five: don't do it!

2.9K 265 7
                                    


Dua minggu telah berlalu, Jeongin pun bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sedikit demi sedikit ia belajar untuk tidak takut pada Hyunjin.

Dan dirinya harus bisa membaur dengan lingkungan sekitar Hyunjin. Dimana banyak orang berpenampilan layaknya pembunuh. Bahkan, di sekitar daerah ini Jeongin pernah melihat seorang pria menyeret mayat wanita lalu membuangnya ke tempat sampah. Seperti membuang sampah pada umumnya, hanya saja ini mayat.
Pikiran Jeongin bercabang. Tapi ia segera cepat-cepat melupakan hal negatif itu. Berusaha untuk tetap berpikiran positif walau lingkungan sekitar sedikit aneh. Tidak, melainkan sangat aneh.

Hari ini, Jeongin harus menjaga rumah lagi. Padahal hari ini jadwalnya ia masuk ke sekolah, sayang Hyunjin melarangnya untuk sekolah. Ia baru diperbolehkan masuk sekolah besok. Cukup mengesalkan, setidaknya ia bisa berisitirahat beberapa minggu setelah kejadian ia dihajar oleh Ayah tirinya.

Laki laki bermata rubah itu menidurkan dirinya di sofa. Menatap benda persegi dan lebar didepannya yang menampakkan gambar seorang psikopat sedang menggorok leher seorang wanita. Jeongin sedang menonton film pembunuhan. Bukan, semacam film psikopat.

Sedari tadi ia menonton film itu, ia merasa bosan. Bahkan menontonnya pun tak bisa menghayati. Hari ini benar-benar membosankan bagi Jeongin. Menjaga rumah, ditinggal Hyunjin sampai nanti petang, dan sendirian. Bosan. Ia ingin keluar.

Ia mematikan televisi lalu beranjak naik ke lantai atas. Jeongin merebahkan dirinya diatas kasur milik Hyunjin. Menatap langit-langit kamar, lalu matanya terpejam. Hingga ia terbangun di sore hari.

---

Nghh... Ahh-”

Kau sudah bangun?”

Jeongin tersentak melihat wajah tampan Hyunjin yang tiba-tiba berada di depan matanya. Tubuh mungil itu jatuh ke lantai, dan ia merintih kesakitan.

Jeongin mengelus pantatnya yang baru saja bertabrakan dengan lantai sembari bibirnya mengumpat seorang Hwang Hyunjin yang datang tiba-tiba.
Tangan kekar Hyunjin terulur untuk menolong Jeongin. Namun rubah kecil itu menepisnya dan membuang mukanya, berlagak seolah-olah sedang marah dengan Hyunjin. Yang sejujurnya ia minta perhatian dari Hyunjin.

“Apa kau ngambek, baby fox? ” Hyunjin terkekeh melihat tingkah Jeongin yang menggembungkan pipinya setelah pria itu menanyai rubah kecil itu.

Jeongin membalikkan badannya, memunggungi si dominan. Pipinya menggembung dan wajahnya memerah, Jeongin memalingkan wajahnya agar Hyunjin tak melihatnya dalam kondisi seperti ini.

Sang dominan menopang dagunya sembari melihat Jeongin tengah memunggungi dirinya. Menggemaskan, Hyunjin gemas ingin mencubit pipi gembil Jeongin itu lalu memakannya.

Tak habis pikir, Hyunjin pun menarik rubah kecil itu untuk naik ke atas kasur lalu menindihnya. Jeongin terkejut ketika tubuhnya melayang lalu jatuh ke kasur. Sekarang ia di bawah kungkungan Hyunjin.

Hyunjin telah mengunci semua pergerakan Jeongin hingga tidak menyisakan celah sedikitpun. Jeongin menelan salivanya ketika tatapan Hyunjin berubah menjadi tatapan em-- penuh nafsu?

“Hyun, apa yang kau lakukan?” Jeongin memberanikan diri untuk bertanya pada sang dominan.

Hyunjin tidak menjawab ia terdiam, namun tangan kekarnya mulai mengangkat kaos berwarna baby blue milik Jeongin. Laki-laki bermata rubah itu mengerang rendah sembari menggigit bibir bawahnya kuat kuat agar tak mengeluarkan desahan.

hard life ;- hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang