Menjadi anak yang dari kecil sudah ditinggal orangtuanya, menurut kalian apa yang akan terjadi ke depannya terhadap anak tersebut? Bukan ditinggalkan dalam arti orangtuanya meninggal, tetapi orangtuanya terlalu sibuk bekerja.
Sang ayah, bekerja di kota yang sama dengannya tetapi terlalu sibuk kerja. Selalu saja ada lembur, lembur, dan lembur, sedangkan sang ibu memilih merantau lantaran tidak kuat menghadapi sikap mertuanya yang terlalu 'tidak suka' terhadapnya.
Setiap hari yang dilakukannya hanyalah sekolah, makan, mandi, belajar, dan tidur. Begitu saja. Apalagi yang akan dilakukan seorang murid SMA yang merindukan perhatian orangtuanya? Berbuat onar hingga menimbulkan masalah sudah dia lalukan di SD dan SMP, namun tak mendapati hasil yang dia harapkan membuat masa SMAnya dia habiskan dengan menjadi lebih tidak perduli.
Seperti saat ini, Gissa berada di kamar, tepatnya di kasur kecilnya dengan posisi kaki berselonjor dengan badan yang bersandar pada dinding bercat hijau. Sebuah laptop berada di pahanya, sedangan ponsel berwarna emas berada di samping kanannya.
Gissa sedang menonton drama korea dimana adegannya adalah seorang lelaki sedang marah-marah dihadapan kamera karena ibu dan adiknya dinyatakan bunuh diri dengan melompat ke laut. Ditemani sebotol air putih yang masih dingin terbukti dengan keluarnya titik embun yang berada di luar botol dan juga beberapa snack makanan ringan, Gissa terlalu fokus dengan adegan demi adegan yang tersaji dari dalam laptop.
Merasakan badannya kaku, Gissa memindahkan sejenak laptop dari pangkuannya menjadi di atas kasur, Gissa berdiri lantas merenggangkan badannya, mengambil celana berwarna hitam dengan tiga garis berwarna orange—celana seragam olahraga milik kelas sebelas dan dua belas yang digunakan setiap hari Jum'at yang kemarin dia pinjam dari kakak kelas untuk digunakan kegiatan sekolah yang rutin diselenggarakan sebelum ujian akhir semester gasal dimulai— memilih keluar dari kamar menuju teras rumah, Gissa meyapa seorang wanita, lebih tepatnya tetangga menyebalkan yang lewat depan rumahku sambil tersenyum—senyum yang hanya formalitas belaka bahwa Gissa masih memiliki rasa sopan terhadap orang yang lebih tua darinya lantas duduk sebentar seraya membuka ponsel berharap sang mama mengiriminya pesan.
Ada beberapa notifikasi saat Gissa menarik bagian atas layar ponselnya, tetapi tak ada satu notifikasi dari sang Mama.
Menghela nafas, Gissa menuju keran air yang berada di samping bagian depan rumah lalu membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari keran. Rasa dingin langsung terasa di wajahnya, membuatnya terasa lebih segar. Setelah beberapa kali Gissa membasuh wajah, Gissa menutup keran air dan memilih memasuki rumah. Memasuki kamar, Gissa mengambil botol minum yang kini hanya tersisa sedikit membawa botol itu ke dapur dan mengambil botol minum lainnya di kulkas yang langsung dia minum. Tak lupa Gissa mengambil beberapa bungkus snack yang masih ada di kamar dan membuangnya di tempat sampah.
"Gissa, lagi ngapain? Minjem motor boleh ngga? Motor gue dibawa kakak soalnya." Doni, sepupu Gissa yang lahir di tahun yang sama dengannya tiba-tiba datang dari belakang dan menepuk pundak Gissa membuat gadis itu sedikit terkejut.
"Bawa aja noh, di garasi. Kuncinya di atas kulkas ye."
"Gue bawa dulu, ntar gue balikinnya sorean ya. Jam setengah enam lah, lo mau beli apa? Kali aja sekalian gitu."
"Ngga deh Don, stok chiki gue masih banyak tuh."
"Oke, ntar motornya langsung gue masukin garasi lagi. Jangan dikunci aja pintu garasinya. Oke adek manis?" Doni mengacak poni rambut Gissa yang membuat gadis itu melotot ke arah Doni yang hanya dibalas kekehan kecil seraya melenggang pergi.
"Oke, sekarang lanjutin nonton drama." Kata Gissa bermonolog.
TBC....
Halloooooo semuanya. masih prolog, tenang-tenang. ini maunya di publish hari apa aja komen yaaaa.
oh iya, jangan lupa pencet tombol bintang, dan juga komen yaaaa....
salam kenal dari pacarnya 96liner,
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Try || Kim Doyoung
Teen Fiction"Lo tadi bisa nembak di area three point kan?" Derrel bertanya di sela tangan kanannya masih sibuk memantulkan bola basket ke lantai. "Iya bisa, kenapa?" Gissa menjawab dengan santai. "Gue ada tawaran, mau coba? Kalo dari tiga kali shooting lo bisa...