10

17 6 8
                                    


"Eh? Besok? Tapi, besok bukannya hari libur?" Yukhei langsung mengeluh, begitu kuminta dirinya  menemaniku pergi sabtu ini.

"Karena besok libur, bukannya bakal cepat selesai juga, kan?" ujarku sambil membenahi anak rambut yang tersibak angin. Yukhei melipat kedua lengannya dibelakang kepala, "sudahlah, terserah kau saja"


"Memangnya kau tahu tempatnya?"


Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, "Dibilang tahu, sih, nggak juga, aku tahu tempat itu, tapi aku nggak ingat disana ada 'rumah makan', setahuku cuma ada toko." Mendengar jawabanku, Yukhei menghela napas kesal, "lihat? Kau bahkan nggak tahu tempatnya, tetap saja ngotot. Siapa yang cerita tentang tempat itu? Kenapa nggak ajak orang itu saja?"


Aku mengelak, "nggak ada yang cerita, kok. Aku..tahu sendiri saja, menebak-nebak," sebisa mungkin kuhindari bilang Yukhei kalau yang memberitahuku adalah Hendery, apalagi bilang kalau tadi siang aku bertemu orangnya. Sekilas Yukhei menatapku curiga, tapi,



"....由你独自, kalau gitu, gimana kalau besok tempatnya malah tutup?"


"Ah, 平靜,  itu bisa dipikir nanti-nanti "


"傻瓜"


"Makasih"


***


Jadilah, aku berdiri bersandar di tiang listrik depan gang pertokoan yang ramai akan orang yang lalu lalang. Menunggu Si Biang Telat. Wong Yukhei.


Aku mendengus sebal. Padahal aku sudah sengaja membuat alasan macam tadi...


"Lho? Dai? Mau pergi kemana?"


"Ng.. itu, Yukhei..mau beli sepatu baru, tapi dia nggak tahu toko yang bagus. Jadi dia minta tolong aku..temani"


"Oh, Yukhei? Ya sudah, nggak apa kalau gitu. Mau ayah antar?"


"Eee...nggak usah, Dai jalan kaki saja"


"Hm? Terserahlah, yang penting, ingat waktu"



"Tentu"








Nah,


Sepertinya salah, aku beralasan dengan nama Yukhei.

Besok-besok aku akan minta maaf.

Tapi, kalau aku tak bilang begitu, ayah bisa jadi tak mengizinkan. Jadi, nggak masalah, kan?

Abandoned StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang