fourteen: the last time i saw you

1.4K 153 26
                                    

“Hyunjin, apa yang kau inginkan untuk terakhir kalinya?”

Hyunjin menghembuskan nafas kasar. Sudut bibirnya terangkat.

“Aku ingin makan malam dengan kekasihku dan berkencan dengannya,”

---

Siang hari ini, Jeongin sedang sibuk memasak. Ia sangat lapar, hampir setengah hari ia tak makan sedikit pun. Perutnya seperti tak mau menerima makanan sedikit pun.

Sembari mengelus perutnya, tangan kanannya memegang sebuah alat untuk memasak yang sering kita sebut "sotel". Anggap saja begitu.

Setidaknya sebentar lagi ia tidak akan sendirian. Bayi yang ia kandung akan segera lahir.

Ting tong!

Atensinya teralih ke pintu depan. Ada orang?

Jeongin segera mematikan kompornya dan beranjak pergi dari dapur, ia bertanya-tanya dalam hati. Siapa yang ingin bertamu di siang bolong begini?

Sesampainya disana, ia tak menemukan seseorang pun. Yang ia temukan hanya sepucuk surat yang tergeletak di bawah berdekatan dengan keset.

Ia membuka surat tersebut. Kemudian membacanya.

Lamat-lamat ia tersenyum. Matanya sampai tak terlihat, air mata menetes, ia begitu senang. Bahkan sangat senang. Tak bisa dipungkiri, ia akan bertemu dengan Hyunjin. Pria itu, mengajaknya makan malam untuk terakhir kalinya.

Walau ini pertemuan terakhir dengan kekasihnya, setidaknya ia bisa melihat wajah tampan sang calon ayah dari anak yang ia kandung. Ia dapat mengingat garis rahang yang tegas, dan mata tajam sang dominan.

Jeongin, bergegas untuk bersiap-siap. Ah, ia tidak sabar bertemu dengan Hyunjin.

---

18.40

Sudah hampir 30 menit ia menunggu Jeongin. Tapi, rubah kecilnya tak kunjung datang.

Hyunjin menghela nafas panjang. Kemungkinan, si kecil sedang terjebak macet. Bisa jadi.

“KAKAAK!”

Hm? Hyunjin tidak salah dengar? Suara Jeongin sedang ada di sekitar sini. Tapi, ia tak menemukan Batang hidung si rubah kecil.

“Kakak! Kakaak, aku datang! Maaf, bila terlambat ehe.” cengiran khas Jeongin terpampang di wajahnya.

Wah, semakin cantik ya kekasih Hyunjin ini.

“Je,”

“Ah, iya kak?”

Hyunjin menggeleng, ia tak mau mengeluh terlebih dahulu. Ia ingin melihat wajah cantik sang kekasih.

“Kamu... Makin cantik aja” Hyunjin terkekeh dengan ucapannya barusan.

Sebab, si submisif tersipu malu. Wajahnya merah padam, menggemakan.

Pria jangkung itu menarik gemas pipi Jeongin lalu menciumnya sebelum ia menggigit pipi kenyal Jeongin. Sang empu mengerang kesakitan, ia tahu kalau kekasihnya ini sanagt rindu padanya. Tapi, jangan berlebihan, kasihan pipi gembil yang Jeongin pelihara sejak dulu akhirnya termakan Hyunjin.

hard life ;- hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang