Angin bertiup dengan kencang menghempaskan setiap daun yang berada diranting pohon, semakin keatas semakin banyak rintangan yang yang harus dihadapi oleh pohon, karena untuk mengapai suatu keinginan bukanlah perkara mudah begitu juga dengan ku.
" Ya rob maafkan aku yang pernah membuat kesalahan yang tak seharusnyaku lakukan hanya untuk mendapatkan hati seorang pria yang belum tentu menjadi jodohku di masa depan kelak"
" Ya allah pantaskah jika dipertiga malam ini aku masih menyebutkan namanya padamu, ya allah jika dia memang bukan jodohku maka hapuskan lah setiap kesan yang meninggalkan rasa suka yang seharusnya tak hamba miliki, ya allah biarkanlah hati hamba kosong sampai sang pemilik hati hamba yang sesungguhnya menghalalkan hamba ya allah"
Tak terasa aku menghabiskan setengah jam mengadu keluh kesahku pada sang kalik, aku melepas mukenaku dan melipatnya menaruhnya dirak mini yang berada disudut tempat tidurku, disinilah aku sekarang diasrama putri an - nisa tempat aku menimba ilmu dan memperdalam ilmu agamaku, aku tak ingin hal yang telah terjadi dimasalalu terjadi lagi dimasa yang akan datang karna itu aku memutuskan untuk menuntut ilmu di pesantren darulikhlas ini.
" Syakila ya allah jangan bilang kamu lupa kalau kamu hari ini piket bangunin adek tingkat buat jamaah subuh" gadis berdarah sunda tersebut terus mengusikku dengan ucapannya yang takku hiraukan, dia itu fanaya al kanza sahabatku di asrama ini dia gadis yang menurutku sangat cantik bukan hanya cantik fisik tapi hatinya juga begitu cantik, ketika semua santri mengejekku karna tak bisa membaca Al-Qur'an dengan fasih dia lah yang menyemangatiku dengan segala tingkah dan kata- kata motivasi nya hingga aku bisa fasih dan menghafal Alquran itu semua berkat dorongan dan motivasinya.
" Sayangku ukhti kanza yang cantik, ana inget kok, ini mau ke asrama jannah kok cuma ana lagi benerin hijab dulu biar gak lepas" aku hanya tersenyum padanya memperlihatkan tampilanku yang berbeda dari biasanya, dia yang melihatku memakai khimar membulatkan matanya yang diakhiri dengan senyum mengoda.
"Ukhti syakilla".
Belum selesai kanza berbicara aku sudah membekap mulutnya dengan tanganku menghentikan ia berbicara." Maaf ukhti kanza klau ana dengerin ukhti ngomong ana bisa telat piketnya entar dimarahin umi", kataku sambil keluar kamar asrama, dia hanya menatapku dengan cemberut, aku hanya terkekeh melihat tingkatnya yang menurutku sangat mengemaskan.
Aku kembali menulusuri asrama jannah aku mengetuk setiap pintu kamar asrama beberapa ada yang sudah datang kemesjid dan beberapa masih ada yang tertidur dengan nyenyak jika urusan memarahi aku tak terlalu berbakat, akhirnya mau tak mau aku memanggil sanaya yang merupakan santri yang katanya sangat membenciku tapi aku tak peduli yang penting tugasku selesai dengan baik.
"Ukthi sananya,bisakah ukti membantu ana membangunkan santri yang telah tidur lagi setelah dibagunkan" berbeda dengan rumor yangku dengar sanaya tersenyum tulus padaku dan mengangukkan kepalanya pertanda setuju.
Aku meninggalkan kamar asrama tersebut beralih kekamar asrama selanjutnya dan ternyata semua santri telah bangun dan pergi kemasjid melaksanakan salat subuh berjamah.
" Udah pada ke mesjid semua ayo kita balik saja keasrama atau kemesjid melaksanakan salat subuh" ukhti berbaju ungu tersebut memberi instruksi.
"Kalau kita kemesjid kita sudah pasti masbu' tapi kalau ke asrama lebih lama lagi, lebih baik kita kemasjid saja ukti" yang menjawab instrusik tersebut adalah ukhti sanaya, menurutku ukhti sanaya itu sangat pintar, baik, ramah dan santun. Menurutku tak seharusnya para santri membandingkannya dengan aku yang tak memiliki kelebihan apa- apa ini.
