Chapter 1. Emily C. Eaton

10.2K 1K 109
                                    


Chapter 1Emily C

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 1
Emily C. Eaton





"ARE YOU READY PARTY PEOPLE?! DROP THE BEAT!!"

"Wooo!!!"


Emily memilih bergeming meski seluruh manusia-manusia pemenuh kehidupan malam di sana mulai menggila. Dengan manis ia terduduk pada salah satu sofa sembari menyesap San Miguel dalam diam. Bibirnya tersungging samar. Menggeleng pelan menyisir kerumunan 'orang gila' dalam jangkauan matanya kini. Well, jangan salah sangka. Ia juga termasuk ke dalam bangsa 'orang gila' itu kok. Anggap saja malam ini ia sedang waras-warasnya.

"Siapa yang kau lihat sampai matamu terpicing begitu?"

Emily menoleh ketika telinganya terusik. Pria tinggi pemilik mata biru laut itu tersenyum samar menghampiri Emily sebelum mendaratkan tubuhnya tepat di sisi kosong sofa yang Emily duduki, manik tenangnya menatap Emily menunggu jawaban.

"Apa menjadi larangan untukku melihat orang lain, Besson?"

Dylan Besson –pria itu terkekeh. "Baiklah, baiklah. Aku kalah," katanya sembari mengangkat kedua tangan di udara. 

Emily terkekeh samar sebelum membentuk garis lurus pada bibir merahnya. Membiarkan Dylan menyaksikan perubahan rautnya itu dengan gamblang. 

"Em, you okay?"

Kedua alis Emily mengerut, tak mengerti. "I'm okay, Dylan. Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"

"Kau ... tampak tak baik-baik saja."

Lagi, Emily terkekeh kecil sembari meletakkan gelasnya di atas meja. Kembali pula, ia tersenyum samar seolah memberikan isyarat bahwa ia baik-baik saja meski Dylan tahu kalau Emily tengah berpura-pura. Dylan mendengus.

"Tiga tahun aku mengenalmu. Kau pikir aku tak tahu kalau kau tengah berbohong, Eaton?"

Well, kali ini Emily yang kalah. Sehingga, saat itu juga senyumnya memudar. Ia tak bisa menyangkal.

Tiga tahun sudah Emily mengenal Dylan. Emily tak punya teman lain kecuali pria pemilik surai pink lemonade itu. Pasalnya, Emily tak pernah berniat sekalipun ingin mencari. Hidupnya takkan mungkin bisa diterima dengan mudah oleh orang lain. Tapi Dylan, ia berbeda. Pria inilah yang menjadi penolongnya sehingga ia masih bertahan sampai sekarang.

Emily menghela napas pelan. "Kau tahu kalau Ethan sebentar lagi akan lulus sekolah. Aku ingin ia lanjut ke jenjang perkuliahan. Tapi, kau tahu juga kalau hidupku berkecukupan. Mendengar ia ingin bekerja saja ketimbang kuliah karena tak ingin memberatkanku, rasanya menyesakkan meski aku harusnya bersyukur."

WONDERWALL (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang