Bismillah,
H a p p y r e a d i n g l u v ♥
*** ***** ***
02.15
Alarm berbunyi tepat disamping telinga Alina, serta membuatnya terbangun dari tidurnya yang menyenyakan. Hari ini adalah hari bahagia serta menyedihkan bagi Alina. Bagaimana tidak, hari ini adalah kebahagiaan baginya karna akan melanjutkan minatnya sebagai designer di negeri ginseng, Korea. Pun dia merasa sedih karna akan meninggalkan keluarganya di negeri kelahirannya, Indonesia.
Alina segera membersihkan dirinya dan mengambil air wudhu untuk menjalankan sholat tahajud sebanyak dua rakaat yang biasa ia lakukan setiap harinya.
Setelah melakukan ibadah sholat sunnahnya, Alina beralih menuju barang barangnya yang sudah tersusun dalam koper dan tasnya. Alina membopong satu satu barangnya dengan susah payah menuruni anak tangga rumahnya.
"perlu abang bantu?" tanya abang Alina saat melihat Alina yang sedang kesusahan mengangkat barang terakhirnya, ia bernama Ashraf Parveen Tsurayaa.
Kemudian Alina menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, serta menyerahkan barangnya kepada Ashraf.
Kemudian kedua bersaudara tersebut menuruni anak tangga sambil berbincang bincang singkat dan juga diiringi oleh kekehan kecil.
"Alina, buruan kesini. Jadwal penerbanganmu tidak lama lagi" ucap Ibunda dari kedua bersaudara tersebut sambil menata makanan dipiring.
Alina menoleh kearah suara Ibundanya, "Iya, Umi"
Alina beserta keluarganya mulai sarapan bersama. Keadaan saat bersarapan, hening. Karna jika makan itu tidak boleh bersuara.
Setelah selesai sarapan, Alina segera beranjak bangun dari duduknya dan mengambil piring kotor untuk mencucinya di belakang, tetapi Ibunda Alina segera menahan Alina.
"Tidak usah, lebih baik kamu berangkat sekarang agar tidak ketinggalan pesawat. Ayo Umi antar kedepan"
Alina hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian ia melangkahkan kakinya sambil mengaitkan tangannya pada sela sela jari Ibundanya menuju kedepan pintu rumah.
"Alina, jaga diri kamu dengan baik disana. Hidup diluar sana berbeda dengan disini" ucap Ibunda Alina sambil mengusap puncak kepala Alina yang tertutup oleh kain yang wajib dikenakan bagi setiap kaum muslimah.
"Pasti. Umi juga, jaga diri baik baik disini" ucap Alina kemudian memeluk Ibundanya dengan hangat.
Kemudian Alina beralih pada Ayahandanya yang tengah berdiri disamping Ibundanya "Abi juga, jaga diri baik baik disini"
"Sekarang Alina udah pergi ke negeri orang. Abi dan Umi pasti menghabiskan hari berdua saja, Abangmu juga harus kembali kerja ke kota seberang. Biasanya Alina yang temani Abi dan Umi kalau Abang kerja" ucap Ibunda dengan buliran bening yang tiba tiba mengalir dipipinya.
Alina tak kuasa melihat sang Ibunda menangis. Rasanya ia hendak menghentikan impiannya dan memilih untuk menemani kedua orangtuanya "Umi jangan nangis. Alina janji bakal sering hubungi Abi sama Umi" disertai dengan buliran bening yang juga mengalir dipipi chubby nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oppa, imamku
FanfictionKetika tasbihku bertemu dengan salibmu... Dan ketika Assalamualaikum ku tidak bisa dijawab dengan Shaloom mu... Berbeda keyakinan, membuatku hanya bisa untuk mengagumimu, tidak untuk mencintaimu... Kisah seorang fangirl mus...