"Yasudah ayo kita berangkat sekarang nantik keburu waktu subuhnya habis karna kita teh asik bicara dari tadi" kami semua berjalan menuju kearah mesjid terlebih dahulu mengambil wudhu untuk melaksanakan salat subuh rasanya baru kemarin aku pergi kemari namun nyatanya sudah 5 tahun aku berada disini.
"Puk"
seseorang menepuk bahuku dengan halus, aku melirik kearahnya aku sudah bisa menebak bahwa yang berani menepukku seperti ini hanyalah ukti khanza.
"Ukhti syakilla melamunin apani" katanya dengan cengiran yang begitu membuatku kesal. Aku tak menjawab aku mendiamkannya, terlebih dahulu aku mengelus dadaku yang teekejut akan kehadiran makhlu cantik satu ini. Dia menatapku kesal.
"Ukti syakilla kebiasaan deh gitu, dia mengerucutkan bibirnya.
" Ukthi khanza tidak cocok meperlihatkan wajah yang seperti itu kepada ana umur unti itu sudah tua" kataku setengah mengejek.
Dia hanya mendegus kesal mendengar ucapanku itu.
" Jangan mendegus seperti itu ukhti, ukhti nanti dikira kerbau" kataku mencadainya, dia sama sekali tak marah dia hanya tersenyum padaku.
"Ukti syakila memang sangat pandai mengalihka pembicaraan" dia meletakan mukena kedalam lemari musala aku pun mengikutinya meletakan mukena yang telah kulipat dengan rapi kedalam lemari, kami berjalan keluar mesjid ukthi kanzha tetap mencandaiku dengan berbagai gurauan hingga membuat aku tidak tahan untuk tidak membalas candaan dengan mencubitnya namun saat aku ingin mengejarnya aku tidak sengaja menabrak seseorang dan rasanya itu seorang akhi aku takut takut melihat kearah akhi tersebut kenapa dengan jantungku ya Allah kenapa berdetak denga begitu cepat ya rab rasa ini pernah terjadi namun sudah lama sekali, aku tetap menundukkan kepalaku samapai suara khanza menyita perhatianku, sampai kapan ukti syakilla mau duduk di tanah seperti itu.
"Ya allah bisa- bisanya khanza masih mencandaiku saat aku terjatuh seperti ini, lututku rasanya perih sekali hingga aku tak bisa bangun.
" Ehem" akhi yang menabrakku tadi berdehem sontak saja aku melihat kearahnya.
"Jleb"
"aku mengenal dia ya rab, dia pria yang aku sukai hingga aku melakukan hal yang tak seharusnya aku lakukan aku langsung membuang muka kearah lain, aku berharap semoga dia tak pernah mengenaliku lagi"
" Apakah ukti tidak bisa bangun, apa perlu saya memanggil santri lain untuk membatu ukthi katanya dengan intonasi dingin masih sama seperti duluh tetap dingin dan tak tersentuh.
"Anan, tolong panggilkan santri putri untuk mengantarkan ukti ini keuks asrama" katanya dengan suara datar
Pria yang bersamanya tadi mengangguk dan berjalan kearah krumunan santri putri.
Sedangkan khanza hanya memanadangiku saja, rasanya aku ingin sekali menarik bajunya dan mencubit pipinya itu.
"Ukhi khanza bisakah ukthi membantu ana" kataku rilih menahan perih sedangkan pria tersebut hanya berdiri seperti patung
Khanza yang semulanya hanya diam memapahku setelah mendengar perintahku untuk membantuku, aku mati matian menahan perih dilututku hingga air mata perlahan mengalir dari mataku memang aku tipekal orang yang sangat mudah menangis tapi kali rasanya memang sangat perih.
Aku harap kita tidak akan bertemu lagi, sudah cukup dulu aku mengejarmu sekarang tak ada lagi hal yang seperti duluku lakukan dan semoga kau tak mengingatku.
Hallo semua makasih ya buat yang udah baca.
Author masih amatir dan awam jadi butuh banget saran dari kalian supaya ceritanya bisa diperbaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah karna Nya( Allah) bukan karna Dia
Teen FictionSyakilla Al malik gadis basteran jerman yang memiliki sifat yang terkesan manja, tidak peduli lingkungan, dan telalu arogan. Hingga kedatangan seorang pria basteran turki yang menjabat sebagai ketua rohis tersebut menarik perhatian syakila, hingga i...