Crazy Angel by Cipta

46 15 0
                                    

Crazy Angel

CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN. BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN.

. . .

“Di sini dia bunuh diri.” Lelaki dengan pakaian serba hitam itu, berkata menerawang kosong. Dia menghela napasnya pelan, kemudian lanjut bicara. “Dia menusuk dirinya sendiri ke ranting tajam itu.”

“Kira-kira, bagian mana yang dia tusuk?” Seorang lelaki dengan pakaian formal terlihat seperti mengintrogasi. Dia melangkahkan kakinya, mendekat ke ranting tajam yang terlihat menghiasi pohon besar itu.

Lelaki dengan pakaian serba hitam itu berdiri di belakang pria itu. “Kira-kira bagian mananya yang tertusuk?” Nada bicaranya berubah menjadi dingin.

“Apa maksudmu?” Pria itu menoleh ke belakang. Dia kemudian membulatkan matanya sempurna saat melihat lelaki di belakangnya menatapnya dengan tatapan menerawang kosong, sambil tersenyum miring. “Kau pikir, bagian mana yang akan tertusuk?”

JLEP!

***

“Iya, akan aku selesaikan malam ini! Bawel sekali!”

“Selesaikan secepatnya! Aku nggak mau mendengar ceramah dari toa tua berbau asap rokok itu!”

“Iya! Kau bawel sekali, sih!” Wanita itu mengangkat tas nya setelah dirasa barang-barangnya sudah ia bereskan semua. Ia bergegas pulang. Dia tak mau berlama-lama berada di sana, apalagi jika harus bersama dengan cabe ala-ala itu.

Dengan kesal, dia berniat pamitan. Kalau bukan karena sopan santun, dia tak akan mau melakukannya. “Aku duluan!” ketusnya.

“Situ pamit apa ngajak ribut?!”

“Masih mending aku pamitan, kan?!” sinis Nadya, seraya memutar kepalanya seperti burung hantu menatap mangsanya. “Iya, iya! Sudah sana pulang! Kau merusak suasanaku!” usir Adel, sembari mengibas-ngibaskan tangannya dengan mata yang tak lepas dari laptopnya.

“Semoga kau ditangkap setan!” Nadya berujar, sambil melenggang pergi. Jujur. Dia benar-benar selalu kesal jika sudah berhadapan dengan rekan kerja menyebalkannya ini.

“Enak saja kau mendoakanku! Awas ya kau!”

Tak peduli dengan seruan dari Adel, Nadya tetap melenggang pergi. Melangkahkan kaki untuk segara ke luar dari sana. Berlama-lama dengannya, hanya bisa membuatnya darah tinggi.

Nadya menghela napasnya pelan. Berusaha mengumpulkan keberanian saat dirinya melewati lorong sepi dan gelap. Jujur saja, dia takut kegelapan. Tapi bagaimana lagi? Hanya itu jalan satu-satunya untuk menuju rumahnya tercinta.

Lindungi aku, Tuhan. Nadya menguatkan dirinya sendiri. Dengan langkah yang dipercepat, dia berjalan. Rasanya, pasokan oksigen di sekitarnya menipis. Sesungguhnya, gadis itu berharap, dia bisa segera ke luar dari tempat menakutkan itu.

“Hah, menyusahkan! Kenapa harus aku, sih, yang mengerjakan semua ini?! Mentang-mentang si Nadya bagus, lelaki sialan itu selalu membebankan semuanya padaku. Postur tubuh saja dinilai. Kau kira ini klub malam, huh?” Adel melirikkan matanya ke meja di sebelahnya. Meja yang biasa ditempati oleh Nadya, salah satu rekan kerjanya.

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang