12 Maret 20xx
Drtt ... drtt ...
Aku mengambil malas ponsel di samping tempat tidurku.
[9.35 Minggu, 12 Maret 20xx]
[Panggilan tidak terjawab Kak Nash (4)]
Sudah ke-empat kalinya ponsel di atas meja itu berbunyi.
Hmm.. sudah jam setengah sepuluh siang. Hari ini aku janji bertemu dengan Kak Nash di stasiun bus jam 8 pagi. Pantas saja dia sudah menelpon dari tadi.
Rupanya aku bangun kesiangan lagi.
Drtt ... drtt ...
Panggilan dari Kak Nash muncul kembali di layar ponsel-ku. Mau tak mau, kali ini harus kuangkat.
"Emm .. Halo Kak. Selamat pagi", ucapku setengah mengantuk.
"Pagi? P. A. G. I?" jawab kak Nash dengan nada menekan.
"Kamu sadar sekarang jam berapa? Jangan bilang kamu baru bangun! Apa kamu gak ingat hari ini ada janji. Aku lagi otw ke tempatmu, lima menit lagi aku sampai sana"
"E-eh ... aku baru bangun tidur kak. Kan ketemu di sta-"
"Ohh, jadi benar kamu baru bangun ya ...", segera telpon terputus.
Aku duduk terdiam di atas tempat tidurku. Mengumpulkan sisa-sisa nyawa setelah bangun tidur. Berharap sekarang aku bisa melarikan diri dari kamar. Kak Nash bila sedang marah sangat menyeramkan. Walau tidak akan memukulku, tapi entah bagaimana auranya benar-benar menakutkan.
Aku bangun dari tempat tidurku. Melihat kembali layar ponsel.
[9.50]
Ring ... Ring ...
Mengapa dia tepat waktu banget.
Bel pintu depan berbunyi. Sudah pasti itu Kak Nash. Dengan langkah berat, aku pergi ke pintu depan dan memberanikan membuka pintu pelan.
Benar saja, Kak Nash sudah berdiri sambil tersenyum seram.
Entah wajah apa yang kupasang saat ini. Tertegun diam lalu tersenyum memelas.
"Selamat pagi kak Nash, hari ini juga kak Nash tampan sekali .. hehe .."
Sial, mati aku.
***
Sekarang kami berdua sedang duduk di sofa ruang tengah. Sedari tadi kak Nash hanya meneguk dandelion tea-nya. Dan aku, yang masih mengenakan piyama tidur ini sedang duduk bersamanya.
"Tia".
Akhirnya Kak Nash membuka obrolan juga setelah 10 menit berlalu. Kak Nash menaruh tehnya di atas meja. Ia mulai menatap tajam.
"Kebiasaanmu masih belum berubah ya", kak Nash mengamati seisi ruanganku.
"Jangan bilang tadi malam kamu begadang nonton film lagi. Sudah kubilang berapa kali, jangan begadang. Belum lagi kamu makan tengah malam. Itu gak baik buat kesehatan. Lalu, bagaimana kamu bertahan dengan tempat berantakan begini?"
Aku menunduk malu, semua yang dikatakannya benar. Kak Nash menghela nafas.
"Tia, kamu tau kan janji kali ini sangat penting. Papa dan mama sudah menunggu di rumah sekarang. Hari ini kita harus pergi ke daerah kota selatan untuk menghadiri pertemuan".
Suara kak Nash sangat dalam dan tegas. Kali ini aku tak bisa membantah.
"Maaf kak Nash, Tia salah", ucapku kecil.
"Ya sudah ... Sekarang kamu bergegas".
Aku beranjak meninggalkan Kak Nash di ruang tengah. Menuruti perkataannya, aku pun mulai bersiap-siap untuk pergi bersamanya.
"Iya mah... Semuanya sudah siap, Tia juga sudah aku jemput kok. Tunggu di rumah ya".
Kuintip kak Nash dari sela-sela pintu kamar, sepertinya mama yang menelpon. Rupanya kali ini benar-benar penting.
"Tia, cepat bergegas. Jangan menguping saja!", kak Nash menoleh ke arahku
Deg, apa dia punya mata batin? Bagaimana dia tau aku sedang menguping dari sini?
"Iya ya kak".
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna: Perasaan Yang Tertinggal
RomanceTia hanyalah seorang gadis biasa dengan kehidupan orang normal pada umumnya. Entah sejak kapan, dia merasa ada banyak kejadian aneh terjadi di sekelilingnya setelah bertemu pria di malam hari sebelum berita itu muncul? "Kenapa hanya aku? Apa yang me...