No. HP dan Ig

13 5 5
                                    

Marissa
Mal, ntar malem lo ke rumah gue yak!
Ada kejutan buat lo!

Nirmala
Ngapain?
Kejutan paan?
Lo aja yg ke rumah gw

Marissa
Yodah kalo lo gak mau
Ntar jga nyesel sendiri :p

Nirmala
Yodah
Bye!
:p

Marissa
Ahelah, mageran amat lo!
Cuma spasi satu rumah jga

Nirmala
Iyya iyyaaa
Bicing lo!

Marissa tersenyum puas membaca balasan akhir dari sahabat sekaligus tetangganya itu.















Malam itu, sekitar pukul 7, Nirmala melangkahkan kakinya ke luar pagar dengan amat berat. Sebenarnya ia terlalu malas untuk bertamu ke rumah sahabatnya. Tapi apalah daya,  sahabatnya itu akan menghebohkan satu komplek jika keinginannya tidak dituruti. 
Nirmala hanya bisa berpasrah, toh ia juga akan mendapat kejutan, katanya. “Marissaaa!!!”, teriak Nirmala di depan rumah Marissa.

“Masuk aja!!!”, teriak sang empunya dari dalam.

Nirmala membuka pagar merah itu, lalu berjalan kearah pintu yang sengaja tak ditutup, “Mekum.”

“Kumsalam. Sini deh!”, Marissa menepuk sofa ruang tamu di sebelahnya, lalu ia mengangkat layar handphonenya, menunjukkan pada Nirmala, “Liat, liat! Siapa nehhh?”, katanya sambil tersenyum mengerling.

“Kak Bimbim?”, tanya Nirmala sambil mengangkat sebelah alisnya.

“Ah! Kok lo gak excited, sih?”, kesal Marissa karena tak mendapat respon yang ia harapkan. “Impian lo pas SMP nih!”

“Tapi gue malah deket sama sepupunya."

“Iya juga sih. Siapa sih namanya? Rem, Ram…”, Marissa menatap langit-langit rumahnya, mencoba mengingat.

“Rama! Eh, kok  lo punya videonya Bimbim, sih?”, potong Nirmala segera.

“Dia jadi gueststar di proyek Bahasa Indonesia gue. Em, berarti lo punya nomernya si Bimbim dong?"

“Nomer sepupunya.”, balas Nirmala sekenanya.

“Ahelah, masa lo gak punya nomer si Bimbim sih? Kan lo calon sepupu iparnya.”

“Ngapain gue punya nomernya? Dia notis gue aja, enggak.”, kata Nirmala jadi merasa sendu sendiri. “Harusnya lo yang punya nomer dia. Kan kemaren dia bantuin proyek lo.”

“Nggak minta gue. Tengsin lah minta-minta nomer hape kakel, gini-gini juga harga diri gue tuh tinggi. Lo minta kek ke si Rama.”

“Buat apa?”

“Lo emang gak mau silahturahmi sama mantan calon gebetan? Sekalian bilangin ke dia kalo gue suka sama temennya, hahahaah.”, kata Marissa setengah serius, setengah becanda.

“Halah! Modus lo! Bilang aja lo mau memperalat gue.”, Nirmala  mendengus, menatap kelakuan sahabatnya ini. “Eh, emang lo beneran lagi suka cowok?”

“Ya iyalah! Gue ini cewek tulen, jangan macem-macem lo!”, jawab Marissa tak santai.

“Gue masih gak percaya aja, sih. Ternyata lo bisa jatuh cinta juga, hahah.”, kekeh Nirmala merasa bangga dengan perkembangan sahabatnya. “Emang dia orangnya kayak gimana sih?”, tanya Nirmala penasaran.

The Art of Eye Contact (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang