I'm not a monster. I'm just a psychopath by Ulanie

18 4 0
                                    

Guyuran hujan terdengar merembas masuk ketelinga kedua remaja yang tengah menatap keluar.

"Itu tidak akan, maksudku kamu gila Chel." Ucap seorang gadis memecah keheningan dalam kedinginan malam.

Namun, gadis yang dikatai gila tetap diam membatu sambil menatap hujan, tanpa mempedulikan ocehan teman sekamarnya.

"Aku benci hujan." Sarkasnya sambil menutup tirai rapat-rapat. Kejadian yang membuatnya membenci hujan, kini terulang kembali, hal yang selalu ia benam merambat keluar dengan sempurna.

Hujan. Hujan. Hujan.

Jika orang-orang mengatakan kalau hujan itu romantis, bagi Athena itu salah. Hujan hanyalah bencana, hujan hanyalah kutukan, air hujan tidak dibutuhkan, tidak, tidak sampai hujan menjadi saksi bisu kematian kedua orang tuanya.

Hey! Siapa yang akan suka? Kalau hujan menjadi saksi bisu? Karna hujan semua ini terjadi.

Itulah yang dialami Athena, saat hujan datang dia menjadi kejam. Namun bersamaan dengan kelemahannya muncul, bayangan, teriakan, isakan, kedua orang tuanya terdengar jelas.

Seakan lantunan musik menyeramkan yang siap menyerang saraf-saraf otak Athena. Baginya ini semua tidak adil.

Maksudnya bisakah perampok gila itu, hanya mengambil uang orang tuanya saja, kenapa harus orang tuanya juga.

"Aku akan membunuhnya."

Lanjut Athena sambil memijat pelipisnya kasar, bahkan tetesan darah mulai berjatuhan, karna kencangnya pijitan Athena.

"Athena hentikan!" Teriak Chelsea sambil menggenggam tangan Athena erat, seakan kalau dilepas sahabatnya akan menghilang sedetik kemudian.

Chelsea langsung saja mengambil kotak P3K didalam nangkas disebelah tempat tidurnya, tanpa mempedulikan tatapan membunuh Athena.

Kalau saja tatapan bisa membunuh, mungkin Chelsea sudah mati ditempat sekarang karna tatapan evil milik Athena.

Chelsea tidak peduli lagi, yang dia pedulikan hanya sahabatnya.

"Chelsea,, kapan aku akan menemukannya?" Tanyanya sambil menitikkan air mata, yang tak pernah dilihat seorang pun kecuali Chelsea, "Sungguh, ini mematikan hatiku." Lanjutnya sambil memeluk Chelsea dan menangis sejadi-jadinya.

Mungkin tangisan saat ini adalah penenang terbaik dari hati yang sudah membatu sekian lama.

Tangisan yang bisa membuat Chelsea menitihkan air matanya juga, "Aku akan membantumu, aku berjanji." Aku Chelsea.

                                     ***

"Tolong!" Teriak seorang pria dengan lemak yang berlebihan diperutnya sambil berlari-lari digang kecil.

"Aishh, mangsa kecil kita ketakutan rupanya." Seseorang sambil menyeringai, menatap mangsanya yang mulai berlarian kesana-kemari.

"Dengar, jika kamu ingin ini mudah. Berjalanlah perlahan ke sini, atau aku yang akan berjalan bak model kearahmu." Sambil menyentuh kawat yang terlilit berantakan di pagar rumah.

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang