Jus Tomat
Arleen menenggak sebotol jus tomat dari dalam kulkasnya, ia menganggap minuman ini lebih baik dari pada susu sapi murni. Bagaimanapun minuman itu terasa lebih enak dan berasa daripada hambarnya susu. Selesai sarapan dan meminum jus, Arleen bergegas ke kamarnya untuk ganti baju. Tak lama lagi teman prianya akan mengajak Arleen jalan.
Arleen menatap lemarinya yang penuh dengan pakaian namun ia merasa tak ada yang bisa dipakai. Duh, masa iya pakai baju ini lagi? Begitu terus pikirannya. Di sudut kamar ada sebuah jeans bapuk yang dengkulnya sobek-sobek macam habis jatuh tergerus aspal. Apa ia pakai pakaian yang biasa dipakai saja ya? Ah masa bodoh, ini cuma jalan-jalan biasa. Bukan dating. Jadi tak perlu merasa seperti gadis tiga belas tahun yang baru pertama kali di ajak pacaran.
Selesai. Jeans sobek dan atasan merah serta slingbag abu terasa cocok di tubuh Arleen yang tampak kurang gizi. Tak lupa ia mengikat satu rambutnya dan memoleskan lip gloss, jangan sampai terlihat seperti orang puasa sebulan penuh tanpa berbuka dengan bibir pecah-pecah.
Derum mobil terdengar dari depan kost-annya. Dari jendela, Arleen bisa melihat Askara yang tersenyum manis melambaikan tangannya. Arleen segera membuka pintu dan menghampiri Askara agar ia berhenti menginjak pedal gas dan menagih uang bensin. "Cantik sekali." puji Askara. Pria itu menyugar rambutnya, memamerkan aroma khas pomade yang menurut Arleen lebih terasa seperti stroberi lembut.
"Terima kasih." balas Arleen dengan anggun.
Mereka mulai berkendara menuju bioskop membelah langit sore. Hanya candaan yang mengisi ruang saat mereka di jalan.
***
Selesai menonton, Arleen dan Askara hendak menuju warung makan kaki lima yang tak jauh dari mall. Alasannya sederhana, karena Arleen tak terbiasa makan makanan berkelas dan juga ia tak mau merepotkan dompet anak orang. Bisa-bisa sepulang kerumah nanti perutnya melilit gara-gara makan pasta, atau bahkan sushi dan sashimi.
Askara memesan pecel ayam dan air putih, sedangkan Arleen memesan mie goreng serta jus tomat. Mereka tidak memesan es jeruk karena takut-takut malah minum air kobokan yang rasanya seperti sabun pencuci piring. Askara makan dengan lahap, sedangkan Arleen hanya menyisakan setengahnya. Ia beralasan sedang diet untuk menjaga penampilannya. Tentu saja, wanita harus selalu tampak cantik!
Selesai makan, mereka bertolak untuk segera pulang. Tapi jalanan begitu macet. Banyak orang yang lalu lalang dibawah lampu merah. Ada yang ngamen dengan ukulele, kecrekan sederhana dari botol berisi kerikil, ada juga yang bersikap lunak meliuk-liuk sambil mencari uang. Mangkal, katanya. Macet terasa begitu lama, hingga Arleen ketiduran di samping bangku kemudi.
Askara kepincut dengan paras manis sang gadis. Tiba-tiba, perasaan ingin memiliki muncul di benaknya. Setelah macet terurai cowok itu kembali memajukan mobilnya. Bukan mengantar Arleen ke kost sederhananya, melainkan hotel berbintang yang berada tak jauh dari apartemen Askara. Cowok itu orang berada, baginya kertas hanyalah daun kering yang tinggal metik lagi untuk mendapatkannya.
Dibopongnya Arleen menuju kamar sewaan, bibir mereka saling terpaut sampai di atas ranjang. Askara melepas satu persatu kancing Arleen tanpa perlawanan. Malam mereka bagitu panas hingga matahari kembali terbit membangunkan yang terlelap.
Arleen terkejut dengan yang ia dapati ketika terbangun. Darah tercecer diatas seprai kasur seputih suci. Ia segera pulang, meninggalkan Askara yang masih terbaring tanpa busana berbalutkan selimut. Kaki serta seluruh tubuhnya sakit, ia melewati semua penjaga hotel dengan senyum penuh kemenangan. Seringai miringnya tampak janggal di wajah Arleen.
***
Keesokan harinya, ibu-ibu yang sedang membeli sayuran didepan kost-annya bergosip. Tentang seseorang yang mati sehabis melakukan 'itu'. Dihotel pula. Ternyata sumbernya bukan hanya antar mulut, tapi koran pagi yang tukang pos lemparkan di depan setiap rumah.
'Seorang anak pemilik perusahaan ritel mati mengenaskan di kamar hotel tanpa busana. Diduga mati kehabisan darah.'
Yang penjelasan lainnya bilang,
'Banyak luka di sekujur tubuhnya hingga darah membanjiri ruangan tidurnya.'
Lalu.
'Diduga melakukan hal tak senonoh'.
Arleen tak begitu peduli, lagipula ia belum meminum sarapan paginya; jus tomat. Beberapa botol lainnya tampak kosong, barulah Arleen tepak jidat lebarnya itu karena lupa merefillnya kembali. Sekantung plastik besar berwarna hitam ia tenteng dari ruang tamu, beruntung ia punya banyak stok. Jus tomat juga bisa merawat kulit loh, seharian kemarin kulitnya kering terbakar sinar matahari. Ribetnya jadi cewek.
Ponselnya bersuara, menampilkan dua nama teratas yang mengiriminya pesan.
Sharka: Leen, Askara meninggal. Lo udah tahu?
Sharka: Kita mau berbela sungkawa ke apartemennya, kalo mau ikut jam dua
siang ketemuan di pertigaan.Sharka adalah teman satu jurusan Arleen, cewek itu juga biangnya gosip di grup angkatan.
Arleen terkikik, cowok itu pantas mati. Askara pantas mati, maunya saja menikmati tubuh seorang gadis. Itu berarti dia harus menanggung resikonya. Biar kunikmati darah dari tubuh sexynya ini. Arleen menghirup dalam-dalam jus tomat yang baru ia isi kedalam botol. Aromanya sangat amis, tapi terasa seperti stroberi lembut. Cairan kental merah ini sangat langka, mungkin... AB?
Pesan kedua ia buka dan isinya seperti ini.
Bagas: Kapan aku kerumahmu? Karena ini jalan pertama kita, biar aku yang traktir
Yah, sayang sekali stok jus tomatku masih banyak. Tapi makanan sudah ngantri. Resiko sih ya, jadi gadis berperawak cantik. Banyak yang suka hehehe. Arleen terkikik hampir tersedak sambil meminum jusnya kembali. Tak apalah, buat persediaan bulan depan lagi, ajak jalan saja. Lagipula manusia itu cuma cari kepuasan, kan, dari gadis sepertiku? Akan kuberikan yang mereka mau.
Topik ibu-ibu diluar rumah kembali terdengar. Katanya, anak kuliahan yang ngekost di depan rumah mereka--yang Arleen tempati--bukan manusia. Jarang keluar siang, kalau terpaksa keluar hanya ada yang mengajak saja. Macam drakula, pekik mereka dramatis. Gosip wanita memang bagus untuk telinga, beberapa bahkan terdengar sebagai faktanya.
Sore hari, bagas datang ke kost-an Arleen untuk menjemputnya berkencan. Ia membawa mobil sport putih yang tampak baru dibeli. Menyugar rambut dan berkedip menggoda ke arah Arleen. "Mau kemana, cantik?"
"Terserah yang traktir deh,"
Bagas tertawa lepas, lalu melengang pergi setelah Arleen menumpangi mobilnya. Mobil mereka membelah jalanan di sore jingga. Bagas bertanya untuk mencairkan suasana, "Kenapa minta sore? Sibuk ya?"
"Ah, nggak. Karena kulitku sensitif kena matahari. Jadi sore itu waktu yang tepat." Bagas mengangguk dan kembali fokus pada jalanan. Ia berniat menonton bersama Arleen dan makan malam untuk menembaknya menjadi miliknya. Karena katanya, primadona kampus satu ini masih single. "Kalo kamu suka jus tomat?" tanya Arleen.
"Jus tomat?" ulang Bagas. "Hmm, yaa lumayan suka."
Arleen tersenyum simpul. "Mau temani aku mengisi botol jus dirumah nggak?"
Lagipula , siapa yang tidak mau bertolak ke kost-an wanita malam-malam? "Boleh."
***
Sampailah kita di penghujung acaraaa wkwk. Ya, silahkan dukung penulis dengan cara vote serta comment ya..
Biodata penulis: Namanya Naida, akun wattpad pribadinya @sachicatrius.
Bisa dicek untuk karyanya yang lain. Untuk akun instagram kalian bisa cari di kolom pencarian dengan mengetik @riantinaida yaa..Penulis lahir pada tanggal 27 november 2001. Masih berusia tujuh belas tahun (masih labil masih jomblo:v) pecinta anime, nightcore dan karya tulis fantasi suka kamu nggak suka dia (hahaha) suka kentang dan jus tomat *eh? Dia manusia kok.
Okay, see you on another work!