09 (latihan upacara)

12 1 0
                                    

***

Seminggu setelah kejadian dimana Alee diikuti oleh seseorang yang tak dikenalnya itu, membuat gadis itu enggan untuk menaiki angkutan umum lagi. Sebisanya Alee akan meminta jemput kalo tidak ia minta untuk dijemput supir harian Ayah Jaasir.

"Kak, nanti Ayah pulangnya agak telat jadi gak bisa jemput kakak." Jelas Ayah Jaasir saat mereka sampai didepan sekolah Alee.

"Kalo gitu Lea minta jemput pak Pardi aja yah," pak Pardi, supir harian ayahnya.

"Waduh, Pak Pardi tadi izin gak masuk kerja, kak."

"Kakak naik angkutan umum aja. Kalo gak gitu ikut teman kakak, siapa tuh ya namanya__" saut suara cempreng dari Dyra. "__Oh ya, namanya kak Agam! Yang ganteng itu," sambung Dyra lagi.

"Apaan sih dek?!" Ucap Alee tak suka.

"Sudah sudah. Nanti adek juga nggak ada yang jemput." Jelas Ayah Jaasir pada Dyra.

"Nggak masalah. Aku bisa ikut Amalia pulangnya," jawab Dyra. Amalia adalah sahabat Dyra.

Alee? Jika dia punya sahabat seperti Dyra mungkin ia akan melakukan hal yang sama. Tapi lihat, teman saja tak punya apalagi sahabat.

"Yaudah yah, Lea naik taksi aja," putus Alee akhirnya.

"Hati hati ya kak." Pesan Ayah Jaasir.

"Iya."

Sesampainya di kelas Alee langsung duduk dan mengeluarkan bukunya.

"Hei pagi," sapa Damian lalu membalik tempat duduk didepan Alee dan mendudukinya.

"Pagi," balas Alee malas.

"Kenapa asem gitu mukanya?"

"Nggak apa apa." Jawab Alee.

"Oh iya, habis ini kita ada latihan upacara. Soalnya besok Senin kelas kita yang jadi petugas,"

"Ohh berarti kita nggak ikut jam pelajaran dong?"

"Nggak lah, kan pada latihan semua," setelah menjawab pertanyaan Alee. Terdengar suara yang cukup keras di arah depan. Perhatian seluruh siswa siswi pun tertuju ke depan.

"Perhatian semua! Gue mau bagi kasih tau siapa yang akan jadi petugas upacara besok." Suara si ketua kelas lantang.

"Gue jadi apa nih?"

"Gue nggak mau lagi deh jadi petugas, panas!"

"Iya gue juga ogah,"

"Gue jadiin petugas dong. Kan keren,"

Suara riuh mereka dalam kelas. Alee tak begitu merespon tentang itu, karena ia pikir tidak akan jadi petugas. Toh dia juga masih baru dan tak banyak berinteraksi sama teman temannya kecuali Damian. Jadi tak mungkin ada yang menunjuknya.

"Ini keputusan wali kelas dan juga gue," ucap ketua kelas lagi.

Lalu si ketua kelas pun memberitahu siapa saja yang menjadi petugas upacara. Dan ternyata benar dugaan Alee. Jika gadis itu tidak menjadi petugas upacara. Sedangkan Damian? Sudah pasti, ia menjadi pemimpin pleton.

"Yang nggak jadi petugas besok tetap menjadi peserta upacara seperti biasa. Dan sekarang ayo kita latihan!" Seru si ketua kelas.

Saat perjalanan ke lapangan upacara, Alee bertanya kepada Damian tentang barisannya besok saat upacara. Ikut barisan siapakah yang tak menjadi petugas? Nggak mungkin jika membuat barisan sendiri, karena cuma tinggal 5 anak yang tak menjadi petugas.

Dan cowok itu menjawab bahwa biasanya mereka yang tidak kebagian menjadi petugas akan ikut barisan kelas sebelah, bahkan bisa juga ikut barisan kakak kelas maupun adik kelas. Itu semua terserah guru yang mengatur barisan.

Sesampainya di lapangan upacara. Semua siswa siswi yang menjadi petugas pun langsung mengambil barisan masing masing. Sedangkan yang tidak hanya duduk memperhatikan dari tepi lapangan.

Alee melihat bagaimana proses teman temannya berlatih dengan semangat dan antusias tinggi. Pandangannya pun tak luput dari Damian, satu satunya teman yang ia miliki. Alee baru menyadari bahwa temannya itu memiliki wajah yang tampan apalagi disaat seperti ini. Gadis itu tersenyum memikirkan itu.

"Ok sekarang kalian semua boleh beristirahat sejenak. Latihan kedua akan dipandu oleh anggota OSIS." Terdengar suara instruksi dari Bu Dinar.

"Baik Bu!" Jawab mereka serempak.

Alee menatap Damian yang sepertinya sangat lelah.

"Mau kemana?" Tanya Alee saat Damian beranjak dari duduknya.

"Basuh muka bentar. Gerah!" Ucapnya.

"Ohhh," Alee manggut-manggut mengerti.

Setelah 20 menit mereka beristirahat, sekarang adalah waktu mereka untuk kembali latihan. Seperti yang diucapkan Bu Dinar, bahwa latihan kali ini akan dipandu oleh anak kelas 11. Mereka semua menanti kakak kelas yang akan memandu mereka.

Tak lama sekitar empat anak datang, yang sudah diyakini adalah anggota OSIS. Dua siswa lelaki dan dua siswi perempuan.

Alee mengenali beberapa dari mereka. Ari dari geng drag dan satunya adalah si ketua OSIS yang Alee tak tau namanya siapa, sedangkan siswi perempuannya sama sekali tak dikenali oleh Alee.

Latihan upacara segera dimulai. Semua sudah siap dalam barisannya. Dan tiba tiba seseorang datang dengan santainya.

"Maaf gue telat." Ucapnya santai.

'Kak Agam! Jadi kak Agam itu anggota OSIS?' batin Alee.

Tak terlalu lama untuk latihan kedua ini, well mereka sudah bisa semua. Jadi lebih cepat.

Teman teman sekelas Alee pun tak langsung pergi menuju kelas. Mereka duduk di tempat yang teduh untuk beristirahat dan akan di beri arahan mengenai latihan mereka oleh anggota OSIS.

"Haus?" Tanya Alee saat Damian duduk di sebelahnya.

Damian mengangguk.

"Ini," ucap Alee sambil menyodorkan satu botol air mineral.

Tadi sewaktu latihan dimulai, Alee berinisiatif untuk mengambil air minumnya dikelas untuk diberikan ke sahabatnya, Damian.

Dengan senang hati Damian pun menerima air tersebut dan berniat untuk mengambil dari tangan Alee. Tapi gerakannya tak secepat gerakan seorang disampingnya.

Alee dan Damian pun sontak melihat kearah orang tersebut. Dan tanpa rasa bersalah, orang itu malah meminum air hingga tak tersisa.

"Makasih!" Ucapnya.

Alee cengoh. Begitupun dengan Damian dan beberapa siswa siswi lain yang menyaksikan.

"Airnya," gumam Alee yang masih dapat didengar orang sekitar.

Agam mengangkat sebelah alisnya.

"Kak, itu kan air buat Dami." Jelas Alee.

"Gue haus!" Jawab Agam membuat Alee bingung.

"Saya nggak nanya," ucap Alee polos.

Seketika Damian pun mengalihkan tatapannya menuju Alee dengan menahan tawa. Heran dengan sikap polos Alee.

Sedangkan Agam? Cowok itu kesal dengan ucapan Alee barusan.

"Udah gak apa apa Lee, kita ke kantin aja yuk?" Ajak Damian.

"Oh iya, ok." Jawab Alee.

"Kak, saya sama Dami duluan ya," lanjut Alee.

Agam tak menggubris ucapan Alee. Damian pun tak menunggu jawaban dari Agam, dan langsung menggandeng Alee pergi menuju kantin.

Agam menatap punggung keduanya yang mulai menjauh dengan perasaan kesal.

Agam pun memutuskan untuk kembali ke kelas dengan Berbekal Amara dan rasa kesal.

'Because Of You'

Selamat menjalankan ibadah puasa, semuanyaaaaaa😊😊😊

_to be continue_


Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang