7# Kota Selatan

7 0 0
                                    

Kriit... (suara pintu kamar terbuka)

Tep tep... (suara langkah kaki)

Srekk... (suara horden terbuka)

"Tia, sudah waktunya bangun! Aku tunggu di bawah 30 menit lagi", ucap Nash seraya menarik selimut kesayangan Tia.

Biasanya selalu pelayan wanita yang membangunkan Tia, tapi karena kemarin Tia tidur larut malam, jadi percuma saja menyuruh pelayan membangunkannya. Karenanya, pagi itu adalah pengecualian.

"Ugh... Tia masih mengantuk. Kak Nash jangan galak gitu. Ini masih pagi", omel Tia.

Tia menarik kembali selimutnya, menutup seluruh dirinya dengan selimut. Benar saja dugaan Nash, Tia memang sulit untuk bangun. Nash tak punya pilihan. Pagi ini mereka harus berangkat.

Nash terdiam sesaat lalu seketika tersenyum, entah apa makna tersembunyi dari senyumnya tersebut. Sepertinya Nash memikirkan sesuatu. Ia mendekati Tia yang sedang mulai tertidur kembali. Perlahan-lahan ia berbaring di samping Tia. Menarik perlahan selimut yang menutupi wajah Tia.

"Tia".

Nash memanggil nama adik kecilnya. Suaranya pelan dan lembut. Namun, tak ada respon darinya. Entah Tia sudah tertidur pulas, atau ia malas untuk menjawab kakak nya tersebut.

Nash mengeluarkan ponsel dari balik saku kemejanya. Sedari pagi, Nash memang sudah sibuk dengan ponselnya. Dia harus membalas email yang masuk semalam mengenai pekerjaannya. 

Nash menatap lama-lama wajah adiknya. Mengarahkan ponsel ke wajah adiknya.

Cekrek.

Sudah pasti suara itu tak asing. Namun, tetap tak ada respon dari Tia. Nash bangun dari tempat tidur Tia, ia duduk di sampingnya. Matanya kini fokus ke ponsel milik Tia. Ia mengambil ponsel tersebut. Terlihat di layar ponselnya muncul foto Tia dan Nash bersama.

[Masukkan sandi]

"Huh... buat apa dipasang password kalau passwordnya tanggal lahirmu", ucap Nash setelah ia berhasil membuka sandi ponsel milik Tia.

Sepertinya Nash ingin melakukan sesuatu dengan ponsel milik Tia tersebut.

***

Nash berjalan ke ruang makan, tak henti-hentinya ia tersenyum kecil. Papa dan mama sudah duduk duluan di ruang makan.

"Nash, dimana adikmu? Apa dia masih tidur?" -Mama

"Iya, dia masih tidur. Tapi tenang saja, sebentar lagi dia bakal bangun kok." -Nash

"Begitu ya..." -Mama

Mama merasa ada yang aneh dengan gelagat Nash, biasanya Nash selalu memasang raut wajah 'datar'. Tapi, kali ini Nash sering mengekspresikan emosinya jika berkaitan dengan Tia. Mama tau, bahwa anak lelaki satu-satunya itu selalu menaruh perhatian penuh pada Tia. Tentu saja, Mama juga sayang pada Tia. Tia anak yang baik dan selalu membuat sekitarnya terhibur oleh tingkahnya.

RINGG RINGG....

RINGG RINGG....

Terdengar suara berisik dari lantai atas. Suaranya tak asing, mirip seperti suara ponsel Tia. Sudah sekitar lima menit suara itu terdengar. Lalu berhenti.

"Kenapa berisik sekali di atas?", tanya Papa pada Nash. Ia khawatir kalau terjadi sesuatu pada Tia.

"Tenang saja, Pa... Sebentar lagi Tia turun kok", jawab Nash masih dengan suara tenang. Nash menyuruh pelayan untuk menyiapkan sarapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lakuna: Perasaan Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang