Zona Nyaman

54 16 11
                                    

Sekian lama bersamamu, aku sadar akan sesuatu. Detik demi detik, jam demi jam, minggu demi minggu kita lalui bersama. Tanpa sadar, aku mulai peduli. Awalnya memang, kukatakan dengan lantang pada diriku sendiri, "kau bukan tipenya, jangan berharap banyak. Malahan, jangan berharap sama sekali."

Maka, otakku sang cendekiawan mengiyakan. Maka, kamu dan aku bukan apa-apa. Maka, kamu bukan siapa-siapa.

Haha. Andai semudah itu.

Tapi apa daya, semua yang kita lalui bersama membuatku jatuh. Racun apa yang kau masukkan ke makananku setiap kali kita makan siang bersama ? Yang membuatku terus menerus memikirkanmu. Logika yang kubangun sejak awal bahwa aku bukan levelmu hancur sudah. Malahan, sudah tidak ada logika lagi. Gawat, jantungku berdebar tak karuan. Tapi entah apa, aku tidak tahu, dan aku tidak mau tahu, aku senang.

Sadar atau tidak sadar, aku benar benar mulai memerhatikanmu. Mungkin orang bertanya, "Apasih yang membuatku jatuh kepadamu ?" jawabannya sederhana, karena kamu adalah kamu, dirimu sendiri. Dengan segala kekuranganmu, dengan segala kelebihanmu, dengan segala minat dan ambisimu. Aku yang dulu tidak punya tujuan hidup ini jadi memiliki satu pondasi kokoh. Pondasi dari orang terdekatku, kamu. Bahwa aku harus menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sederhana, memang. Tapi itulah awal aku menjadi "manusia". Menaruh hati pada seseorang yang benar benar dekat, merasakan bagaimana debaran yang diceritakan orang-orang dalam kisah romansa.

Apalagi ketika kau mulai membuka dirimu. Benar memang kata orang, bahwa orang yang paling banyak tertawa adalah orang yang menanggung beban terberat. Aku benar-benar merasa menjadi orang yang spesial kala itu. Dalam hati ku katakan, " Tenang kawan, ada aku. Kau selalu punya pegangan." Bahwa tekadku adalah tak pernah membiarkanmu merasa sendirian. Bahwa bahagiaku sekarang benar-benar sederhana, berada di sampingmu, mengobrolkan hal hal sepele, hal hal tidak penting, hingga bicara tentang hidup masing-masing. Sebelumnya, aku tidak pernah sepercaya ini pada orang. Sebelumnya, aku tidak pernah seterbuka ini pada orang. Sebelumnya, aku tidak pernah senyaman ini dengan ini.

Untuk selang waktu yang tak bisa kita raba berapa panjangnya, kita benar-benar nyaman. Tempat di samping masing-masing pundak adalah zona nyaman kita.  Zona nyaman di tengah kejamnya kawah candradimuka tempat dunia ini singgah. Dipenuhi orang-orang sesat, bejat. Saling mengamankan satu sama lain, saling mengingatkan, saling memberi saran. Hingga tidak ada lagi sekat apapun. Benar-benar sedekat itu, senyaman itu.

Dan diakhir kata, segumpal daging bernama hati mulai berkata, "Aku menyayangimu, benar, tidak usah bertanya lagi."

AlegoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang