twelve: please don't go

1.5K 142 15
                                    

Tubuh ringkih itu terbaring di atas ranjang berhari-hari lamanya setelah mendengar bahwa dirinya hamil. Ia juag tak mau keluar dari kamar bila Hyunjin tidak memanggilnya.

Dirinya sangat lemas, tak berdaya, bagaikan agar-agar. Siang ini benar-benar panas, di dalam kamar sang dominan ternyata seperti dipanggang bila disaat seperti ini.

"Ah sial, sepertinya aku harus ke minimarket." monolognya.

Jeongin pun tak habis pikir, ia langsung menyambar pakaian yang menggantung di belakang pintu dan sesegera mungkin ia melangkahkan kakinya menuju minimarket terdekat. Rasa dahaga sudah menyiksanya beberapa jam lalu.

Sesampainya di minimarket, laki-laki rubah itu mengambil keranjang lalu memasukkan beberapa botol air dingin dari lemari pendingin. Kemudian, ia segera mengantri. Tak butuh lama, ia segera mendapatkan air yang ia butuhkan.

Ia sudah tak tahan dengan dahaga yang menyiksanya, ia segera membuka sebotol air mineral dingin dan meneguknya hingga tersisa setengah dari sebelumnya. Ah, akhirnya ia merasa lega setelah meminum setengah dari sebotol air mineral dingin.

Untung saja, ia masih ada uang di dompetnya. Kalau tidak, kemungkinan Jeongin akan mati karena kehausan. Seharusnya di rumah Hyunjin menyediakan air dingin di lemari pendingin. Sayangnya hanya susu dan beberapa buah yang ada di dalamnya.

Karena dirasa sudah cukup, Jeongin memutuskan untuk kembali ke rumah. Ia benar-benar lemas seharian ini, mungkin itu efek dari ia hamil. Biasanya orang yang sedang hamil akan cepat merasa lelah.

Langkah demi langkah, Jeongin masih memikirkan apakah Hyunjin tau bahwa dirinya sedang mengandung anaknya? Apa perut buncit Jeongin sudah terlihat? Atau masih terlihat normal?

Ah sial, itu memenuhi otak Jeongin. Seharusnya ia tidak usah memikirkannya terlalu jauh. Biarkan waktu yang memberitahu sang dominan.

"Aku pulang." Jeongin meletakkan sepatunya di atas rak.

Si kecil meletakkan botol-botol minuman yang ia beli tadi ke dalam lemari pendingin. Lalu, kaki kecilnya bergerak menaiki anak tangga dan menuju ranjang di kamar Hyunjin.

"Kau sudah pulang, baby fox?" tunggu, bukankah suara ini milik Hyunjin?

Benar, ia tidak salah lihat. Pria jangkung itu ternyata sudah ada lebih dulu di kamar daripada dirinya. Hyunjin pulang lebih awal. Ini... Sungguh aneh, tapi membuat jantung Jeongin berdetak kencang.

"Kakak? Tumben kakak pulang awal?" matanya Jeongin bergerak melihat dari bawah lalu ke atas tubuh Hyunjin.

Gila, pria ini memakan apa hingga lengannya memiliki bisep seindah itu. Jeongin menelan ludahnya kasar.

"Kenapa, tidak boleh ya? Apa perlu aku kembali lagi?"

"Emm... Tidak! Jangan! Jangan kembali! Aku senang kakak di sini ehe!" tubuh Jeongin bergemetar, jantungnya berdetak cepat, seolah ia tidak diizinkan untuk mengontrol dirinya. Semuanya benar-benar berjalan secara otomatis.

Laki-laki rubah itu pun melepas pakaian yang ia kenakan lalu menggantinya dengan kemeja putih yang terlihat kebesaran di tubuhnya. Hyunjin menatap gerak-gerik si bayi rubah, ia semakin hari semakin menggemaskan saja. Apalagi hari ini, bayi rubah itu mengenakan kemeja Hyunjin yang benar-benar kebesaran di tubuh kecilnya itu.

"Kau yakin mau mengenakan kemejaku itu, baby?" tanya Hyunjin untuk memantapkan pilihan Jeongin.

Jeongin mengangguk antusias. Ia benar-benar menyukainya. Ditambah dengan celana setinggi lutut. Si bayi rubah pun merebahkan dirinya di atas ranjang Hyunjin. Kakinya dan tangannya merengkuh guling itu kemudian ia memejamkan matanya.

hard life ;- hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang