Gadis yang duduk di bangku taman itu terkikik geli melihat sepasang kakak-adik dimana keduanya laki-laki sedang bertengkar karena rebutan es krim. Sang adik, memasang wajah galak dengan tangan yang masih memegang es krim sedangkan sang kakak dengan jahilnya menarik es krim dari tangan adiknya.
Gissa sekarang berada di taman komplek perumahan Lingga karena selain tempat itu menjadi salah satu tempat yang menurutnya enak untuk menghilangkan lelah saat tugas sekolah menumpuk, sekedar melihat beberapa orang bermain basket juga karena hari ini dia memiliki janji bertemu dengan Lingga. Buku lelaki itu tertinggal di jok motornya kemarin membuatnya mau tidak mau harus memberikannya sekarang karena besok pagi bukunya digunakan.
Sebenarnya bisa saja Gissa ke rumah laki-laki itu mengingat Hara, Mamanya Lingga yang menyuruhnya ke sana beberapa minggu terakhir. Tapi Gissa tau, main ke rumah Lingga itu sama dengan menghabiskan waktu sehari penuh jadi dia lebih memilih untuk bertemu di taman komplek lantaran tugas sekolah yang menumpuk tinggi.
Gissa hendak melangkah mendekati sepasang kakak-beradik itu ketika tiba-tiba ada tangan yang terulur menarik lengan kanan atasnya hingga punggungnya menubruk sesuatu yang keras. Kejadian itu terlalu cepat membuat Gissa meletakkan tangan kanannya secara menyilang dengan tangan kiri yang lurus ke bawah.
Posisi itu terlihat seperti seseorang yang memeluk dari belakang, namun siapa sangka sang pelaku yang menarik lengan Gissa tadi melonggarkan tangannya dari bahu gadis itu.
"Bisa nggak sih nggak usah bawa-bawa kaya gituan?" Laki-laki itu menjauhkan pistol dari perut bagian kirinya dengan hati-hati, "Ngeri tau nggak? Kalo tadi gue ketembak gimana? Nggak lucu anjir mana di taman komplek lagi."
Gissa menyimpan barang tadi di belakang hoodienya, bibirnya cemberut tanda dia kesal, "Ya habis kak Lingga bikin kaget. Untung aja nggak kejedor."
Gissa meraih tasnya yang ada di bangku, membuka bagian depan, mengeluarkan buku milik laki-laki yang sekarang tersenyum ini.
"Nggak usah senyum-senyum kaya gitu, takut gue." Gissa memilih menyodorkan buku, "Tuh bukunya. Lain kali jangan ditaruh di jok motor gue atau lo ambil ke rumah. Nggak enak gue kalo tante tau gue ke sini tapi nggak mampir."
"Ya makanya mampir ke rumah dulu lah, pinter."
"Saat ini nggak dulu deh kak, tugas gue numpuk." Gissa mendramatisir keadaan, memasang wajah bak orang yang penuh sengsara minta dikasihani karena tugas sekolahnya.
Minta ditampol kepalanya ini cewek, kapan dia bisa waras? batin Lingga.
"Sok-sokan ngerjain tugas. Biasanya juga bodo amat."
"Dah lah, capek ngomong sama kak Lingga. Gue pulang dulu, jangan lupa besok traktir gue makan sama isiin bensin gue."
Gissa pergi dari hadapan Lingga ke tempat motornya berada. Menyisakan Lingga yang berada di taman hanya bisa menggelengkan kepalanya saat menatap gadis itu berjalan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Try || Kim Doyoung
Teen Fiction"Lo tadi bisa nembak di area three point kan?" Derrel bertanya di sela tangan kanannya masih sibuk memantulkan bola basket ke lantai. "Iya bisa, kenapa?" Gissa menjawab dengan santai. "Gue ada tawaran, mau coba? Kalo dari tiga kali shooting lo bisa...