kisah masalalu ( part 2)

34 7 0
                                    


Kila melaksanakan salat subuh dengan tenang walaupun surah yg dihapalnya hanya surah pendek seperti al- ikhlas, al- falaq, an- nas, dan alfatihah, tapi dia tetap melaksanakan salatnya dengan khidmat selesai salat dia langsung melipat mukenanya dan meletakan nya diatas sofa berbeda dengan kira yang sudah hafal beberapa juz dalam Al- Qur'an, setelah melaksanakan salat subuh kira membaca Al-Qur'an dengan khidmat mengulang  kembali hafalannya.

Kila memainkan ponselnya  berselancar ke dunia maya melihat berita apa yang sedang dibahas hari ini, tak menemuakan hal yang menarik, kila menguap rasa kantung kembali menyerangnya saat ia akan menghempaska tubuhnya kekasur tiba- tiba pintu ada yang mengetuk.

"Tuk tuk"

"Masuk pintunya gak dikunci"
Sesorang muncul dari balik pintu membawa paperbag berwarna biru.

" Umi, titipin ini untuk kila" kata kira menyerah kan paperbag biru kepada kila.

Kila mengambil paperbag pada kira dan mengucapkan terimakasih.

Kira melihat- lihat kamar kila, berbeda sekali dengan kemarin kamar ini terlihat lebih indah dan terkesan nyaman pikirnya.

"Kila suka dekor kamar" tanya kira sambil memandangi setiap suduh kamar kila yang berubah dari semula.

"Yah gak bisa dibilang suka juga sih" kata kira membuka isi peparbag pemberian umi.

Ternyata isinya seragam sekolah plus hijab disana terdapat kertas kecil yang digulung dengan hiasan pita sebagai pengikatnya.

Kila yang penasaran dengan kertas yang diikat pita itu membuka ikatan pita itu dengan cekatan.

"Kila sayang, kila bisa pakai jilbabnya di saat kila sudah siapa". Pesan itu yang tertulis pada kertas yang bergulung pita.

"Kapan siapnya gue pake ginian" kila meletakan pakaian keatas kasur.

Kila duduk kembali diatas sofa memainkan ponselnya dengan ria melihat hal itu kira mendatangi kila dan menarik ponsel kila, menyembunyikannya kebelakan tubuhnya.

Kila tampak heran dengan tingkah kira yang berani mengusiknya.

"Kila gak liat kira udah rapi sama seragam sekolah"

"Terus"kila masih tak ingat bahwa ia akan bersekolah hari ini.

Kira mendegus kesal membanting tubuhnya disamping kira.

"Kamu ini kenapa sih, hari ini tu hari  pertama kamu masuk sekolah, mau telat dihari pertama" kira ngegas gaes.

Mendengar ucapan kira kila menepuk jidatnya berlari mengambil seragam sekolahnya dan memasuki kamar mandi dengan tergesa- gesa lima menit berada didalam kamar mandi kila keluar mengunakan seragam sekolah yang acak -acakan.

Kira menahan tawanya melihat kila yang begitu kacau dia berinsiatif membebetulkan seragam sekolah kembarannya, tampaknya rasa canggung diantra keduanya mulai terkikis.

Kila hanya diam layaknya patung menurut saja dengan kira yang memperbaiki tampilannya.

Kira tersenyum melihat tampilan kembarannya yang terlihat rapi.
Tinggal satu step lagi menurutnya memakaikan hijab kekepala kila.

Saat kira ingin memakaikan hijab kepada kila, kila menjauh dan mengelengkan kepala.

Kira mengerti gerkan kila hanya pasrah meletakan kemabali hijab keatas kasur.

" Aku belum siap kira, pakek baju ini aja sama rok panjang sampek lutut udah buat aku kepanasan".

"Disana dingin banget ya kil", kira melihat keluar ternyata hujan mulai menitikan airnya kebumi.

" Ya gitu sih kir" kila mengikuti kira melihat keluar melalui jendela kamarnya.

"Yaudah turun yuk, umi sama abi pasti udah nunggu kita dibawah.

Kira dan kila terus saja membicarakan hal kecil yang membuat mereka tertawa, umi dan abi melihat anaknya yang akur merasa sangat senang.

"Bicarain apa ni, kayanya seru umi jadi kepo"

"Bukan apa apa kok umi" sahut kira menduduki kursinya yang telah tersedia sarapan di atas piringnya begitu juga dengan kila.

Kila mulai melahap makanannya hal itu menjadi perhatian umi bahkan kila tak membaca basmalah saat ingin makan.

Abi mengelus tangan umi, memberi semangat pada umi untuk mengubah kebiasaan sang putri bungsu.

Kira melihat jam dipergelangan tangannya memperhatikan setiap deretan angka disana. Dengan segera mungkin ia menghabiskan makanannya tanpa sisa dan menutupnya dengan doa sesudah makan.

"Kila udah siap makannya"

"Udah"kila menyisakan sedikit sarapan dipiringnya, baginya itu bukanlah masalah toh nenek tak pernah mempermasalahkannya dulu saat dia tinggal di jerman.

" Yaudah ayo berangkat" ajak kira.
Seperti biasanya kira tak pernah melewatkan rutinitasnya menyalimi tangan kedua orangtuanya dan mengecup pipi keduannya sebelum pergi ke sekolah.

Kila juga melakukan hal yang sama walaupun awalnya ragu untuk mengecup pipi kedua orangtuannya.

Selesai melakukan rutinitas sebelum berangkat kesekolah keduanya menaiki mobil sport milik kira.

Kira fokus menyetir, sedangkan kila melihat kejalan matanya masih asing melihat pemandangan diluar, dia menatap sekeling dengan fokus dia ingin menghafal jalan menuju kesekolah.

Suasana yang begitu hening membuat kira berinisiatif membuaka obrolan.

Naum kalah cepat denga kira yang sudah memulai obrolan dengannya.

Kila kalau misalnya nantik aku gak nemenin kira ke wakakesiswaan gak papa kan tanya kira sedikit cemas pasalnya hari ini kelasnya mengadakan ulangan fisika.

Walaupun cuaca sedang tidak mendukung tapi seorang heman aditpa seorang guru fisika yang terkenal dengan kedisiplinannya tak pernah mengubah setiap jadwal yang sudah dibuat.

"Ck emang aku anak kecil yang harus ditemenin pergi kemana aja" kila berdecak kesal karna ia diperlakukan seperti anak kecil.

Kira tersenyum hangat kearah kira di merasa beruntung mempunya kembaran yang begitu pegertian menurutnya.

"Jangan senyum mulu, entar kamu kesambet"kila menahan kesal dengan senyum kira yang menurutnya menyebalkan.

Kira kembali fokus menyetir memperhatikan jalan dengan seksama hingga fokusnya teralihkan pada seorang pria yang mengunakan sepeda motor berwarna hijau dan  memakai seragam sekolah yang sama dengannya   yang berada didepannya, seketika jantungnya berdetak dengan cepat.

"Dia kembali" lirihnya yang tak dapat didengar oleh kila.

"Kira masih lama sampek nya" tak ada jawaban kila merasa diangurin mencolek bahu kira, seketika kira tersentak dan menghentikan mobilnya mendadak beruntung jalanan sedang sepi jadi tidak mengakibatkan kecelakan.

Assalamualaikum semuanya
Mohon sarannya dan vote nya ya guys




Hijrah karna Nya( Allah) bukan karna DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang