Sekarang kedua orangtuaku sedang mengobrol serius dengan Kak Nash. Aku duduk di sudut sambil bermain dengan "el", anjing kesayanganku sejak umur 7 tahun. Mengapa anjingku semakin bertambah gemuk saja. Pasti kerjanya makan tidur setiap harinya.
Huft, enaknya jadi kamu el. Hanya makan dan tidur tanpa harus memikirkan apapun.
Sesekali aku memperhatikan mereka bertiga. Kedua orangtuaku sudah menginjak kepala enam. Apa mereka vampir ya? Mengapa penampilannya masih terlihat umur 40-an? DItambah lagi Kak Nash yang walau mulai berumur 30, malah semakin tampan dan gagah.
Melihat mereka bersama, seolah-olah mereka seperti lukisan saja.
Curang.
Rasanya kesal, kenapa hanya aku yang terlihat jelek diantara mereka.
"Kalau sudah sepakat, besok kita semua akan berangkat ke kota selatan." -Ayah
"Apa tak bisa kalau aku saja yang pergi? Perjalanan ke sana sangat jauh. Aku tak mau papa dan mama kelelahan nanti. Dan lagi Tia juga tidak perlu ikut, dia cukup disini saja menemani kalian." -Nash
"Walau kamu menolak, tapi ini sudah perintah. Kita tak punya pilihan. Kalau sudah selesai semua, kita akan pulang lagi kesini." -Ayah
Nash terdiam, ia mengepal tangannya sangat erat. Sepertinya ia menahan diri dengan keras.
"Nash, jangan khawatir. Tak akan terjadi apa-apa nanti. Kan kita semua bersama." -Ibu
Mama memeluk Nash dan mengusap lembut kepalanya. Setiap kali Kak Nash gelisah, cara ini memang ampuh untuk membuat Kak Nash kembali tenang.
"Baiklah", Kak Nash tertunduk lemah.
***
Aku membuka kedua mataku, meraih ponsel yang sebelumnya kutaruh di samping tempat tidur.
[09.22 p.m]
Aku tak mendengar lagi suara apapun dari luar kamar. Sepertinya semua orang yang ada di rumah sudah tertidur sekarang.
"Bagus, ini kesempatanku sekarang", ucapku senang.
Aku berjalan pelan, sangat perlahan ke arah pintu kamar. Jangan sampai aku tertangkap oleh siapapun. Terlebih oleh Kak Nash, baru memikirkannya saja tubuhku langsung gemetar.
Aku berhasil berjalan ke arah pintu dan membukanya. Tujuanku adalah dapur. Kalau tak salah di kulkas ada banyak makanan manis. Minum susu cokelat hangat, lalu pergi jalan-jalan di taman belakang rumah bersama el.
Benar saja dugaanku, selama berjalan ke dapur tak ada satu orangpun yang terlihat.
Aku melakukan semua hal yang menjadi kebiasaan malamku. Sudah lama aku tak melakukan itu semua saat berada di rumah.
Menarik nafas dalam-dalam lalu tersenyum senang. Mungkin jika ada orang melihat, ia akan kabur karena melihat wujudku sekarang.
***
Saat ini aku sedang berjalan ke kamarku. Sudah sekitar dua jam lebih semenjak aku berada di lantai bawah.
Aku berhasil berada di depan pintu kamar tanpa ketahuan orang lain. Sebelum membuka pintu, aku melihat sekilas pintu kamar kak Nash. Kamar Kak Nash berada di ujung lantai, sekitar 10 langkah dari kamarku.
Tak ada suara dari kamar Kak Nash, sepertinya ia tertidur pulas karena kelelahan.
Aku membuka pintu kamarku, berjalan ke arah tempat tidur dan langsung ambruk di atasnya. Karena sudah kenyang, rasanya mengantuk sekali.
Lampu kamar tiba-tiba menyala, sekarang di depanku berdiri sosok yang tak asing.
Perasaan tak berdaya ini,
Hari ini sudah dua kali aku merasakannya."Ma-malam Kak Nash ...."
Sial, rasanya ingin melompat saja dari jendela atau pura-pura pingsan. Kenapa kak Nash bisa ada di kamarku? Apa jangan-jangan dari tadi dia tau aku keluar kamar lalu menungguku disini.
Menyeramkan.
Aku bisa merasakan aura kegelapan dari belakang kak Nash.
"Tia".
Kak Nash tersenyum padaku. Suaranya pelan, namun sanggup membuatku bergidik ngeri.
Mama ... papa ... siapapun ...
Tolong aku!
Sekarang aku sedang berhadapan dengan iblis Kak Nash.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna: Perasaan Yang Tertinggal
RomanceTia hanyalah seorang gadis biasa dengan kehidupan orang normal pada umumnya. Entah sejak kapan, dia merasa ada banyak kejadian aneh terjadi di sekelilingnya setelah bertemu pria di malam hari sebelum berita itu muncul? "Kenapa hanya aku? Apa yang me...