Frustasi

19 3 0
                                    

"Assalamu'alaikum", salam Marissa langsung menyelonong ke kamarnya. Ia terlalu malas untuk menyapa semua orang di rumah. Tubuhnya mendadak lesu, mengingat tatapan yang diberikan Bimbim tadi sore.

"Woy, kak!", panggil Junaid di depan pintu kamar Marissa yang tidak tertutup sepenuhnya.

"Weh! Lo apaan si?! Ini gue mau ganti baju! Kurang-kurangin lah kecabulan lo kalo di rumah!!", amuk Marissa refleks.

"Hus! Apaan sih?! Kok lo malah nge-gas? Pake ngatain gue lagi.", Junaid tak terima. "Nih, calon pacar lo dah acc ig.", sambungnya lagi, masih sedikit kesal.

"Hah?!", Marissa langsung memakai kembali seragamnya yang sudah setengah terlepas. "Mana? mana?!", ia membuka daun pintu kamarnya, melompat ke arah adiknya.

Junaid hanya bisa pasrah saat handphonenya ditarik oleh kakaknya.
"Eh, kok followersnya cuma tiga ratusan, sih? Postingannya cuma dua lagi.", Marissa berkomentar keheranan.

"Ya mana gue tau?", sahut Junaid tak begitu peduli.

"Kan gue kira followersnya bejibun gitu. Secara dia kan waketos.", Marissa menyelidiki akun itu, sambil setengah merasa heran, "Eh? Kok?"

"Apaan?"

"Iiiii, lucu banget.", puji Marissa pada salah satu foto yang membuat Junaid memandanginya jijik. "Liat deh! Mereka gokil banget, gak sih?", seru Marissa memperlihatkan layar handphone pada Junaid.

"Hah? Sape tuh? Pacarnya?", Junaid mendekatkan wajahnya ke layar handphone.

Marissa menarik layar handphone lagi, "Mantannya kali. Soalnya di sini juga ada foto item doang, terus nge-tag orang yang di foto sebelumnya. Kayaknya itu akun mantannya.", Marissa mulai berspekulasi.
"Sepertinya dia korban gamon."
Ucap Marissa dalam hati.

"Coba visit akunnya.", usul Junaid menunjuk ke akun—yang dicurigai—mantan Fadly.

Marissa lantas mengetuk akun itu, "Yahhh, diprivate jugak."

"Ya udah follow lagi."

"Gak usah lah. Lagian gue yakin seratus persen, kalo itu cuma mantannya."

"Cuih, pede amat lo! Sakit hati, tau rasa!"

"Dah ah, nih!", kata Marissa, menyerahkan handphone itu pada sang empunya.
Ia lantas melenggang pergi ke kamarnya.


...


Pagi ini, cuaca cukup mendung. Jalanan masih dibasahi sisa air hujan tadi malam. Marissa dengan sigap melangkahkan kaki ke arah sebuah rumah yang hanya terhalang satu rumah lain, rumah Nirmala.

"Assalamu'alaikum!!!", teriaknya tak santai tapi masih mengucap salam.

Munculah seorang gadis yang telah rapi memakai seragam, "Waalaikumsalam, ngapain lo ke sini? Kita kan beda sekolah.", jawab Nirmala santai sambil menyeruput teh hangat di tangannya.

"Heh! Lo itu bego atau tolol atau goblok?!", semprot Marissa langsung yang membuat Nirmala tersedak. "Lo tau gak?! Kemaren gue ketemu Bimbim! Dia ngeliatin gue aneh tau! Dan lo tau siapa yang udah bikin dia kayak gitu?! Temen gue sendiri!!!!!", frustasi Marissa pagi itu di depan rumah sahabatnya.

Nirmala hanya menatapnya datar, tak merasa iba, "Oh, ya bagus."

Marissa membelalakkan matanya, tangannya terulur seolah ingin mencekik gadis di depannya kini, "BAGUS DARI MANANYA BHAMBANX???!!!"

"Nama gue Nirmala, betewe."

"Ah!!! Tau lah! Biarin aja gue diliatin gitu. Bodoamat lah mereka mau ngapain.", pasrah Marissa pada akhirnya sambil menurunkan kedua lengannya.

"Santai elah, Mar. Kalo dia kayak gitu, berarti dia udah ngenalin lo. Bagus lah! Lo bisa dapetin Adi secepatnya.", ucap Nirmala masih sambil menyeruput teh hangatnya.

"Ya emang dia udah ngenalin gue, geblek! Udah ah! Gue mau berangkat sekolah. Bhayyy!", umpat Marissa sambil menghentakkan kakinya menjauh.


...


"Naf! Lo kenal Kak Fadly kan?", Marissa menghampiri meja Nafa di sela-sela waktu istirahat.

"Guenya sih kenal. Gak tau dianya."

"Em, lo tau dia punya pacar?", tanya Marissa mencoba menyelidiki.

"Dulu sih ada. Tapi gak tau sekarang. Kayaknya udah putus, sih.", informasi Nafa.

"Yes!" seru Marissa dalam hati. "Ohhh. Tapi kayaknya banyak ya yang suka dia."

"Gak tau. Kalo gue sih gak tertarik. Kenapa? Lo suka sama dia?", semprot Nafa yang membuat mata Marissa sedikit membulat.

"Hah? Enggak. Gue cuma penasaran.", elak Marissa mencoba mengontrol diri. Walaupun tentu saja sudah tertangkap Nafa. "Yaudah deh. Lo gak ngantin?"

Nafa menatap Marissa curiga sambil tersenyum miring, "Enggak. Gue udah nitip."

"O-oh. Kalo gitu gue balik ke bangku gue ya. Dah!", ucap Marissa, menjauh dari hadapan Nafa.












"I never thought anyone would ever make me smile, laugh, and capture my heart. And there's you."

The Art of Eye Contact (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang