Deodorant!!!

45 5 0
                                    


"Udah jam 12, sekarang kalian persiapkan untuk isoma, ya. Yang lagi halangan di kelas aja, jangan keluyuran.", perintah Deolinda pada semua adik bimbingannya, tak lupa menunjukkan senyuman manis khasnya.

"SIAP, KAK. TERIMAKASIH, KAK." ,serentak para peserta orientasi Gugus 8, yang setelah itu pergi meninggalkan kelas untuk shalat dzuhur.

Deolinda tersenyum dan melirik beberapa peserta perempuan yang tetap diam di bangkunya masing-masing, "Kalian bener pada halangan?"

"Iya, Kak."

"Jangan pada bohong,ya. Nanti di cek satu-satu, hahah." Canda Deolinda, sang kakak pembimbing yang ditanggapi tawaan dari adik-adik bimbingannya.

"Kakak lagi halangan juga?", Marissa, salah satu peserta orientasi yang duduk di bangku paling depan.

"Enggak, nanti juga ke Mesjid, kok. Nunggu kosong dulu, hehe."

"Aishhh, ckckck.", Marissa menggeleng dan berdecak seolah-olah kecewa dengan jawaban kakak pembimbingnya itu.

"Yeee, kan harus mendahulukan para adik-adik orientasi.", alibi Deolinda pada adik bimbingannya itu.

"Hilih, hahahah."

"Deodorant!!!", sapa seorang pemuda dari balik pintu mengejutkan para perempuan di kelas.

"Apasihhh, Di?!!!", respon Deolinda seolah-olah kesal tapi tak dapat menahan senyumannya.

"Kok gak shalat, sih? Lagi M, ya? Malesss~ ahahhahahahah", canda pemuda itu yang dibalas pukulan dari Deolinda. "Ehh eh ehhhh, sakit tauuu!", pemuda itu berusaha mengelak.

"Mending lo pergi deh! Shalat sana! Urusin tuh, adik-adik lo!", usir Deolinda pada pemuda itu.

"Iya iyaaa.", senyum pemuda itu mungkin pada Deolinda. Tapi matanya melirik pada adik orientasinya, Marissa, yang duduk di bangku depan.




...




"Marissa!", teriak seorang siswi dari belakang mengejutkan Marissa. "Lo Marissa, kan?", siswi itu pindah dari bangku belakang ke samping Marissa.

"Iya.", Marissa tersenyum, mengangguk membenarkan.

"Gue Clea.", siswi itu tersenyum ramah memperkenalkan dirinya.

"Iya, tau. Kan lo yang mimpin yel-yel tadi, hahah."

"Jangan gitu lah, malu gue."

"Hahah, kenapa? Lucu tau.", Marissa tertawa mengingat yel-yel gugusnya yang memang tidak jelas.

Clea hanya menanggapi dengan memajukan bibirnya, mengisyaratkan bahwa ia sedang kesal.

"Gak usah sok imut gitu deh! Hahah. Eh, btw, lo suka k-pop gak?"

"Sukakkk!", Clea mengangkat kelopak matanya dan berbinar kegirangan setelah mendengar pertanyaan itu.

"Oh ya?! Lo suka grup apa?, tanya Marissa lanjut yang juga merasa girang sekaligus terkejut dengan jawaban Clea.

"Emmm, gue gak terlalu tau semua grup, sih, tapi gue suka BTS sama Seventeen.", jawab Clea seakan itu adalah pertanyaan yang serius.

"Seventeen?! Wah! Sama dong! Gue juga suka Seventeen. Bias gue Vernon.", respon Marissa seakan menemukan belahan jiwanya.

"Whaaattt???! Sama dong! Bias gue juga Vernon. Ya, sebenernya yang gue tau cuma Vernon, sih. Gue baru jadi CARAT soalnya.", sambut Clea heboh yang juga menyebut nama fandom boygrup Seventeen.

"Oh, kalo gue udah hampir setahun jadi CARAT."

"Terus selain Seventeen, lo suka apa lagi?", kali ini Clea yang bertanya.

"Gue suka NCT sama EXO. Tapi itu dulu. Gue mulai berhenti jadi EXO-L sekarang."

"Loh? Kenapa?"

"Ya lo sebagai ARMY juga pasti paham lah. Jadi EXO-L atau ARMY tuh capek. Di mana-mana pasti war. Ada aja hal-hal sepele yang dijadiin bahan war. Muak gue lama-lama.", keluh Marissa pada akhirnya.

"Yes, bener tuh. Lo percaya gak sih, kemaren pas SMP, gue pernah dilabrak sama temen gue yang EXO-L gara-gara kasus Baekhyun. Mereka malah salahin gue, padahal gue sendiri gak tau Baekhyun ada kasus apaan.", adu Clea sambil melepaskan kekesalannya. "Ya udah, tuh. Dari situ, gue lepas jadi ARMY, terus gue jadiin Seventeen pelarian. Walau pada akhirnya, gue beneran jatuh hati pada Seventeen.", cerita Clea sambil memejamkan matanya sambil tersenyum menampakkan deretan giginya.

"Hilih, gak usah sok iye, deh. Cuma tau Vernon doang juga.", sindir Marissa sambil terkekeh becanda.

Clea mencebikkan bibirnya, "Terus kalo girlgrup, lo suka siapa?"

"Gue gak terlalu respect girlgrup, sih. Ya wajar aja, kan gue cewek, heheh. Tapi gue suka Krystal Jung. Kan gue kembarannya.", sombong Marissa merasa percaya diri.

"Krystal Jung dari mananya?! Lo sama bulu ketek Vernon aja, masih lebih menarik bulu ketek Vernon.", respon Clea sedikit kesal.







"You deserve to be someone's reality, not just another fairytale." –Alva Minette Paran

The Art of Eye Contact (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang