Chapter 8A

785 124 16
                                    

Delapan belas, sembilan belas, dua puluh...

Yuna menghitung setiap pergantian lantai menuju apartemen Jungkook dan memastikannya sama dengan angka pada layar, setelah itu ia melompat keluar dari lift ketika bunyi 'ting!' halus terdengar.

Jungkook membuka pintu pada saat Yuna akan menekan bel untuk yang ketiga kalinya. Laki-laki itu terlihat segar pagi ini, mungkin karena baru saja selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan berantakan. Hari ini Jungkook mengenakan kaus abu-abu polos yang sedikit basah di bagian kerah karena titik air dari ujung rambut lalu dipadukan dengan celana kain panjang berwarna putih.

Tidak buruk, pikir Yuna.

Lagi-lagi aroma kopi yang sampai pada penciumannya dengan suasana menenangkan yang masih sama seperti kemarin ketika ia memasuki apartemen Jungkook. Kalau terus seperti ini mungkin tidak akan lama bagi Yuna untuk menetapkan apartemen Jungkook sebagai tempat kesukaannya. Tetapi tentu saja, ia tidak berniat mengatakan hal kecil ini pada lelaki itu.

Jungkook menjentikkan jari tepat di depan wajah Yuna lalu berkata, "Jangan melamun!"

Tanpa membuang waktu mereka langsung memasuki area dapur, Jungkook langsung mengambil tempat duduk di meja makannya dan mengambil panekuk lalu menyiramnya dengan sirup maple.

Setelah melihat Yuna hanya berdiri sambil menatapnya, Jungkook langsung memberikan perintah dengan bahasa tubuhnya agar gadis itu duduk di depannya.

"Aku baru akan mulai sarapan, kalau kau mau kau bisa ikut sarapan," kata Jungkook sambil mengunyah panekuknya.

Yuna tak berkomentar dan hanya menyeruput teh yang sudah ada di meja. Seingatnya semalam Jungkook mengatakan ia hanya punya kopi di dapurnya, tetapi hari ini ia menemukan teh. Apakah lelaki itu sudah mempersiapkan diri semalam?

"Tidak," ujar Jungkook tiba-tiba sambil menguyah panekuknya, lelaki itu mengusap sisa sirup maple di ujung bibirnya sebelum menambahkan, "aku tidak mempersiapkan diri atau membeli teh itu khusus untuk menjamu dirimu."

Yuna menatap Jungkook heran sambil bertanya-tanya apa lelaki itu bisa membaca pikirannya sampai lelaki itu sendiri menjawab pertanyaannya.

"Itu hanya teh sample yang dikirim sebuah perusahaan minuman seduh padaku semalam. Teh itu produk terbaru mereka untuk percobaan," ujar Jungkook sambil menunjuk sekotak teh dengan tulisan 'sample' di bawah nama produk di meja bar.

"Hah? Kau memberiku sample? Kau pikir aku tikus?"

Yuna menatap Jungkook tak percaya, yang dibalas lelaki itu dengan bahu yang terangkat cuek.

"Beritahu aku bagaimana rasanya, agar aku bisa cepat memberi mereka review."

Yuna merengut tetapi Jungkook terlihat tidak ambil pusing.

"Rasanya, tentu saja seperti teh," balas Yuna akhirnya.

"Omong-omong, karena kau sudah mengetahui semuanya, aku punya satu permintaan kecil untukmu." Setelah jeda untuk kesekian detik, Jungkook akhirnya membuka suara.

"Permintaan apa?"

Jungkook ragu sebentar, lalu dengan tarikan napas yang sedikit terasa berat, lelaki itu kembali berkata, "Tolong jangan memberitahu Soobin alamat apartemenku."

Yuna mengerutkan keningnya, "Kenapa? Bukankah dia adikmu?"

"Merepotkan," balas Jungkook santai. "Dan aku belum siap berbicara banyak dengannya selain tentang urusan dapur," tambahnya setelah itu meneguk kopinya.

Yuna menatap Jungkoom curiga, tetapi sebelum ia mengatakan pemikirannya, lelaki itu sudah bangkit dan kembali berkata, "Baiklah, sekarang mari kita mulai!"

Panna Cotta Girl (Yukook Version) [Proses Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang