four: i don't want that

2.7K 279 11
                                    


Jeongin mengerjapkan matanya sesekali ia menoleh ke kanan. Terlihat wajah tenang dari pria bernama Hwang Hyunjin. Ternyata dari sekian wajah dinginnya, pria ini memiliki wajah imut dan tenang jika dilihat saat ia tertidur.

Rubah kecil itu menatap sekilas wajah Hyunjin lalu beranjak dari ranjang milik Hyunjin tanpa menghasilkan suara sedikit pun. Ia tak mau mengganggu tidur tenang si singa.

Laki laki itu berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah kegiatan semalam yang ia lakukan dengan Hyunjin. Bertarung di ranjang.

Ia bisa melihat dirinya di kaca kamar mandi. Menampakkan tanda merah kebiruan di leher jenjangnya yang banyak hasil dari perbuatan Hyunjin kemarin.

Ssh.. Shit, aku benci semua ini.” ujar Jeongin sembari menatap pantulan dirinya di kaca kamar mandi.

Kemarin benar benar malam yang panjang dan panas. Hyunjin benar-benar menghukum rubah kecil itu. Hingga membuat rubah kecil itu hampir pingsan karena permainan kasar dari pria bermarga Hwang.

Air pada bathtub pun terlihat penuh. Jeongin pun segera melepas semua pakaiannya dan menenggelamkan diri di bathtub untuk membersihkan tubuhnya.

Walaupun berlama lama di sana, membuat 'milik'nya terasa sakit dan berkedut tak ada hentinya. Ah, 'milik' Hyunjin kemarin besar sekali dan membuat hole nya terasa sakit.

---

Hyunjin menatap rubah kecil itu merasakan hal baru dalam hidupnya. Untuk pertama kalinya, ia bisa mendengar apa yang ada disekitarnya. Dan suara Hyunjin adalah suara yang pertama kali ia dengar setelah mendapatkan benda kecil yang membantunya mendengar.

Sepertinya ia harus berterima kasih pada Hyunjin yang telah membelikannya alat bantu dengar, bukan melarikan diri untuk menjauhinya. Dan sepertinya ia harus bisa beradaptasi dengan keberadaan Hyunjin sekarang.

“Apa kau senang?” tanya Hyunjin dengan nada datar dan tanpa melirik Jeongin yang ada disampingnya

“Iya, aku senang. Hehe, terima kasih.” Jeongin memiringkan kepalanya sembari tersenyum manis hingga matanya terlihat segaris.

Hyunjin melirik rubah kecil yang ada di sampingnya, lalu mengusap lembut kepala rubah kecil itu. Gemas, Hyunjin tidak tahan jadi secara spontan ia melakukan hal seperti itu.
Sejujurnya, ia malas melakukannya.

Hati Jeongin berbunga-bunga setelah mendapatkan benda kecil itu. Padahal ia tak memintanya, selama ini ia tak pernah meminta pada siapapun. Termasuk pada Ibunya. Entah mengapa pria ini berbaik hati untuk membelikannya.

Jeongin merapatkan tubuhnya dengan tubuh kekar Hyunjin, lalu memeluk lengan pria itu. Sontak membuat si empunya terkejut melihat tingkah Jeongin.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Hyunjin sembari menatap Jeongin.

“Merangkulmu? Salah kah?”

“Mm.. Tidak.”

Jeongin tersenyum dan kembali merangkul lengan Hyunjin. Si empunya hanya bisa menahan gemas ingin mencubit pipi Jeongin. Ia tak bisa melakukan hal seperti itu disini, bisa-bisa reputasinya sebagai orang dingin akan jatuh.

---

“Aku boleh bertanya padamu?” Jeongin mengawali pembicaraan setelah sekian lama suasana tampak hening.

“Bertanyalah.”

“Kenapa kau membelikan benda ini pada ku?”

“Mm... Agar kau bisa mendengar? Bukankah seharusnya begitu?”

“Maksudku, kenapa kau membelikannya untukku? Aku baru mengenalmu tiga hari yang lalu.”

“Karena aku tak ingin kau tak bisa mendengar apa yang aku katakan. Terutama saat aku menghukummu.”

Jeongin mematung. Wajahnya memerah karena Hyunjin membuatnya mengingat kejadian semalam yang membuatnya merasa tersiksa dan juga merasakan kenikmatan tersendiri.

Cih, jangan membahas itu. Itu membuat Jeongin merasa malu dihadapan Hyunjin.

“Mm... Aku tidak memintanya padamu—”

“Sudahlah lupakan itu, yang penting kau bisa mendengar kan? Seharusnya kau bahagia sekarang, bukan sedih karena aku membelikannya.” ucap Hyunjin sebelum beranjak pergi. Namun, Jeongin menahan tangan kekar pria itu.

“Apa?”

Jeongin bangkit dari sofa dan mendekati wajah Hyunjin. Jeongin menghapus jarak antara dirinya dengan Hyunjin, tersisa dua senti saja. Hyunjin mematung. Tidak mengerti apa yang dilakukan Jeongin.
“Kau kenapa—”

Chu

“Terima kasih, maaf jika aku merepotkanmu.” Jeongin mengakhiri ciumannya dan pergi naik ke lantai atas meninggalkan Hyunjin yang tengah shock.

Disaat bersamaan, Jeongin merasa dirinya bahagia dan detak jantungnya berdetak tak santai karena perbuatannya barusan. Mencium bibir offside milik Hyunjin.

•••

Jangan lupa comment kawan.

Jelek dikit gapapa, lagi mampet ini pikiran saya:")

Sad:")

hard life ;- hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang