Mengubah Takdir - Part 18

205 9 0
                                    

Aku bersiap. Koperku sudah tertutup dengan rapi. Aku sudah memakai pakaian hangat untuk berada dalam pesawat. Bryan memesan penerbangan paling pagi hari ini. Pukul enam pagi aku harus sudah berangkat ke bandara. Sial sekali, aku bangun pukul empat pagi untuk merapikan koperku.

Aku keluar kamar dan Ibuku, masih dengan baju tidur tergopoh-gopoh menemuiku. Setidaknya, ia tidak lupa melepas roll rambut di poninya. Ia menyeretku masuk ke dalam kamar kembali. Ia segera menyuruhku terduduk di atas tempat tidur. Tak peduli seberapa gelap langit, ia tetap berapi-api menatapku sekarang.

"Mommy? Kita akan bertemu beberapa hari lagi," aku mengatakannya dengan santai.

"Apakah Hazel benar-benar sakit? Mommy akan menjaganya dari Ayahmu," Ibuku mendesakku dengan cukup mengerikan.

Aku menelan ludahku dan menggelengkan kepalaku, "Berjanjilah, jangan sampai Daddy tahu alasanku yang sebenarnya."

Ibuku terduduk di sampingku dengan tatapan tercengang, "Firasatku benar. Sudah pasti, jika Hazel yang sakit, kamu tidak akan khawatir seperti ini."

"Apakah Mommy sayang padaku?" aku menatapnya dengan saksama dan menunggu jawabannya dengan ragu.

Ibuku dengan bersemangat menjawab, "Tentu saja! Kamu adalah wanita paling cantik di muka bumi dan Mommy yang melahirkannya. Tunggu..., apakah itu penting sekarang?"

Aku mengangguk dengan tenang, "Manusia akan melindungi orang yang mereka sayangi. Jika Mommy sayang padaku, Mommy akan melindungiku apapun yang terjadi."

"Tentu saja! Mommy melakukan semuanya untukmu. Benar-benar semuanya yang penting kamu bahagia. Meskipun kamu juga tidak bahagia sekarang," Ibuku menundukkan kepalanya dengan wajah masam.

Aku tersenyum, "Syukurlah jika Mommy mengerti. Mommy membuatku yakin bahwa apa yang aku lakukan adalah benar."

"Maksudmu? Siapa orang yang kamu sayangi itu, Anaz?" Ibuku mulai serius dan tatapannya seolah mematikan.

Aku tersenyum, "Mengapa bertanya jika sudah tahu jawabannya? Ketika seseorang bertanya ketika sudah mengetahui jawabannya, ia pasti ketakutan dengan kenyataan."

"Oh jurnalis itu. Apakah ia sakit? Kamu akan menemuinya?" Ibuku mengelus lembut rambutku.

"Bukankah takdir ini melelahkan?" aku bergumam dan tersenyum dengan diriku sendiri.

"Anaz! Kamu ditakdirkan lahir di keluarga seperti ini. Kamu bisa melakukan semua yang kamu inginkan. Semua orang mengenalmu dan semua orang takut padamu," Ibuku menepuk pundakku dengan kencang mungkin untuk menyadarkanku.

Aku tersenyum dengan tenang, "Itu bagian dari takdir yang paling melelahkan. Keluarga? Apakah ini terasa seperti keluarga?"

Ibuku mulai menurunkan tatapannya. Ia memainkan jari jemarinya sebagai tanda penyesalan yang tidak terucap.

"Karena aku adalah orang yang terkenal, aku tidak bisa pergi ke rumah sakit seenaknya. Aku harus berpikir keras agar bisa ke rumah sakit. Karena aku adalah orang kaya, aku tidak bisa berkencan dengannya. Apakah aku harus selalu berkencan dengan pria kaya yang tidak tulus mencintaiku?" aku menghela napasku. "Mommy, bukankah keinginan terbesar Mom adalah menjadi pembawa berita? Menurutmu, tidak ada yang lebih seksi daripada berdiri di depan kamera seraya membacakan berita terbaru dan bertemu presenter tampan di kantor? Apakah Mommy bisa melakukan itu sekarang?"

"Anaz, ini baru jam lima pagi. Kamu mengawali harimu dengan sangat buruk," Ibuku tersenyum seraya menoleh pada jam dinding.

"Apakah sekarang Mommy memiliki hidup sesuai yang diimpikan? Aku akan terkesan sekali kalau ini kehidupan yang Mommy dambakan," aku sedikit menggunakan nada sarkastisku. "Jika ini hidup yang bahagia dan nyaman, lingkaran besar dan hitam itu tidak akan terus melekat di bawah matamu," aku menunjuknya.

WEARY FATE 2nd Book of Painful Lies (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang