seven: who is he?

2.2K 207 10
                                    

Sore ini, Hyunjin akan mengajak rubah kecil itu untuk jalan jalan. Katanya, agar tidak bosan dirumah.

Si kecil menerima tawaran itu, namun sepertinya lubang 'milik' nya itu tak mau ia bergerak kemana pun. Seolah-olah meminta Jeongin untuk tetap tertidur diranjang sampai beberapa hari ke depan.

Hyunjin siap jika harus menggendong tubuh mungil Jeongin mengelilingi kota di sore hari. Namun, pemuda itu menolak jika ia akan digendong. Dengan semampunya, pemuda itu bangkit dari ranjang dan berusaha jalan dengan baik seperti biasanya meskipun sulit baginya.

"Kau yakin akan berjalan seperti itu, hm?" Hyunjin melirik Jeongin yang tengah berjalan susah payah untuk mendekatinya.

Niat Jeongin mendekati Hyunjin untuk merangkul lengan kekar milik pria itu agar tetap bersamanya. Jeongin takut kalau Hyunjin akan meninggalkannya lalu menelantarkan dirinya di pinggir jalan. Ih, ia tak mau menjadi anak jalanan.

"I... Iyaa! Tunggu aku Hyun, akhh... Shh... Sakit!" rintih Jeongin sembari berjalan dengan tempo agak cepat

Hyunjin dari kejauhan hanya terkekeh melihat Jeongin bersusah payah hanya untuk berjalan. Pria itu pun mendekati Jeongin lalu berjongkok di depan Jeongin.

Pemuda itu terdiam, apa yang dilakukan pria ini?

"Hyun, apa yang kau lakukan?" Jeongin dibuat bingung oleh sang dominan.

Bahkan apa maksudnya Hyunjin berjongkok di depannya sembari menyuruhnya untuk naik ke punggung lebar milik pria itu.

"Naiklah cepat, sebelum hujan."

Laki-laki rubah itu menurut, ia menaiki punggung lebar milik Hyunjin dan pria itu langsung menggendongnya. Hyunjin membiarkan rubah mungil itu mengalungkan tangannya di lehernya dan menopang dagunya di bahu Hyunjin.

Hyunjin merasa tak keberatan. Toh dia yang membuat Jeongin menjadi seperti ini. Jadi, ia memiliki tanggung jawab untuk merawat Jeongin. Dan kemungkinan hanya sementara.

---

"Hyun..."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu." Hyunjin tiba-tiba kembali bersuara dengan suara khas nya yang datar.

"Maaf... Lalu aku memanggilmu apa?" Jeongin menatap wajah tampan Hyunjin dari samping. Tepat dimana dagunya bertengger di bahu Hyunjin.

Hyunjin terkekeh pelan, kemudian ia menatap wajah Jeongin gemas. Ingin rasanya mencubit pipi gembil itu, namun sayang ia harus mengurungkan niatnya.

Pria itu pun membalas Jeongin, "kau boleh memanggilku... Emm... Kak Hyunjin?" kata Hyunjin.

"Kak Hyunjin? Tidak buruk, baiklah kalau mau Kakak itu." Jeongin tertawa sembari bersembunyi diceruk leher Hyunjin.

Lagi-lagi Hyunjin tidak tahan dengan kegemasan Jeongin. Ia ingin sekali memainkan kedua benda gembil di wajah Jeongin. Ia ingin menggigit pipi gembil itu lalu menciumnya. Tapi, argh! Ego nya terlalu besar.

"Kak, aku haus..." rengek Jeongin sembari jemarinya menyisir surai legam milik Hyunjin.

"Haus? Ah, baiklah ayo kita cari minuman." pemuda itu mengangguk pelan sebagai tanda persetujuan.

Tak sampai 5 menit, mereka menemukan minimarket. Hyunjin benda masuk ke dalam, namun Jeongin menghentikan langkah jenjang itu. Pemuda itu meminta untuk diturunkan lalu menunggu di luar. Hyunjin ingin menarik Jeongin, namun pemuda itu mengancam akan kabur jika Hyunjin mengajaknya masuk.

Mau tak mau, Hyunjin menurut dengan Jeongin. Ia meninggalkan Jeongin di luar. Pemuda itu duduk di bangku yang terdapat dipinggir jalan. Sembari menunggu Hyunjin, pria itu memejamkan matanya.

Namun, seseorang membuatnya mengurungkan niatnya itu. Orang yang sedang duduk disebelahnya benar-benar mengganggunya. Ingin mengumpat pada orang tersebut, namun tampaknya orang itu lebih tua daripada Jeongin.

"Apa saya mengganggu kamu?" Jeongin menggeleng pelan, kemudian mata rubahnya mulai menjelajahi sekitar untuk mencari Hyunjin. Orang yang dicari ternyata masih membelikannya minuman.

"Kamu sedang mencari seseorang?" tanya orang itu.

"Iya, dia sedang membelikanku minuman."

"Oh, saya kira kamu sendirian. Kalau boleh tau, nama kamu siapa?"

"Ah iya, namaku Yang Jeongin. Panggil saja Jeongin." tangan mungil Jeongin menjabat tangan kekar milik pria tersebut. Jeongin menelan salivanya saat melihat tangan kekar dan berotot itu menyentuh kulitnya.

---

Setelah keluar dari minimarket, Hyunjin melihat sekelilingnya. Mata tajamnya fokus pada dua orang yang sedang asyik mengobrol. Dan salah satunya ada Jeongin disana.

Pria jangkung itu mendekati Jeongin yang sedang mengobrol dengan orang asing emm-- bukan pria ini bukan orang asing. Dan sepertinya Hyunjin mengenal orang tersebut. Ah, apakah Hyunjin akan mendapatkan masalah lagi?

Hyunjin menepuk bahu Jeongin dengan pelan, membuat si empu terkejut dan mengalihkan atensinya ke arah Hyunjin. Pria itu kembali dengan tatapan err-- datar dan dingin.

"Kau sudah kembali?" Hyunjin mengangguk pelan, kemudian ia mengeluarkan air mineral dan memberikannya pada si rubah.

Jeongin menerima minuman tersebut lalu segera meminumnya. Ia sudah tak tahan dengan dahaga nya tadi. Itu membuatnya lemas tak berdaya, walau dia dalam gendongan Hyunjin.

"Je, siapa dia?" Jeongin mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum. Tangannya menyentuh bahu pria yang ada disampingnya, membuat sang empu menoleh ke arah Jeongin.

Jeongin memberikan bahasa isyarat dengan kedua bola matanya dan gerakan kepalanya. Pria itu mengangkat kepalanya, ia bisa dengan jelas siapa orang yang ia tatap sekarang.








"Christopher Bang..."

"Ooh, Hwang Hyunjin."

•••

Mari mulai kegregetan dengan konflik ini (͡° ͜ʖ ͡°)

hard life ;- hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang