harus membayar lebih uang ganti rugi kepada mereka,' tambahnya lagi.

    Aina lagi-lagi tercengang mendengar pernyataan kurang rasional dari si abang penjual itu. Tidaklah lumrah baginya bila alasan itu dijadikan alasan yang kuat untuk menentukan kenaikan harga sebuah ayam super mini atau bisa dikatagorikan sebagai anak ayam baru menetas. Ya anak ayam baru menetas.

    'Ayam ini terlalu kecil untuk dimakan, lagipula harga segitu tidak mau dibeli oleh orang, siapa orang gila yang mau membeli anakan seperti itu.' Aina mengecam cara pemasaran si tukang ayam itu.

    'Bang ayamnya yang kecil itu sepuluh biji,' Seseorang datang dan ingin memborong ayam.

    'Tuh, Dek, ada yang beli kan. Hem," ucap abang itu dengan nada sombong.

Aina penasaran dan segera memandang si pembembeli yang kurang waras tersebut. Setelah tahu siapa yang membeli, ia marah dan langsung menjewer telinganya.

    'Buang-buang duit kau Ram, mentang-mentang dananya darimu semua!' Aina makin mengeraskan jewerannya.

    'Ayang. Aduh! Sakit. Ampun!' Rama menghiba.

    'Loh Dek, kenapa tuh pembeli disiksa?' tanya abang itu dengan nada kesal.

    Aina tidak menjawab, ia terus menarik Rama untuk membeli di kios lain. Semua mata memandang Rama yang berseragam polisi ditarik dan dijewer oleh Aina.

TERLALU GENGSI Serial AINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang