one: afraid

5.6K 364 10
                                    

Rasa rasanya ingin menangis menyesali telah dilahirkan di dunia ini. Apa gunanya kalau dilahirkan di dunia ini lalu dimarahi, dibenci, dan dijauhi oleh keluarga sendiri?

Jeongin menendang kerikil yang ada di depannya untuk melampiaskan emosinya yang tadi ia pendam. Ingin teriak tetapi lebam dan luka di pipinya membuatnya harus membungkam.

'Apa salahku? Mengapa mereka begitu membenciku?' Batin Jeongin dalam hati kecilnya.

Menyesal begitu dalam mengapa dia dilahirkan. Kalau memang tujuannya untuk di benci kenapa ia harus dilahirkan. Apalagi ia dilahirkan dengan cacat.

Ia tuli. Katanya itu sejak lahir tapi menurut Jeongin tidak. Entahlah, dia tidak begitu mempedulikannya.

Jeongin duduk di bangku taman. Menunduk sembari menangis sesenggukan. Liquid bening membasahi pipinya. Hatinya sakit, rasanya ia ingin resign jadi anak orang tuanya tapi... Argh sudahlah.

"Apa salahku, mengapa mereka membenciku? Apa karena aku tuli?" monolog Jeongin sambil menjambak surai hitamnya.

Dia benci dirinya sendiri. Ia ingin mati sekarang juga. Terjun dari gedung tinggi yang dekat dengan taman ini kemudian ia mati dengan tenang tanpa penyesalan. Dan itu hanya mimpi.

Jeongin berteriak sesekali. Membiarkan rasa perih di pipinya dan tetap melampiaskannya dengan berteriak.

Untuk kesekian kalinya Jeongin berteriak bagaikan orang gila. Tapi setelah itu Jeongin sedikit merasa lega.

Berteriak menguras tenaganya. Matanya ingin sekali untuk terpejam. Dan akhirnya laki laki bermata rubah itu tertidur di bangku taman untuk semalam. Sengaja kabur dari rumah untuk menenangkan diri.

Dan berharap besok tidak ada yang membawanya pulang ke rumah lalu ia harus merasakan kembali bagaimana sakitnya pukulan seorang Ayah.

Dan dari kejauhan seseorang tengah menatap Jeongin. Seringai tipis muncul di bibir pria tersebut. Hasratnya untuk menculik laki laki bermata rubah itu muncul.

Pria itu mendekatinya. Kemudian mengelus pipi lembut Jeongin. Merasakan betapa lembutnya kulit laki laki bermata rubah ini.

"Manis sekali, hm."

---

Jeongin meregangkan tubuhnya dan mengucek matanya. Menatap sekelilingnya. Entah mengapa yang ia rasakan adalah kasur yang empuk.

Seingatnya, semalam ia tidur di tempat yang begitu keras dan dingin. Dan mengapa tiba tiba ia berada di kasur yang empuk dengan selimut tebal yang mampu menghangatkan tubuhnya?

"Oh, kamu sudah bangun ya?"

Seorang pria tengah menatapnya dengan wajah datar. Matanya sipit, bibirnya tebal dan wajahnya- ugh tampan.

Jeongin mengangkat salah satu alisnya yang menandakan ekspresi sedang bertanya. Pria itu tetap memasang wajah datar.

"Apa kau tidak bisa mendengarku?" tanya pria itu yang kemudian Jeongin tetap diam. Sebenarnya Jeongin tidak mengerti pria itu mengatakan apa bahkan tidak masuk ke pendengaran Jeongin.

Pria itu mendengus kesal, kemudian ia mengambil sebuah buku kecil di nakas dan mengambil sebuah bolpoin lalu menuliskan sesuatu disana.

"Apa kau tidak bisa mendengarku?"

Jeongin membacanya lalu menjawab pertanyaan yang ditulis pria itu di secarik kertas.

"Ya, aku tidak bisa mendengarnya. Aku tuna rungu." jawab Jeongin.

Pria itu hanya ber-oh-ria dan kemudian menuliskan kembali sebuah pertanyaan di kertas itu lagi. Dan sebelum pria itu menulis, Jeongin sempat bertanya.

"Aku dimana? Siapa kau? Kenapa aku bisa disini?" tampak terlihat dari muka Jeongin seperti orang sedikit ketakutan.

"Kau dirumahku, aku Hwang Hyunjin kau bisa panggil aku Hyunjin, aku menemukanmu di bangku taman dan kamu tertidur disana. Aku membawamu kesini."

Dalam hati Jeongin, ternyata masih ada orang yang peduli dengannya. Sebenarnya ia tidak berniat untuk memancing perhatian orang tapi bagaimanapun kemarin dia sedang emosi dan stress.

"Oh, kalau begitu aku ingin pulang. Bolehkah aku pulang? Aku tidak mau tinggal disini." Jeongin bangkit dsri kasur dan berusaha pergi namun tangan pria- Hyunjin menahannya.

Membuat Jeongin terdiam. Hyunjin pun menulis kembali di secarik kertas tersebut. Ia menulis beberapa kata di lembar kertas berikutnya.

"Kamu tidak boleh pergi dari sini."

Setelah itu, Jeongin merasa benar benar menyesal karena tidur di bangku taman kemarin malam.

•••

Hai miss me?

Apasi judul am cerita ga nyambung:")

Huhu lama ga bikin ff jadi amburadul :")

Ini ff hyunjeong pertama ai yawla:") ff bxb pertama ai:"))

Maap saya lagi bucin hyunjeong :>

Klo ada typo maapkeun :")
Itu authornya tangannya lagi geter geter nulis hehe.

Jangan lupa vomment kawands q

hard life ;- hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang