DOUBLE UP! YEAYY!
Happy Reading!
———————————————Lapangan rumput yang berada di tengah-tengah sekolahan itu ramai digunakan untuk sekedar duduk lesehan atau bahkan berbaring oleh sekelompok murid. Salah satu diantara banyaknya kelompok ada Derrel, Lian, Adva dan Caca.
Derrel yang berbaring dengan satu lengan yang tersimpan di belakang kepalanya. Lian yang duduk dengan tangan yang terdapat satu bungkus ciki. Adva yang duduk dengan tangan sibuk bermain gitar dan Caca yang duduk ikut memakan ciki di tangan Lian.
"Lo beli di kantin sana sih, Ca. Sekalian beli minum. Haus gue." Lian berkata saat mendapati tangan Caca yang kembali mengambil cikinya.
"Ah elah, pelit amat sama sepupu sendiri juga."
"Masalahnya ini udah mau habis cikinya, Juminten."
"Juminten nenek lo ya, Bambang."
"Bambang-Bambang, itu guru Bahasa Inggris, kipli."
Jrenggg....
Petikan gitar dari Adva menghentikan pertengkaran tidak jelas antara Lian dan Caca.
"Dan mungkin bila nanti. Kita akan bertemu lagi...."
"Nih juga, sebenernya lo pengen ketemu siapa sih Der?!" Caca sewot karena sudah muak mendengar penggalan lirik itu lagi
yang dinyanyikan Derrel. "Dari awal kenal sampe sekarang itu mulu. Ganti bisa?""Lo, pms ya? Dari tadi sewot mulu." Derrel merubah posisinya, kini ia duduk bersila. Tangannya mengambil roti kering dalam tempat makan sebelah Lian. Roti yang dibikin Linda kemarin. "Lo beli minum sana, Ca. Empat."
Caca mendengus, tak urung ia berdiri. "Air mineral aja nih? Atau yang lain?"
"Bebas aja sih," jawab Derrel
"Gue ambilin air kamar mandi mau lo?"
"Kalo nyawa lo masih stok banyak ya silahkan."
"Kampret."
Caca meninggalkan ketiganya menuju kantin. Suasana kantin yang tidak ramai membuatnya merasa lega. Karna kali ini seluruh kakak kelasnya masih terjebak di ruang auditorium entah untuk acara apa.
Buru-buru ia mengantri ke penjual minuman yang terdapat beberapa adik kelasnya.
"Lo lihat nggak tadi pagi? Si Caca makin nempel ke Adva. Kambing lah. Kaya perangko sama surat aja."
Dengan jelas, gadis yang saat ini sudah maju satu antrian itu mendengar suara di belakangnya.
"Halah kaya gitu lo ributin. Kalo dia bukan sepupunya Lian, gue yakin Adva juga ogah sama dia. Jangan kan jadian, deket aja nggak."
Antrian itu maju lagi.
"Oh iya, lo denger Derrel deket sama siapa gitu?"
"Udah dulu. Adva dateng."
"Heh, Kipli. Kok lama banget hah?! Derrel dah nanyain tuh." Adva menepuk lengan Caca.
"Bu Man, airnya empat ya. Yang bayar Caca." Cowok itu mengambil empat air mineral berukuran sedang. Dua di tangan kanan, dua lagi di tangan kiri. "Cepet bayar sih Ca."
Caca mengulurkan uang pas yang disebutkan Bu Man, tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Jangan pergi dulu." Caca mencegah Adva yang siap melangkah menjauhi warung Bu Man.
"Lo, ada masalah sama gue?" sebuah pertanyaan tanpa aba-aba dengan nada bicara yang tidak bersahabat itu Caca keluarkan ke dua orang yang saat ini cuma memandanginya dengan tatapan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Try || Kim Doyoung
Novela Juvenil"Lo tadi bisa nembak di area three point kan?" Derrel bertanya di sela tangan kanannya masih sibuk memantulkan bola basket ke lantai. "Iya bisa, kenapa?" Gissa menjawab dengan santai. "Gue ada tawaran, mau coba? Kalo dari tiga kali shooting lo bisa...