Berlatar kehidupan keluarga kerajaan Inggris modern. Anastacia George, putri dari bangsawan kaya raya Phillip George mengira dirinya dinikahi pemilik gelar tertinggi di Distrik Morrison, Lord William Henry Barton The Duke of Morrison atas dasar cint...
Esok paginya di Royal Garden, festival musim dingin telah dimulai dan bisa dinikmati sepanjang hari. Kegiatan ini hanya diperuntukkan anggota kerajaan dan keluarga bangsawan karena lokasinya terletak di tanah keluarga Lord Barton yang merupakan keturunan terdekat dari Ratu Elisabeth. Royal Garden terletak cukup jauh dari kediaman Sang Duke, tapi dekat dengan kediaman Grand Duchess. Royal Garden awalnya adalah kebun pribadi yang dibuat untuk mengembangkan berbagai tanaman dan bunga yang ada di Inggris, kebanyakan adalah jenis yang bisa tetap hidup di empat musim. Di sisi lain terdapat juga tanah lapang dimana pada musim dingin tertutupi salju tebal. Kemudian tempat ini dibuka untuk keluarga bangsawan lain yang ingin berkunjung. Anak-anak serta orang dewasa bisa bermain lempar salju atau sekedar duduk di area santai yang sengaja disiapkan untuk meminum teh, di sinilah awal festival musim dingin diadakan.
Kesukaan Anne terhadap bunga dan tanaman membuatnya tidak pernah melewatkan festival setiap tahun. Namun Kattie tidak pernah bisa menemaninya pergi ke festival, kondisi tubuh Kattie sensitif jika terpapar hawa dingin terlalu lama. Sebelumnya, William senantiasa mendampingi Anne setiap mengikuti festival, namun kali ini tidak demikian. Anne membawa pendamping, pengurus rumah keluarga Anne yang telah mengabdi berpuluh-puluh tahun.
Mrs. Smith, wanita paruh baya dengan bobot tubuh yang gempal tidak kesulitan ketika membantu Anne membawakan ransel kamera, berjalan dari satu titik ke titik lain. Anne menyukai fotografi dan membuat tulisan tentang tanaman, ia tidak pernah melewatkan kesempatan mengunjungi kebun bahkan ketika berada di istana Sang Duke.
Tanaman dan bunga di Royal Garden ditempatkan di dalam ruangan khusus berbentuk rumah kaca agar bisa tetap bertahan hidup di suhu ekstrim musim dingin. Anne melangkah masuk ke rumah kaca tamanan bunga Amarylis. Setelah mengambil beberapa foto, Anne membungkuk mengamati bunga cantik yang tumbuh mekar di awal musim dingin. Menurut legenda, bunga Amarilis adalah kisah tragis cinta peri Amarilis kepada seorang gembala yang bertepuk sebelah tangan. Bunga amarilis berwarna merah yang amat disukai Anne melambangkan gairah dan cinta.
"Cantik sekali." Anne mengagumi bunga Amarylis berwarna merah yang menjulang tinggi menyerupai bunga lili. Aroma bunga bercampur udara sejuk di dalam ruangan. "Perjuangan peri Amarilis mengorbankan hatinya hingga darahnya menetesi tanah membuat bunga amarilis yang tumbuh berwarna semerah darah. Betapa indah cinta peri Amarilis."
"Ah, rupanya sang Lady menyukai jenis dongeng sebelum tidur."
Suara pria di belakangnya membuat Anne tersentak berdiri menghadap sosok menyebalkan yang sudah menyela kesenangannya. Andai saja ada hukum yang bisa menjerat Sang Duke, Anne tidak sabar membuat laporan atas sikap lancang Lord Barton. "Your Grace. saya tidak menyangka akan bertemu dengan Anda disini. Um, dimana Mrs. Smith?" Anne baru menyadari pendampingnya tidak ada disana.
Lord Barton berdiri dengan menyimpan tangan di belakang, lalu melangkah dengan tenang dan percaya diri ke depan Anne. Jubah kerajaan itu menyibak dengan angkuh."Tidak ada Mrs. Smith. Perempuan sepertimu berkeliaran sendirian di luar rumah tanpa pendamping."
