2

18.7K 2.2K 60
                                    

Menjelang sore, para karyawan di kantor David mulai beres-beres karena jam kerja sudah berakhir. David sendiri ikut pulang juga karena sudah puluhan kali ibunya mengirimkan pesan juga menelepon. Awalnya, David niat lembur saja agar tak perlu pulang ke rumah. Namun, dia juga tak bisa mengabaikan ibunya yang sudah tak bisa diam lagi.

Berat rasanya bagi David menghadapi ibunya sendiri yang kebelet ingin punya mantu dan cucu. Sedangkan David sendiri, masih belum ada keinginan untuk menikah. Karena dia pikir, terikat dalam suatu hubungan itu sangat merepotkan. Pacaran saja, sering membuat David pusing kala sang pacar meminta dan menuntut. Apalagi kalau menikah.

Bagi David, jadi jomblo lebih enak. Bisa pergi ke mana saja tanpa perlu mendengarkan omelan dari sang pacar yang tidak di ajak pergi. Namun, selama ini dia juga terpaksa mengikat diri dalam hubungan pacaran hanya untuk meyakinkan orangtuanya saja kalau dia punya calon sendiri.

Tetapi, David kalap tadi dan memutuskan Karin sepihak. Akibatnya, kini dia kebingungan harus bicara apa pada ibunya. David jelas tidak mau dijodohkan.

Sesampainya di rumah, David makin kaget kala melihat seorang wanita dengan pakaian formal dan sopan duduk di samping ibunya. Hatinya mengeluh. Pasti, wanita itu adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya.

"David, sini duduk," ucap ibu David. Mau tidak mau, David pun duduk di samping ibunya.

"Nah, David, kenalkan ini Friska. Dokter anak yang bekerja di rumah sakit Medika. Friska, ini anak Tante. Namanya David," ucap Yulia, ibu David mengenalkan dua orang dewasa itu.

"Salam kenal," ucap Friska seraya mengulurkan tangan pada David. David membalas uluran tangan Friska. Tetapi, dia tak berbicara. Dia hanya mengangguk saja.

"David, kamu pasti tahu kan maksud kedatangan Friska ke sini? Friska sendiri setuju mau berkenalan dulu denganmu," ucap Yulia dengan wajah bahagia. David tak tega rasanya mengecewakan wanita yang sudah berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkannya ke dunia ini. Tetapi, dia juga tak mau menjalani pernikahan atas nama perjodohan.

"Maaf Ma, Friska. Tetapi, aku sudah punya kekasih," ucap David berbohong. Nyatanya, kini dia sedang jomblo.

"Dari dulu kamu selalu saja bilang begitu. Tapi, tak pernah kamu membawa pacarmu ke sini," gerutu Yulia. Friska hanya tersenyum kecil mendengarnya. Walaupun kecewa mendengar jawaban David barusan yang sama saja dengan arti David tidak mau dijodohkan dengannya.

"Ma, semuanya butuh proses. Tak bisa secepatnya seperti itu," balas David. Yulia memalingkan wajah mendengarnya. David sendiri tak mau menyerah untuk membujuk ibunya.

"Kalau begitu, aku pamit dulu Tante. Jika Tante ada perlu, hubungi saja aku," ucap Friska dengan sopan. Setelah itu, dia beranjak pergi dari rumah Yulia.

"Tuh kan! Friska tersinggung gara-gara kamu!" kesal Yulia pada David.

"Aku tahu, Ma. Tetapi, masa aku harus memutuskan pacarku yang aku cintai demi perjodohan dengan Friska yang tak sedikit pun aku kenal?" tanya David. Yulia menghembuskan nafas kedal mendengarnya.

"Oke. Minggu ini, kamu harus bawa pacarmu itu untuk bertemu Mama. Tanpa ada alasan apapun. Kalau tidak, kamu harus memutuskannya dan menikah dengan Friska," ucap Yulia tak terbantahkan. Setelah itu, dia pun bangkit berdiri dan pergi meninggalkan David yang kebingungan.

"Aku harus mencari wanita yang mau pura-pura menjadi pacarku," gumam David.

***

Di kampus, Zia harap-harap cemas. Menunggu minimalnya satu mahasiswa yang akan menembaknya agar dia punya gandengan saat akan menghadiri pernikahan mantannya lusa.

Starts From A ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang