Bahkan Setelah Semua yang Terjadi - Part 11

243 10 4
                                    

Aku terbaring dengan lemas di atas tempat tidurku. Sudah satu minggu semenjak aku wisuda. Namun, rasa sakitnya masih terbayang sampai saat ini. Sebuah peristiwa yang takkan kulupakan. Bahkan sekarang, dalam lamunanku di atas tempat tidur, aku masih mampu merangkai sebuah puisi karena begitu menyakitkannya peristiwa ini.

Bahkan setelah semua yang terjadi, seharusnya aku menjadi pribadi yang kuat dan berlapiskan baja. Tetapi aku salah besar. Semua ini tidak memberikanku pelajaran sama sekali. Aku masih Anaz manja yang mudah sekali dibuat menangis. Tak peduli seberapa pahit yang pernah kualami, aku tetap akan mudah tergoyahkan dan tumbang. Awalnya aku berusaha menahan semuanya. Tutup saja telinga dan matamu, Anaz, itu yang kuperintahkan pada diriku sendiri. Nyatanya tidak bisa. Mereka tetap terbuka.

...

Hari di mana wisuda berlangsung

Bisa jadi, hari ini, berat badan Hazel turun beberapa kilogram demi mempersiapkan gaun mewahku dan memfotoku dari sisi kanan dan kiri. Semua wartawan bahkan datang ke salon pribadiku untuk merekam proses riasanku. Aku bisa merasakan getaran dari si makeup artist yang tidak fokus karena dikerumuni puluhan wartawan. Tepat pukul delapan pagi, aku sudah tiba di sekolah dengan pengawal lengkap Ayahku karena Ayahku jelas diundang.

Suasana sangat kacau. Aku sibuk mengangkat gaunku yang menutupi mata kaki dan Ayahku sibuk mengawalku dari belakang serta Ibuku sibuk menjawab pertanyaan para wartawan. Hazel sibuk mengipasiku karena keringat bercucuran di keningku.

Setelah perjalanan yang begitu panjang, aku sampai pula di ruangan dan duduk di tempat yang sudah ditentukan. Semua orang menatapku setajam mata panah seolah aku adalah bencana, saat aku benar-benar tidak tahu apa yang mereka benci dariku. Aku hanya terduduk, sesekali menunduk menatap layar ponsel, dan sesekali memerhatikan semua orang di sekitarku yang bertegur sapa. Aku tidak merasa dalam sekolah ini ada yang perlu kusapa. Aku hanya selalu menyapa satpam penjaga gerbang setiap pagi dan sore hari. Dan kurasa hari ini satpam itu tidak ada bersamaku di ruangan ini.

Tak lama, seorang guru menghampiriku. Pakaiannya sama-sama gaun sepertiku. Ia tersenyum ramah padaku dan membungkuk untuk berbisik.

"Siapkan pidato perwakilan murid," bisiknya dengan senyuman.

"Mengapa mendadak sekali?" aku berusaha mengimbangi volume suaranya yang begitu pelan.

"Tadinya ini tugas Sherlen. Tapi kebetulan ia sedang sakit tenggorokan dan suaranya terbatas sekali. Tentu saja...kamu bisa menggantikannya." Ia menatap sedikit wajahku dan mengangkat sebelah alisnya untuk menanyakan pendapatku.

Aku berdiri dari kursiku dan itu mengejutkan semua orang yang ada di sekitarku. Wanita ini pun agak tersentak dan menundukkan kepalanya di hadapanku. Aku memakai sepatu hak tinggi yang menjadikanku jauh lebih tinggi darinya.

"Jadi maksudmu, anak seorang Gubernur hanya dijadikan pilihan kedua? Saat Ayahku pemimpin nomor satu...?" aku menahan amarahku dan membisikannya dengan pelan namun menusuk jantungnya. Aku sedikit tertawa di akhir kalimatku. Sejujurnya, tubuhku sudah bergetar karena marah.

"Nona...," wanita itu semakin tertunduk dan suaranya semakin pelan. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tajam dan melipat kedua lenganku.

Aku kemudian menoleh pada tempat duduk kedua orang tuaku. Mereka sedang memerhatikanku dari kejauhan. Kemudian, aku menoleh pada tempat duduk Sherlen beberapa baris di belakangku. Sherlen sedang mengobrol dengan temannya seraya tertawa-tawa.

"Saya bisa paksa Sherlen...," guru muda itu menambahkan.

"Tidak perlu. Biar saya saja," aku segera mengakhirinya dengan terduduk kembali dan membuang pandangan. Pertama, aku yakin Sherlen baik-baik saja. Kedua, aku tidak bisa marah dan membentak guru tanpa dosa itu di hadapan kedua orang tuaku. Mereka selalu menanamkan kepadaku untuk menjaga etikaku. Ketiga, aku ingin membuka mata semua orang akan keberadaanku. Hanya dengan lewat pidato itu, semua mata, ribuan pasang mata akan tertuju padaku.

WEARY FATE 2nd Book of Painful Lies (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang