Nash berdiri berhadapan dengan Tia, menatap tajam padanya. Bagaimana tidak, disaat semua orang terlelap tidur. Tia malah keluyuran di tengah malam, dan baru saja kembali setelah dua jam lamanya.
Awalnya Nash sedang menyiapkan dokumen yang harus dibawa untuk besok.
Crekk.
Suara itu menghentikan Nash dari aktifitasnya. Ia tau, suara itu berasal dari pintu kamar adiknya yang terbuka.
Adik kecilnya punya kebiasaan buruk di malam hari. Biasanya kali ini Nash akan langsung berlari menghampiri Tia jika ia sudah bertingkah. Tetapi, malam itu Nash mengurungkan niat. Ia membiarkan Tia.
Saat Tia sudah turun tangga ke lantai bawah, Nash mengikuti Tia dari belakang. Tentu saja Tia tidak tau jika dirinya sedang diikuti. Tia memang tidak peka dengan sekitarnya.
Melihat Tia yang tersenyum senang dengan makanan, ditemani el 'anjing kesayangannya'.
"Dasar, kali ini pun kamu tersenyum bodoh pada makanan."
Nash tersenyum senang melihat adiknya sangat menyukai makanan. Dan lucunya lagi, walau dia makan banyak tapi tubuhnya tetap kurus.
"Sial, aku lupa membawa ponsel. Kali ini kamu beruntung, Tia", batin Nash.
Nash memilih pergi kembali ke kamarnya. Berpura-pura tidak melihat apapun.
Ketika melewati kamar Tia, Nash masuk ke kamar Tia. Melihat sekeliling kamar tersebut. Akhirnya kamar itu berpenghuni lagi setelah 3 tahun lamanya.
Ada foto Tia dan Nash saat masih kecil di samping tempat tidurnya. Nash tersenyum, ia mengingat moment di foto tersebut.
"Bagaimanapun, kamu tetap tidak berubah", bisik Nash.
***
"Kali ini, apa alasanmu?". Kak Nash tidak beranjak dari posisinya.Apa yang harus kujawab? Kenapa juga kak Nash berada di kamarku?
"Emm.. Aku tadi-"
Belum sempat aku meneruskan penjelasan, Kak Nash duduk di samping tempat tidur. Tangannya mendorong pelan tubuhku ke ranjang tempat tidur lalu memakaikan selimut padaku.
"Sudah, tak perlu dibahas. Sekarang kamu harus tidur, Tia."
Kak Nash mengusap lembut kepalaku, kemudian mengecup lembut dahiku.
Setelahnya, ia pergi menjauh dariku. Mematikan lampu dan menutup pelan pintu kamarku.
Aku tak bisa mengerti dengan ekspresinya saat itu. Sepertinya ada yang ingin dia katakan padaku.
***
Malam itu aku bermimpi aneh.
Aku berada di suatu tempat yang belum pernah aku kunjungi. Entah kenapa, rasanya aku mengenal tempat tersebut. Aku bersama Kak Nash berjalan-jalan menyusuri jalan setapak. Sekeliling hanya ada rumput liar saja.
Saat itu jalanan sangat sepi, tapi aku masih terus berjalan. Tak tahu kaki ini ingin membawa kemana.
Saat kaki ini berhenti, kulihat di depanku ada sebuah rumah. Rumah itu terlihat tua dan usang. Sepertinya tak ada orang yang menempatinya. Rasanya aku pernah melihat rumah tersebut.
"Tia, kamu menangis?", ucap Kak Nash.
Aku memegang pipiku. Basah.
Baru kusadari, air mataku berjatuhan tanpa henti. Aneh, kenapa aku menangis, padahal aku tidak sedang bersedih. Kak Nash memegang tanganku dengan erat. Raut wajahnya terlihat khawatir.
Aku berbalik badan, rasanya ingin menjauh dari rumah tersebut. Tapi, saat berbalik terlihat orang banyak sedang berdiri menatap tak suka ke arahku. Mereka seperti berkata sesuatu, tapi tak terdengar apa yang mereka katakan. Kenapa kalian begitu? Aku bahkan tak mengenal kalian.
"Ayo kita pergi dari sini. Disini sangat berbahaya!", ucapku pada Kak Nash.
Tak ada jawaban dari Kak Nash. Saat aku berbalik, ternyata kak Nash sudah tidak ada di sampingku.
Seorang anak kecil berdiri di sampingku. Tubuhnya kurus dan pakaiannya lusuh.
Tangannya menggenggam tanganku erat. Tubuhnya gemetar ketakutan. Ia terlihat seperti akan menangis.
Apa lagi ini sekarang! Mengapa tiba-tiba ada seorang anak kecil. Kemana kak Nash?
Orang banyak tadi kini mulai mendekatiku. Aku harus berlari menjauh dari mereka. Rasanya berbahaya. Tak peduli siapa anak ini. Aku menarik tangannya, menyuruhnya untuk ikut berlari bersama. Anak kecil itu tetap terdiam di tempatnya. Ia seperti bergumam sesuatu.
Kenapa semua omongan tak terdengar olehku? Apa ada yang salah dengan telingaku?
Tiba-tiba tangan anak itu mendorong keras tubuhku. Aku terjatuh ke lubang gelap yang entah mengapa bisa mendadak ada di sana. Kulihat anak kecil itu tersenyum sedih ke arahku.
"Terimakasih, selamat tinggal", bisik anak kecil tersebut.
Lalu, orang banyak tadi mengerubungi anak kecil itu. Perlahan sekelilingku menjadi gelap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna: Perasaan Yang Tertinggal
RomanceTia hanyalah seorang gadis biasa dengan kehidupan orang normal pada umumnya. Entah sejak kapan, dia merasa ada banyak kejadian aneh terjadi di sekelilingnya setelah bertemu pria di malam hari sebelum berita itu muncul? "Kenapa hanya aku? Apa yang me...