kisah yang telah lalu

37 7 0
                                    

Pagi begitu cerah, sang surya tampaknya sedang berbaik hati kepada penduduk bumi, sinarnya menembus gorden kamar gadis yang masih berbalut dengan selimut tebal seakan sinar matahari sama sekali tak mengangu mimpinya yang sangat indah dipagi hari.

Krik...krit ..krit

Alarm berbunyi dengan nyaring namun tetap tak mengusik tidur gadis yang masih bergelut dengan selimut tebalnya bukannya membuat ia bangun dia malah mencari posisi tidur yang lebih nyaman.

"Kret"

seseorang wanita paruh baya memasuki kamar gadis tersebut, menarik gorden kamar tersebut sehingga sinar matahari masuk dengan sempurna.

Melihat tak ada pergerakan sama sekali wanita parubaya tersebut memasuki wc  dan mengeluarkan air satu gayung penuh.

"Syakila bangun atau umi siram pake air"
"5 menit lagi umi"
" Bagun" wanita parubaya yang dipanggil umi tersebut meneteskan air kemuka gadis yang masih bergelut dengan selimut.

Dengan malas ia membuka selimutnya berjalan kearah wc dengan lingkung matanya belum sepenuhnya terbuka hingga menabrak beton kamarnya

"Dung"

" Aa umi, kepala kila sakit banget"
" Salah sendiri dari tadi dibangunim bukannya mejamin mata malam makin dimeremin"

Umi hanya memngeleng kepala melihat tingkah anak gadisnya satu ini, tingkatnya sangat  berbeda dengan kemabarannya yang sangat taat pada yang maha kuasa, dan disiplin terhadap semua hal.

Namun umi tak pernah membedakan keduanya, baginya baik syakila maupun syakira merupakan anugerah terbesar untuknya namun perbedaan kedua sifat anak gadisnya, membuat ia merasa bersalah karna  tak bisa mendidik salah satu anaknya dengan baik, karna dahulu kila berada dijerman mengikuti sang nenek yang sedang sakit dan mengiginkan syakila berada disampingnya.

Syakila kecil tidak bisa menolak ajakan nenek tersayangnya, dia menurut saja saat di ajak keluar negeri baginya kesehatan nenek lebih utama, dia tumbuh dan besar disana tentu saja sangat banyak perbedaan yang didapatkan, neneknya seorang mualaf yang tidak terlalu mendalami ilmu agama hingga ia tidak terlalu tau tentang agama islam baginya yang terpenting adalah tidak pernah meninggalkan salat dan durhaka kepada kedua orangtua.

" Kila uda salat subuh" umi bertanya hati- hati takut menyingung perasaan kila".

" Udah umi" kila hanya menjawab singkat ia masih merasa cangung dengam kedua orangtuanya, pasalnya ia baru dua minggu ia kembali ketanah airnya, dan bertemu kembali dengan keluarganya setelah 11 tahun terpisah.

Umi memaklumi tingkah kila pasti sulit untuk kila beradatasi kembali dengan keluarganya serta didikan ketimuran, kila biasanya hidup dengan didikan kebaratan, walaupun cara berpakaian kila masih terbilang sopan namun tak memenuhi aturan dalam agama islam untuk menutupi auratnya.

Kila memang lebih unggul dalam hal pendidikan akademik dan lebih cantik dibandingkan kira namun untuk urusan ilmu agama kila benar- benar tertinggal sangat jauh.

" Yasudah kalau begitu, kita kebawah yuk, abi sama kira udah nunguin kamu lo" umi berjalan kearah kira memeluk kira dengan lembut.

Kira rasanya ingin menagis, sudah lama sekali dia merindukan pelukan hangat sang umi, namun jarak memisahkan mereka terlalu jauh belum lagi masalah umi dan nenek yang tak dipahami olehnya.

Umi menitikkan air.
Kira yang melihat itu menghapus air mata uminya dengan tersenyum. Ia tahu uminya merasa bersalah karna tak bisa mendidiknya dengan baik.

"Umi jangan nangis entar cantiknya hilang lo".  kila berucap sangat manis umi tersenyum kembali menjawil hidung kila dengan gemas.

"Kamu ya udah berani godain umi"

" Yah, umi gak suka digodain" kila kembali mengoda uminya.

Umi mengengam tangan kira membawanya menuju kebawah ke meja makan.

" Umi,bkila ayo duduk, kira udah nyiapin sarapannya untuk kila dan umi". Gadis manis itu kira, dimemakai jilbab yang lebar menutupi sekujur tubuhnya dengan sempurna.
Kila yang melihat itu memikirkan bagaimana kira bisa tahan menggunakan  pakaian seperti itu kesekolah.

Kira yang melihat tatapan kila padanya sudah mengerti mengapa kila memandanginya seperti itu.

"Isyaallah kira gak akan pernah kepanasan mengunakan pakaian seperti ini, karena ini merupakan aturan berpakian dalam agama kita"

Kira hanya tersenyum dan mengagnguk lagi- lagi rasa canggung memenuhi dirinya, ia hanya bisa bersikap terbuka dengan abinya, dikarnakan abi sering berkunjung ke jerman dulu saat kila berada disana.

" Kila dulu sekolah dimana tanya kira dengan lembut, setiap tutur katanya begitu santun dan angun hal itu membuat kila sedikit malu berada diantara lingkaran keluarga adam.

" Dulu aku sekolah disekolah higschool harven.

" Kila sekolah disana", mata kira berbinar mendengar nama sekolah ternama yang menurutnya sangat populer itu.

Kila hanya menganguk antusias melihat mata kira yang berbinar, kila pikir dia akan sulit menyesuaikan diri dengan keluarga adam namun nyatanya dia sangat diharapkan keberadaannya disini.

"Kila,  kamu akan sekolah ditempatnya kira sekolah ya nak" suara itu, suara abinya suara yang sangat dirindukannya bebrapa tahun belakangan ini karna tak pernah menjenguknya lagi di jerman.

Kila hanya mengiyakan perkataan abinya, menurutnya apa yang di perintahkan abinya adalah hal yang baik untuknya.

"Kila akan sekolah ditempat kira mulai besok, jadi usahakan tidak tidur lagi setelah salat subuh ya".

"Iya abi akan kila usahakan"

"Abi, umi kira sudah selesai sarapannya kira mau berangkat dulu kesekolah". kira menyalami kedua tangan orangtunya serta mencium pipi kedua orang tuanya tak lupa ia juga mencium pipi kila lalu beranjak keluar rumah.

Bagi kila situasi seperti ini terlalu jauh darinya biasanya ia kesekolah tanpa bersalaman kepada neneknya ia hanya mencium pipi neneknya sebelum pergi kesekolah ia tak mau membangunkan neneknya yang terlelap tidur hingga itu menjadi kebiasannya.

Kila kembali kedalam kamarnya membuaka kopernya memasukan satu- persatu bajunya kedalam lemari setelah menyelaesaikan tugasnya berbenah dia mengambil hpnya yang berada diatas nangkas disamping tempat tidurnya.

Baru sehari dia berada di indonesia namun dia sudah merindukan neneknya disana.

Kila menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur bernuasa biru laut.
Dia terlihat lelah dan kepanasan tubuhnya belum terbiasa dengan iklim indonesia.

Lama berkutat dengan ponsel kila merasa bosan dan turun kedapur, didapur ia melihat umimnya sedang mengadunk adonan.

" Umi"membuat cake tanya kila dengan penasaran.

Umi mengangu kembali mengadung adonannya dan mematikan mixer, setelah adonan mengembang.

"Kila suka brownies kan umi membuatkannya untuk kila"

"Umi, you now ups" kila menutup mulutnya merasa bersalah hampir berbicara tak sopan dengan uminya.

Umi hanya tersenyum maklum putrinya baru kembali kemarin dan mana mungkin bisa melupakan kebiasaannya menggunakan bahasa inggris di keseharian hidupnya.

" Gak papa sayang umi ngerti kok kamu perlu waktu" umi mengambil loyang menuangkan adonan kedalam loyang lalu memasukannya ke dalam oven.

Kila tersenyum ragu menangapi perkataan uminya, ia mengambil air didispenser lalu meminumnya sambil berdiri.

"Kila kalau minum itu harus duduk jangan sambil berdiri sayang"

Kila merasa dia tak tahu apa apa tentang kehidupan rumah ini, semuanya perlu aturan pikirnya.

"Oh iy kila" tersenyum kikuk mengararuk rambut pirangnya yang sebenarnya tak gatal jika kila berambut pirang maka kira berambut hitam legam dia mengikuti warna rambut ibunya sedangkan kila mengikuti warna rambut abinya yang merupakan turunan jerman asli.


Assalamualaikum semuanya.
Semoga suka ya, sama ceritanya dan author mohon sarannya ya, kalian bisa kasih tahu dimana kekeurangan author dikomentar.
Dan jangan lupa vote ya guys.
Semoga kita semua puasanya lancar ya guys

Hijrah karna Nya( Allah) bukan karna DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang