Alegori

19

Apa yang kalian rasakan, saat menginjak 19 tahun?

Bagi sebagian orang, 19 mungkin usia yang sangat menyenangkan. Dimana kita sudah dianggap dewasa, namun belum memiliki tanggung jawab, layaknya anak-anak.

Bagi sebagian yang lain, 19 mungkin usia yang berat. Dimana tanggung jawab hidup sudah dipikul sepenuhnya di pundak. Tidak hanya ekspektasi orang lain, tapi juga ekspektasi diri sendiri yang kadang menyita sebagian besar ruang di kepala.

19.

Usia peralihan. Tahun depan sudah memasuki fase baru kehidupan. Dekade baru, dunia baru, bertemu orang-orang baru. Aku penasaran, apakah orang lain juga merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan saat ini?

Takut, bingung, gundah, khawatir, cemas, dan segala kegamangan yang ada dalam kehidupan. Rapuh karena ekspektasi-ekspektasi yang dirasa tidak bisa dipenuhi. Fase-fase mencari jati diri. Apa yang ingin kutampilkan ke orang lain? Apa yang sekiranya tidak boleh kutampilkan ke orang lain? Aku tidak tahu, aku belum paham.

Kapan aku akan paham? Lagi, aku tidak tahu. Misteri masa depan memang bukan tugas manusia untuk mengetahuinya. Tugas manusia adalah menjalaninya.

19 tahun. Saat dimana waktu terasa sangat relatif bagi masing-masing orang. 19 tahun benar-benar dirasakan secara personal oleh masing-masing pribadi. Bagi yang hidupnya nyaman, berkecukupan, masih punya waktu untuk bermain tiap hari, maka ia akan berjalan cepat. Sebaliknya, waktu akan memelukmu seerat yang ia bisa, mendekapmu dalam ketidaknyamanan tak berujung jika kamu adalah orang yang perlu berjuang, untuk hidup, untukkeluarga di usia 19 ini.

Menantang, sangat menantang. Fase-fase tumbuh dewasa selalu menjadi hal yang mendebarkan buatku. Terlebih, seringkali orang-orang dewasa tidak terbuka tentang bagaimana mereka menjadi dewasa. Entah karena terlalu sulit atau terlalu rumit.