Menyebalkan sekali, batin Anne. Pria itu membencinya jadi apapun yang dilakukannya tetap salah di mata Lord Barton. "Apa ada hal yang penting yang ingin Anda katakan? Kalau tidak, masih banyak yang harus saya lakukan dengan bunga dongeng ini."
Pria itu berdiri pada jarak yang aman, tapi entah mengapa dada Anne berdebar tidak karuan. Anne mengambil beberapa foto lagi ketika Lord Barton tidak juga bicara. Pria itu malah memandanginya dengan tatapan mengamati. "Tidak adakah hal lain yang bisa dikerjakan seorang Duke? Anda sungguh mengganggu konsentrasi saya, My Lord."
"Semakin lama memperhatikanmu, aku merasa seperti mengenalmu." Lord Barton mengamati wajah Anne lebih dekat.
Anne melangkah mundur karena jarak aman telah dilanggar Sang Duke, sambil merangkul kamera di pelukannya, Anne berdiri di sisi lain mempertahankan wilayah teritori yang hendak diduduki musuh. "Terus terang saya sudah tidak perduli Anda inget atau tidak, karena bunga dongeng ini jauh lebih penting saat ini." Anne mengemasi barang-barangnya. "Maafkan saya, My Lord. Sebaiknya saya pergi."
"Berhenti di tempatmu, Lady Anne. Ini perintah."
Anne menatap Lord Barton, menantangnya. "Meskipun hilang ingatan, kau tidak pernah berubah. Sejak dulu sikapmu menyebalkan seperti ini, aku tidak menyangka kau benar-benar akan menjadi Duke."
Lord Barton merenggut lengan Anne, matanya menjelajahi wajah Anne. "Siapa kau? Mengapa aku tidak bisa mengingatmu?"
Anne menelan ludah dengan gugup, bibirnya merekah hendak bersuara namun malah membasahi bibir. Akhirnya ia menemukan keberaniannya. "Lepaskan saya, My Lord. Jika tidak bisa mengingatnya maka lupakan saja."
"Katakan saja seberapa dekat kita dulu." desak Lord Barton.
Anne menggelengkan kepala. "Tidak ada yang perlu aku jelaskan. Urusi saja pernikahanmu, masa lalu diantara kita sudah tidak berarti."
Lord Barton masih menahan lengan Anne. "Ucapan tentang wanita simpanan tempo hari, maukah kau memaafkanku? Sikapku sangat buruk hari itu."
Lord Barton memperhatikan helaan nafas berat Anne. "Permintaan maaf diterima." Anne memaksakan senyumnya. "Saya permisi."
"Apa hubunganmu dengan Ethan Blake?"
"TIdak ada hubungannya dengan Anda, Yang Mulia Duke Morrison." Anne memandang jemari Sang Duke yang terjalin di lengannya. "Tolong lepaskan tangan saya, My Lord."
"Tidak sebelum kau menjawabnya." Lord Barton berkata dengan nada mendesis, pria itu mulai kesal.
Anne harus menjawab, Lord Barton bisa mengancam reputasinya jika berlama-lama dalam posisi berduaan seperti ini. Anne menatap lekat pria di hadapannya. "Ya, My Lord. Saya menyukai Lord Blake."
Jemari Lord Barton mengendur di lengannya. Sang Duke kemudian melangkah mundur dengan tangan menempel di dada. "Ucapanmu seperti pisau yang menusuk jantungku, Lady Anne". Lord Barton menatapnya tajam, ratusan pertanyaan yang tidak terjawab memenuhi pikiran pria itu.
Anne memalingkan muka, entah mengapa tatapan Lord Barton penuh belas kasih seolah berharap Anne menyambut uluran kasihnya. "Banyak hal telah berubah, My Lord. Takdir menyatukan kita sebagai teman. Jangan mengingatku lagi. Saya permisi."
Anne melarikan diri karena takut tidak sanggup menahan lebih lama, kenangan tentang Sir Albert masih lekat di dalam ingatan. Ia takut membuat pria itu mengingatnya kembali. Ia harus membuka hatinya kepada pria lain, membiarkan cinta yang lain mengisi hatinya.
Tapi entah mengapa pikiran tentang Lord Blake tidak bisa diterima hatinya. Ia telah jatuh cinta, jenis cinta yang tidak terbalas. YaTuhan, apa yang harus ia lakukan? Apa yang dirasakan peri Amarilis, ia bisa merasakannya juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.