I'll Try - Sepuluh

8 0 0
                                    

Udah lama nggak update, akhirnyaaa! Aku kembali. Ada yang nungguin nggak? Kayaknya nggak ada, huhu....

Happy reading~

———————————————

Latihan tembak dalam ruangan.

Begitu tulisan di dinding kaca tebal. Tulisan putih dengan background merah itu tampak apik apalagi ketika melihat ke dalam ruangannya.

Beberapa peralatan menembak tersusun rapi tepat di belakang dinding kaca itu. Seperti baju rompi, kacamata pelindung, bahkan penutup telinga. Hanya pistol yang letaknya tersembunyi di laci almari paling pojok dekat dinding.

DOR!

Seorang perempuan menekan pelatuk pistol di tangan kanannya ketika merasa sudah berada sedikit meleset pada bagian yang dia incar. Sembilan.

Matanya menajam. Membidik nomor delapan pada target.

DOR! DOR!

Kali ini dua peluru melesat tanpa jeda waktu yang lama. Peluru yang pertama sesuai yang dia incar berada di nomor delapan. Namun peluru kedua menembus kertas di garis antara delapan dan tujuh sedikit bergeser ke kanan dan naik karena jeda yang sebentar.

DOR!

"Nice shoot."

Suara tepuk tangan membuyarkan konsentrasi perempuan itu. Menoleh ke sumber suara, di dekat pintu, ada seorang perempuan dengan rambut panjang yang terikat menyender ke dinding kaca. Tangannya masih bertepuk, membuat suara di dalam ruangan kaca itu.

"Maaf?" Perempuan yang baru saja menaruh pistol di meja dan melepas penutup telinga, yang ternyata Gissa bertanya. Merasa asing dengan perempuan yang sekarang mulai berdiri tegap dan berjalan santai ke arahnya. "Ohh, anggota VIP baru?"

Perempuan itu tersenyum lantas menggeleng. "Baru tahu kalau ada tempat seperti ini di sini."

"Cuma anggota VIP yang bisa akses tempat ini."

"Kamu, mau ngambil S. In. ya?"

"Hah?" S. In. Sarjana Intelejen, itu setidaknya yang Gissa tahu karena adik dari kakeknya sering menjelaskan dunia kemiliteran dan intelejen. Tentang bagaimana mereka dilatih, materi yang diajarkan hingga belajar bahasa asing.

"Sepertinya kemampuan kamu terlalu sayang jika disia-siakan."

Gissa tertawa kecil. Dengan cepat merapikan peralatan menembaknya saat tahu kemungkinan akan kemana arah pembicaraan.

"Kamu berminat bukan?" Perempuan itu melanjutkan, saat melihat Gissa melepas rompinya dan menggantung di gantungan yang tersedia.

Gissa mengabaikan, dia mengambil kartu member miliknya, mengalungkan di leher, lantas membuka pintu dan berjalan meninggalkan ruangan latihan. Berjalan menuju tangga, menaiki anak tangga satu persatu. Mengabaikan ocehan perempuan di belakangnya yang dari tadi membahas kegiatan di sekolah intelejen.

"Stop." Gissa berbalik saat berada di anak tangga paling atas. Tangannya mengepal. "Jujur saja. Anda tahu saya berada di shooting room dari siapa?"

"Saya mengikuti kamu. Saya kira tempat ini hanya tempat olahraga biasa, sampai kamu buka pintu di belakang kamu itu dan ternyata ada ruangan tembak di sini."

"Terus, kok bisa masuk?"

"Karena sebelum pintunya tertutup, saya mengganjal menggunakan ujung kaki." Perempuan itu tersenyum. "Kamu mau kenalan dulu sama saya?"

"Haha. Paling nama palsu yang anda berikan." Gissa lagi dan lagi tertawa. Entah lah. "Bisa tahu tempat ini dari? Maksud saya, tempat olahraga ini."

I'll Try || Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang