BALKON

14 2 0
                                    

Hari ini para siswa kelas 10 pulang lebih akhir dari biasanya. Mereka mendapat bimbingan dari kakak-kakak ekskul Pramuka mengenai kegiatan kemah yang segera dilaksanakan. Begitu pula dengan anak-anak X IPS 1.

"Kalian tuh beruntung tau. Kakak pembimbingnya nggak ganti, tetep aja sama kita.", ujar Evan pada adik-adik bimbingannya yang memang sudah ia anggap keluarga.

"Hm, makanya kalian tuh harus rajin bersyukur. Jangan macem-macem sama kita.", Deolinda membenarkan.

Selain aktif di OSIS, Evan dan Deolinda memang anggota Pramuka. Berhubung mereka telah berhasil membimbing saat orientasi, panitia menjadikan mereka pembimbing lagi saat kemah. Selain itu, kerja sama mereka yang solid, dijadikan pertimbangan oleh para panitia.

"Sekarang kita bagi sangganya, ya.", ucap Deolinda pada adik-adik bimbingannya.

"Sangga apaan, kak?", celetuk Vino, salah satu siswa X IPS 1.

"Kelompok. Kalo di Pramuka namanya sangga.", jelas Evan sambil bersandar pada tembok dan melipat kedua tangannya di dada.

"Perempuan dibagi dua sangga, laki-laki satu sangga aja.", lanjut Deolinda mulai membagi.

"Dih, kok gak adil?", celetuk Vino lagi.

"Cewek kan jumlahnya lebih banyak. Ya bayangin aja, masa dua puluh orang mau tidur di satu tenda?", kata Deolinda memberikan alasan.

"Tapikan cowoknya juga ada enam belas. Apa bedanya?", balas Vino lagi, kali ini lebih sengak.

"Cowok tendanya lebih besar. Gak usah risau.", balas Evan dingin yang membuat Vino mengatupkan mulutnya.

Deolinda terkekeh melihat gerak-gerik Vino. Partnernya itu memang tidak bisa dilawan kalo sudah berubah menjadi es. "Dah, ya. Sekarang balik lagi. Di kelas ini, perempuan terbagi di sangga tiga puluh dua dan tiga puluh tiga. Laki-laki di sangga sebelas. Kita pilih ketua sangga sama wakilnya sekalian,ya.", Deolinda mengarahkan. "Siapa yang mau jadi ketua? Kalo bisa yang pernah ikut ekskul Pramuka."

"CLEA SAMA AILEEN!!!", tunjuk para siswi di kelas itu.

"Ogah ah! Gak bisa gue jadi ketua.", tolak Clea mentah.

"Nggak papa. Kan nanti bisa dibantu sama wakilnya.", ujar Deolinda menenangkan.

Clea hanya bisa mengerucutkan bibirnya, merasa tersudut.

"Laki-lakinya, siapa yang mau jadi ketua?", tanya Deolinda menatap siswa laki-laki di kelas itu.

"Vino aja lah! Dari tadi juga paling semangat nanggepin, hahah.", canda Aden sekaligus menyindir.

"Lah?! Ngapa jadi gua?!", elak Vino, merasa terkena boomerang.

"Udahlah lo aja. Ntar wakilnya si Aden!", celetuk Aksa asal, memancing kegaduhan antara Vino, Aden, dan beberapa siswa laki-laki. Walau pada akhirnya, mereka berdua hanya bisa pasrah dijadikan pasangan ketua dan wakilnya.

"Perempuannya gimana? Siapa yang mau jadi wakil?", suara Evan menghentikan keributan di kelas itu.

"MARISSA!!!", teriak beberapa siswi yang diikuti sebagian siswa.

"Apaan?! Gue ngerti Pramuka aja kagak.", elak Marissa, merasa dirinya tak tepat. "Elina aja! Dia kan anaknya mengayomi. Pas tuh dijadiin wakil!", usul Marissa meyakinkan kawan-kawannya.

"Marissa sama Elina. Kalian jadi wakil.", putus Deolinda membuat keduanya terbelalak.

"Kalian berenam harus siap ya! Pimpin sangga kalian sebaik mungkin!", tegas Evan membuat Marissa dan Elina tak bisa berontak.

"Sekarang bagi sangganya. Vino-Aden udah pasti di sangga sebelas. Sangga tiga dua siapa yang mau pegang?", tanya Deolinda.

"Aku aja, kak!", Aileen mengacungkan lengannya penuh semangat.

The Art of Eye Contact (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang