#I'm sorry [✔]

25 6 25
                                    

Sekuel "I had kept my life"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semuanya berubah sejak pilihan itu terkabulkan. Meninggalkan dan ditinggalkan adalah dua hal yang berbeda namun menghasilkan rasa yang sama, rasa sakit yang tak berkesudahan.

.
.
.

Flashback on.

"Ku mohon kabulkan. Selamatkan Aska dan aku yang akan pergi," ujar Erin memohon.

"Baiklah," sahut gadis manis itu dengan helaan napas di ujung kalimatnya, "Tapi ku harap kau punya alasan yang tak akan pernah kau sesali." Lanjutnya.

"Ayo pergi," ujar gadis itu menarik Erin.

...................

At Erin room.

Kenza masih menangis meski ia telah jatuh dalam tidurnya.

Tit-----------------------

Suara yang memekakan telinga itu membuat Kenza terbangun dari tidurnya. Dilihatnya alat pendeteksi detak jantung yang digunakan Erin berbunyi nyaring menandakan tak ada lagi detak yang terdeteksi.

"Oh astaga!apa yang terjadi!" Kenza sedikit terkejut dan ia langsung berubah panik melihat keadaan Erin.

"Dokter! Dokter! Ayah!" Jeritnya panik, bahkan Kenza melupakan jika ada tombol darurat untuk memangil dokter.

"Tidak... tidak Erin kau harus bertahan, kumohon......dokter tolong!" Serunya lagi saat merasa dokter tak kunjung datang.

Tak lama datanglah dr. Hans- ayah Kenza- dengan dua orang perawat.

"Ayah ku mohon Erin.. ayah."

"Ia ia ayah tau, coba tenangkan dirimu dulu."

dr. Hans memeriksa keadaan Erin. Kepalanya menggeleng pelan mengetahui keadaan Erin.

"Siapkan alat kejut jantungnya," perintahnya di turuti oleh perawat tersebut.

Kemudian datanglah perawat membawa alat kejut jantung yang nampak serupa alat setrika itu. dr. Hans berusaha menyelamatkan Erin dengan sekuat tenaganya, meski tak menunjukan tanda yang sesuai harapannya ia masih terus mencoba dan mencoba.

Kenza yang ada di sana hanya memandangi sang ayah yang tengah berusaha menyelamatkan Erin. Mulutnya tak henti - henti menggumamkan doa agar Erin baik-baik saja.

Namun sepertinya tuhan belum menjawab doanya. Setelah beberapa kali mencoba dr. Hans menyerah. Tak ada tanda tanda bahwa Erin masih hidup.Ia meletakan kembali alat kejut jantung yang ia gunakan. Tangan dr. Hans lemas, Raut wajahnya pun suram.

Kenza yang melihat itu langsung menghampiri ayahnya.

"Ada apa ayah? Erin selamatkan?" Tanya Kenza panik dan dr. Hans menggeleng pelan. Dunia Kenza seakan runtuh saat mendapat jawaban seperti itu dari ayahnya.

"Tidak.. tidak... Erin pasti selamatkan? Hiks jawab ayah! Erin akan selamat kan? Dia bukan gadis lemah hiks jadi dia pasti selamatkan? Ayah jawab aku! Erin masih hidup kan?" Tubuh Kenza merosot jatuh ke lantai. Tangisannya yang baru tadi mereda kini kembali menderas.

"Ikhlaskan dia. Maaf , ayah sudah melakukan yang terbaik tapi tuhan berkata lain," jawab dr. Hans berusaha tenang.

Seolah masih belum percaya dengan apa yang ayahnya katakan, kini Kenza tergesa mendekati Erin yang wajahnya sudah ditutup kain putih oleh perawat.

the greystoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang