Lukisan

44 21 11
                                    

Aina sedang asyik menyapu di kantor, ia sedang santai. Pekerjaannya hari ini cuma menyapu dan membersihkan kaca jendela. Mulai dari jendela lantai bawah hingga kaca jendela lantai paling atas. Katanya itu adalah pekerjaan paling santai di dunia. Salah satu sahabatnya sampai geleng-geleng kepala dan yang lain hanya merasa was-was kalau-kalau gadis itu jatuh saat membersihkan kaca bagian luar jendela atas.

"Aina! Kamu gak usah ngerjain itu! Biar kami cowoknya yang ambil alih!" Andi berseru sembari memandang ke atas.

Aina tidak mendengar ia malah asyik dengan Earphone-nya. Sesekali bersenandung hingga burung yang tadinya sedang berkicau ria menjadi pusing dan berterbangan. Begitu dahsyatnya suara itu rupanya.

"Kamu ya yang suruh teman aku naik-naik ke puncak gunung-eh, salah gedung itu ya?!" Zaskia memarahi suaminya.

Lee berdalih kalau bukan dia yang menyuruhnya. "Bukan aku Mam. Aku mana tega begitu."

"Aku curiga kamu masih cinta sama dia! Kamu dendam terus jahilin dia kayak gitu. Ayo ngaku?!" Zaskia mengintimidasi suaminya dengan tatapan tajam.

"Mama, cuma kamu yang papa cinta, gak ada lagi Mam, kamu gak percaya tanya orangnya siapa yang suruh,"  ucap Lee pada Zaskia.  "Kurang ajar Aina itu, bikin aku dimarahi terus sama Zaskia." Batin Lee kesal.

"Apaan sih muka kalian cemberut begitu?" tanya Aina yang baru selesai bekerja.

Lee buang muka sedang Zaskia mengomel. "Kamu gak bisa apa cari kerjaan yang ringan sedikit? Mati nanti gimana?!"

"Ya jadi hantu dong, masa jadi hidup lagi," jawabnya santai sembari menyeka keringatnya.

"Hey, kamu kan bisa ngerjain hal yang ringan. Gara-gara kamu nih istri saya jadi marah." Lee menegur Aina.

"Wah, mau ringan gimana lagi, itu sudah yang paling ringan Bos," jawab Aina.

"...ah! Pusing palaku! Mama kau urus ini temanmu, ruqiah sekalian kalau perlu!" Lee pergi dalam keadaan jengkel.

"Aina... Aina,  kamu ya." Zaskia berdecak kesal.

Aina tidak menghiraukan teguran itu, besoknya ia malah berbuat hal yang sama.

"Kalau begini kita bisa terancam dipecat, coba kau lihat gadis itu dia mengambil pekerjaan kita." Curhat salah seorang pembersih kaca bagian luar gedung pada temannya.

"Hadeh... gimana dong ngasi tegurnya? Galakan dia dari kita," Jawab temannya sembari menghembuskan asap rokok.

Mereka sedang duduk di teras samping kantor sambil sesekali memandang ke atas.  Aina yang mendengar itu segera turun. Ia tadi tidak sedang mendengarkan musik seperti biasanya, oleh sebab itu ia bisa mendengar suara mereka.

"Mulai besok saya tidak membersihkan kaca, jadi Bapak-Bapak  bisa tenang sekarang," ucap Aina sembari meletakkan alat pembersihnya di depan mereka.

Mereka saling tatap kemudian beralih menatap Aina yang pergi. "Kok mudah ya? Belum ngomong dia... haha... hore! Kita kerja lagi!"

"Iya kita gak jadi dipecat."

Mereka bersorak kegirangan. Aina tersenyum dari jauh melihat tingkah mereka berdua. Saat sedang membersihkan tangannya dengan air di toilet ia menerima SMS Rama.

Dari Rama; Yang besok minggu kan, kita ke galeri yuk teman aku lagi pameran lukisan.

Aina tidak membalas ia menyimpan HP-nya.

*******

Aina sebenarnya tidak ingin jalan-jalan dengan Rama. Entah kenapa ia masih belum dapat mencintainya. Tapi melihat Rama yang begitu sayang padanya membuatnya tidak tega apalagi mamanya sangat menyayangi Rama. Seperti saat ini misalnya Aina sedang memasuki galeri pameran lukisan yang ia juga tidak paham karya seninya.

"Ini gambar apa Ram? Kok kayak taik?" Aina meneliti lukisan itu.

"Ini karya seni Yang, bagus banget." Rama memberi pendapat sembari mengusap dagunya.

"Gak salah mata kah kau Ram, lukisan ini kau nilai bagus, bagus dari mana?" Aina bertanya heran. Ia coba untuk memahami nilai keindahan lukisan itu.

"Ini kudengar dilelang hingga mencapai harga tiga ratus juta." Rama terlihat bangga ketika menyebutkan nilai rupiah yang tidak bisa dianggap main-main.

"WHAT!! Gambar taik begini dinilai segitu? Tiada kusangka, tiada kuduga ada orang bodoh yang membuatnya dan ada juga orang pintar tapi sinting yang membelinya." Aina tidak percaya dia benar-benar tidak percaya.

"Apalagi kalau ditaruh pas di dekat meja makan," ucap Rama asal buka mulut.

Gambar yang dilihat Aina  memang lukisan kotoran. Menurut sumber lukisan itu dibuat dengan cat buatan terbuat dari kotoran ayam, sehingga tidak heran bila ada satu atau dua lalat yang sengaja mampir ke lukisan itu. Entah apa yang lalat itu lakukan, Aina bahkan tidak mau tahu urusan bangsa lalat tersebut.

"Eh Ram, kalian udah datang," sapa seorang pria yang sedikit berpenampilan peminim.

"Iya, sedang melihat-lihat hasil karyamu," jawab Rama sembari meraih bahu Aina.

"Cewekmu?" tanya pria itu.

"Iya, minggu depan rencananya kami mau menggelar acara pertunangan," Rama tersenyum.

"Ow ...  jangan lupa undangannya ya," pria itu meraih pipi Rama. Rama terlihat tidak senang.

"Hey!" tegur Aina sembari menangkap tangan pria itu. "Berani pegang lagi kupatahkan tangan bagusmu itu," ancamnya.

"Hehe ... galaknya. Ya sudah nikmati lukisan kalian ya, aku mau menyapa tamu yang lain."

"Yuk pulang, bau di sini!" Aina menarik rama pergi dari sana.

"Sayang...." ucap Rama lirih.

Aina berhenti sejenak. "Apa?"

"I love you," ujar Rama.

Aina ingin muntah namun ditahan. "Ngomong apa kamu itu. Ayo kita pulang, sayang kasurku menunggu untuk kutiduri." Gadis itu berjalan lagi ke motor Rama.

"Kamu sayang kasurmu daripada aku." Rama mendengus sembari memakai helm.

"Hah. Pakai protes segala mau kubatalin pertunangan kita?!" 

"Ja-jangan dong, aku cinta sama kamu, masa kamu tega tinggalin aku."

"Udah ah, cepat jalan!" perintah Aina.
Rama menurut saja tidak berani membantah.






TERLALU GENGSI Serial AINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang