Chapter 19

615 102 30
                                    

'Aku tidak tahu kalau kau punya teman yang tinggal di apartemen elit ini' adalah kalimat sambutan yang Yuuta lontarkan ketika mereka akhirnya bertemu di lobi apartemen. Yuna akhirnya hanya sanggup menyeringai aneh dan buru-buru masuk ke dalam mobil saat tak menemukan sesuatu yang bagus untuk membalas ucapan Yuuta.

"Apa yang tadi itu adalah apartemen milik Jeon Jungkook?" tanya Yuuta ketika mereka sedang menunggu lampu lalu lintas berubah hijau.

"Ya," balas Yuna.

Yuuta mengangguk paham. "Hubungan kalian berkembang pesat rupanya, aku cukup terkejut."

"Yeah, aku juga cukup terkejut," balas Yuna sekenanya. "Sejauh ini kupikir dia orang yang baik."

Yuuta mengangguk sambil menggumamkan 'hmm' panjang, telunjuknya bergerak mengetuk permukaan stir dengan gerakan yang konsisten, sementara pandangannya lurus ke depan meskipun tidak sedang fokus pada satu objek manapun.

"Omong-omong, apa aku mengganggu acara kalian?"

"Tidak. Sebaliknya, kau malah menyelamatkanku dari pembicaraan yang sedikit...."

Yuna menggantungkan kalimatnya dan berusaha mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan kecemburuan mereka satu sama lain. Kalau dipikirkan sekali lagi, entah bagaimana pembicaraan mereka terasa agak memalukan.

"Pembicaraan serius?" sambung Yuuta mencoba melengkapi kalimat gadis di sampingnya.

Yuna mengendikkan bahunya sekilas seolah mengatakan 'mungkin saja'.

"Kalau begitu tidak heran kalau kau sampai mengabaikan Soobin. Sejak pagi Soobin sedang berusaha menghubungimu," kata Yuuta ketika lampu lalu lintas akhirnya berubah hijau. "Dia bertanya padaku, katanya kau tidak menjawab panggilannya."

"Benarkah?" tanya Yuna kemudian membuka tas dan mengambil ponselnya.

"Cek saja ponselmu," balas Yuuta cuek sambil memutar stir ke kiri.

"Woah, kau benar," ujar Yuna dengan nada agak merasa bersalah setelah melihat daftar panggilan dan kotak pesan.

"Kalau kau punya seseorang yang baru, harusnya kau tidak melupakan seseorang yang lama," komentar Yuuta agak sinis. "Tunggu sampai kekacauan datang."

Yuna mengalihkan pandangannya ke arah Yuuta dan menatap lelaki itu sebal. "Maksudmu apa? Kau sedang mencoba untuk menyindirku?"

Yuuta mendesah antara frustrasi dan jengah sebelum berkata, "Bagaimana aku bisa menikah dengan tenang kalau aku masih punya ekor yang bodoh. Dasar merepotkan! Kalau sudah seperti ini bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendiri."

"Kau sedang mencoba mengatakan apa sih, Yuuta?" tanya Yuna bingung.

"Bodoh dan polos ternyata benar-benar sulit dibedakan."

Yuuta balas menatap Yuna. "Atau kau sedang pura-pura tidak tahu," tuding Yuuta curiga.

"Bicaralah yang jelas, Yuuta!" ujar Yuna gemas. "Sebenarnya topik seperti apa yang sedang ingin kau bahas? Apa ada hubungannya dengan WO yang akan kita temui hari ini?"

"Kalau begitu baiklah," kata Yuuta tanpa menjawab pertanyaan Yuna. "Selagi masih ada waktu, aku akan jadi penengah dan pihak yang netral di antara kalian. Aku akan mengambil peran sebagai pemimpin untuk menyelesaikan masalah di sini."

"Astaga, apa lagi sekarang? Kau sedang ingin bermain-main?"

"Dan sebagai pemimpin, aku menyuruhmu menghubungi Soobin sekarang juga, Akari!"

"YAHH!" seru Yuna agak jengkel sambil menatap temannya dengan tak habis pikir.

"Sejak kapan sih kau suka bertele-tele? Tinggal katakan saja kalau aku harus menghubungi Soobin tanpa perlu mengata-ngataiku. Heran, sudah mau menikah tapi kelakuanmu masih seperti ini, kapan sih kau akan dewasa?" gerutunya sambil mengotak-atik ponselnya.

Panna Cotta Girl (Yukook Version) [Proses Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang