1

84 9 4
                                    


"Lin, jam siang nanti kamu yang jenguk anak itu"


Aku menggertak spontan, "Kenapa aku?" dengan senang hati kuberi penekanan pada kata terakhir. Anak sekelasku itu hanya mengedikkan bahu, "Toh, nggak ada yang mau, aku juga tidak, yang ada tinggal kamu,"

Berusaha membujuk, aku mengeluh pelan, "Ayolah, aku bahkan nggak tahu siapa orang yang kalian suruh jenguk!"

Ya, entah bagaimana hari ini tiba-tiba saja aku disuruh untuk menjenguk seorang siswa kelasku yang tak pernah masuk sekolah satu semester ini, dan mungkin ini pertama kalinya aku sekelas dengan orang macam itu, nama dan wajahnya saja aku tidak tahu.

"Sudahlah, ini cuma formalitas, datang, kasih salam, pulang. Udah gitu kamu nggak akan ikut pelajaran sampai pulang sekolah, jadi nanti langsung kembali ke rumahmu saja"

Sial, dia membuat penawaran yang bagus.

"Tunggu,

Kalau memang sampai segitunya, kenapa nggak ada yang mau?"

"Entah, nggak ada yang mau ketemu anak itu, dia... katanya bukan anak baik-baik"

"Terus?" aku menuntut, "apa salahnya kalau bukan anak baik? toh, dia murid sekolah ini juga, kan?" Dia menatapku mulai kesal, "Sudah jangan banyak tanya, mau pulang cepat atau nggak?"

Jadilah, dengan setengah hati aku menenteng tas dan berjalan sendirian (iya, cuma aku yang pergi, terimakasih banyak) menuju halte terdekat. Separuh bahagia karena bisa meninggalkan pelajaran, separuh lagi jengkel harus menemui orang yang bahkan tidak kukenal dan juga harus main peran sok simpati nan baik hati. Cih.

Ah, maaf, kalian jadi harus dengar keluhan yang nggak penting,

Aku Lin Daiyu, cuma anak perempuan tingkat akhir SMA biasa yang kini sedang disuruh menjenguk orang asing (maaf aku masih kesal), tidak ada trivia menarik dari diriku, kelebihanku? Cuma kebetulan sedikit lebih cerdas dari anak lain dan selalu mendapat nilai sempurna. Selain itu? Tidak ada.

Terserah kalian mau bilang sombong atau apa, tapi memang seperti itu adanya,

Yah, ada yang memuji, ada yang mencemooh juga, toh, aku tidak akan bilang "ahaha, nggak kok, nilai kayak gitu biasa aja," tidak, karena aku tahu, apa yang aku capai, semua orang sama berusaha kerasnya denganku untuk mendapat. Jadi itu bukan hal yang biasa aja. Itu sebuah hasil yang lebih patut disyukuri daripada disombongkan.

Aku tak ada bedanya dengan anak perempuan Tionghoa lain. Rambut hitam pekat lurus, mata sipit. Begitu saja.

Memang, aku membosankan sekali, aku tahu.

Kunaiki bus yang berhenti didepan halte sambil menggerutu tak jelas. Untuk memastikan, kulihat lagi catatan yang guruku beri mengenai anak itu dan ruang perawatannya,

Kutatap namanya lekat, Xiao de Jun, nama yang bagus, disampingnya, ada foto sebuah kelas tahun lalu.

Kutatap namanya lekat, Xiao de Jun, nama yang bagus, disampingnya, ada foto sebuah kelas tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Abandoned StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang