Chapter 4

513 62 14
                                    

Happy Reading

.

Hyukjae meringkuk disudut gudang. Dia memeluk lututnya sendiri dengan kapala yang dia tenggelamkan dilipatan kakinya. Bahunya bergetar, dia menangis karena ketakutan. Hyukjae itu takut gelap dan gudang ini begitu gelap seakan tak ada pencahayaan sama sekali.

"Hikss... Hyukkie takut." Keluhnya dengan cairan kristal bening yang keluar dari mata indahnya.

Hyukjae takut, tetapi siapa yang perduli padanya? Tidak ada yang perduli, bahkan Appa kandungnya sendiri tak perduli padanya. Hyukjae mendongakan kepalanya dan menatap kesekeliling gudang dengan tatapan ketakutan. Dia meringis sakit saat perutnya terasa perih. Hay bagaimana tidak perih jika sejak tadi pagi dia belum mengisi perutnya.

"Hyukkie lapar." Ujarnya dengan memegangi perutnya sendiri yang berbunyi karena cacing-cacing diperutnya protes meminta untuk diisi.

Lama-kelamaan Hyukjae merasa dadanya sesak, dia terlihat kesulitan bernafas. Wajah Hyukjae memerah ketika oksigen diparut-parunya terasa menipis.

"Appa, Eomma. Tolong Hyukkie." pinta Hyukjae pada orang tuanya yang tidak akan mungkin datang dan menolongnya.

Kepala Hyukjae terasa pening, dia mencengkram kepalanya sendiri dengan kuat. Pandangan Hyukjae semakin memburam. Kilasan masa lalunya terlintas dibenaknya. Hyukjae pasrah, dia menerima apapun takdir Tuhan yang telah digariskan untuknya. Pandangannya semakin memburam hingga akhirnya dia pingsan.

.

.

.

.

.

.

Ceklek.

Leeteuk langsung berdiri dari duduknya ketika pintu kamar Donghae dibuka dari luar. Donghae yang saat ini masih tertidur akhirnya terusik juga. Donghae mendudukan dirinya di ranjang king size-nya, dia dapat melihat Appa tirinya tengah berdiri didepan pintu. Sebenarnya Donghae tidak bisa tidur, dia tidur sekitar 2 jam yang lalu. Pikirannya sendiri tadi tertuju pada Hyukjae yang masih terkurung didalam gudung.

"Kenapa kau tega melakukan itu pada putra kandungmu sendari? Apa kau sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada Hyukjae hah?" Tanya Leeteuk dengan wajah memerah karena menahan amarah yang sendari tadi ingin dia keluarkan.

"Untuk apa memperdulikan anak tidak tau diri sepertinya. Cih hanya merepotkanku saja." Cibir Kangin yang justru membuat emosi Leeteuk memuncak.

"Apa kau bilang? Merepotkanmu? Buka matamu dan lihatlah, Kangin!! Apa Hyukjae pernah meminta sesuatu padamu? Apa dia pernah mengatakan apa yang dia inginkan padamu? Apa dia pernah mengatakannya? Tidak!! Dia tidak pernah meminta apapun darimu. Tetapi kau sebagai ayahnya seharusnya tau apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan olah anakmu sendiri. Tetapi tidak....kau begitu egois hingga menutup matamu dan menyakiti anakmu sendiri." Ucap Leeteuk. Tanpa sadar air matanya menetes dan membasahi pipinya.

"Dan apa kau memikirkan apa yang anakmu rasakan didalam gudang? Dia ketakutan, Kangin. Hyukjae takut gelap dan gudang itu bahkan tidak ada pencahayaan sama sekali. Dan apa kau tau? Aku baru menyemprotkan obat anti serangga di gudang itu, tetapi kau mengurungnya dia dalam sana. Aku kecewe padamu Kangin! Jika terjadi sesuatu pada Hyukjae, aku tidak akan pernah memaafkanmu." Ujar Leeteuk. Setelah mengatakan hal tersebut, Leeteuk pergi meninggalkan Kangin yang saat ini membeku ditempatnya setalah mendengarkan penjelasannya.

Donghae ikut pergi bersama Eomma-nya. Mereka berjalan tergesa-gesa untuk segera sampai di gudang dan melihat keadaan Hyukjae.

Ceklek.

For DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang