Setelah mandi dan sedikit berdandan, Gissa mengambil slingbag, lantas memasukkan beberapa lembar uang berwarna merah, tisu kecil, ponsel, bedak dan lipstick. Keluar dari kamarnya sambil menguncir rendah rambutnya. Di garasi, Gissa mengambil helm berwarna hitam dan dua buah masker satu kali pakai. Ditentengnya helm itu lalu keluar dari garasi dan melihat Doni sudah di depan rumahnya duduk diatas motor Gissa.
"Lama amat, telat sepuluh menit," ucap Doni begitu menemukan Gissa keluar dari garasi dan sekarang mengunci garasi.
"Ahelah, besok-besok kalo lo pacaran juga pacar lo pasti ngaret. Ga cuman seputuh menit, bisa jadi setengah jam," balas Gissa.
Kali ini Gissa menggunakan kaos berwarna biru, celana jeans dan sneakers berwarna senada tak lupa jam tangan melingkar di tangan kirinya. Sedangkan Doni, ia menggunakan kaos polos berwarna putih, jaket dua warna yakni biru dan abu-abu, celana jeans hitam serta sepatu senada dengan jam tangan berwarna hitam melingkari tangan kirinya.
"Udah ayo buruan keburu malem bego," sungut Doni.
"Iya iya. Gitu aja sensi. Kaya cewek lagi dapet aja."
Setelah mengatakan itu, Gissa langsung naik ke motor dan menggunakan maskernya. Dia menaruh satu masker yang belum dipakainya ke dalam slingbag lalu motor itu melaju keluar dari area perumahan.
"Pake helm lo," perintah Doni saat ia melirik ke arah spion dan mendapati Gissa belum memakai helmnya.
Tanpa perlu di perintah dua kali, Gissa memakai helmnya.
Perjalanan kali ini tak banyak pembicaraan. Hingga empat puluh menit kemudian mereka sampai di mal yang sepertinya saat ini tidak terlalu ramai. Memarkirkan motor di area depan mal dan membayar, mereka masuk dengan Doni yang berjalan sejajar Gissa lantas menuju ke lantai tiga dimana letak toko buku yang akan mereka datangi.
Doni menuju ke rak buku dimana isinya tentang pelajaran, sedangkan Gissa berjalan menuju ke rak novel sambil mengeluarkan ponselnya. Gissa mencari apakah ada novel incarannya namun dia tak menemukannya. Saat akan mengambil novel dengan judul yang baru saja ia baca tadi sore sebelum Doni mengajaknya kesini, tangan Gissa bersentuhan dengan tangan seorang laki-laki.
"Maaf, gue kira lo mau ambil novel yang sebelahnya," laki-laki itu menggaruk belakang kepalanya salah tingkah, lantas mengulurkan tangannya. "Gue Lian."
"Gue Gissa." Gissa menerima uluran tangan laki-laki itu, menjabatnya sebentar. "Lo mau ambil ini novel? Lo juga suka sama karyanya apa Cuma iseng mau baca sinopsis belakang bukunya doang?"
Mendapat reaksi yang sebegitunya, Lian terkaget. Ia kira Gissa adalah orang yang sombong mengingat banyak gadis yang sering melemparkan tatapan tanya dan pergi begitu saja tanpa membalas uluran tangan yang diberikan dan mungkin tidak mau diajak kenalan karena sebelum masuk ke toko buku ia melihat Gissa digandeng oleh seorang laki-laki yang ia pikir mungkin pacar gadis ini.
"Ohh, nggak. Ini kebetulan sepupu gue yang nitip. Sebenernya gue kesini cuma mau beli buku pelajaran sih, eh tapi dianya malah nitip beli novel ini. Katanya bagus, gitu."
"Haha, emang bagus kok. Gue udah baca itu, ya walaupun baru setengah sih. Itu tuh apa ya, cara penulisnya nyeritain begitu apik, keren dan bisa bikin yang baca masuk ke dunia yang dia tulis gitu. Pokonyaa rekomen dah."
"Lo emang suka novel? Dari jaman kapan?"
"Iyaa, gue suka banget novel. Dari jaman kapan ya, mungkin kalo ga SMP ya SD kelas Enam gitu."
"Wihhh, pasti banyak nih novelnya, boleh dong—"
"Gis," ucapan Lian terputus oleh suara Doni yang memanggil Gissa. "Kamu udah dapet novel yang kamu cari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Try || Kim Doyoung
Teen Fiction"Lo tadi bisa nembak di area three point kan?" Derrel bertanya di sela tangan kanannya masih sibuk memantulkan bola basket ke lantai. "Iya bisa, kenapa?" Gissa menjawab dengan santai. "Gue ada tawaran, mau coba? Kalo dari tiga kali shooting lo bisa...