Dear, aku.
Sudah berapa lama waktu yang terlewati? Sudah berapa banyak luka yang kamu dapati? Sudah berapa kali kamu obati, namun tergores kembali?
Maaf, jika aku belum bisa menjagamu dengan baik. Maaf, jika aku belum bisa mewujudkan anganmu yang kamu tahu akan sia-sia. Jika saja detik ini aku dapat mengenyahkan pikiran itu, menghempas rasa jenuh, dan membungkam mulut-mulut tak berperasaan itu, aku tahu kamu dapat bertahan hingga saat ini.
Kamu kuat. Aku tahu itu.
Jangan mudah untuk menyerah. Teruslah melangkah, sekalipun hanya dengan merangkak. Singkirkan pikiran buruk itu, lepaskan! Jangan biarkan ia membelenggumu.
Kamu tahu? Masih ada setitik harapan dalam hati kecilku untuk dapat melengkungkan senyum. Karena, dari titik itu aku dapat membuat garis, sedangkan garis dapat dikembangkan menjadi bidang dan bentuk. Setelahnya adalah ruang. Aku masih ingin berharap dapat membuat ruang, di mana aku dapat diterima sebagai manusia yang layak untuk dicintai.
Aku hanya ingin bertanya satu hal padamu. Sudahkah kamu bahagia?
Edelweiss
02 May 2013"Sejujurnya aku ingin membencimu, Ed." Perempuan itu mencegah air matanya terjatuh. "Kamu pembohong besar. Kamu bahkan tidak dapat bertahan hingga saat ini. Kamu meninggalkanku dengan rasa penyesalan. Maafkan aku, Ed. Aku malu jika harus mengingat masa itu. Aku harap waktu bisa terulang kembali. Aku akan menemanimu, Ed. Aku janji."
Perempuan itu ingin terlihat kuat di tempatnya berdiri saat ini, ingin terlihat tegar ketika ia mengantar Edelweiss pergi. Namun, hati tidak dapat berbohong. Air mata mengalir deras. Tubuh gemetar. Darah pun berdesir.
Jari tangan lentiknya meremas surat yang selama ini Edelweiss simpan untuk dibaca di waktu yang tepat. Tapi takdir berkata lain. Tidak ada waktu yang tepat yang selama ini Edelweiss nanti.
"Jangan pergi, Ed. Aku tidak akan menyakitimu lagi. Kumohon..." Perempuan itu jatuh terduduk, tidak sanggup meratapi kebodohannya. Betapa menyedihkannya ia.
"Tidak apa, Estrilda. Tante tahu Ed adalah orang yang pemaaf. Ia tidak akan menyalahkanmu. Tidak seharusnya kamu terpuruk seperti ini. Tulisan itu tidak dimaksudkan untuk membuatmu merasa bersalah. Ia bahkan tidak mampu untuk membenci seseorang. Ed akan membenci dirinya sendiri karena memiliki banyak kekurangan hingga tidak dapat diterima oleh teman-temannya." Tante Belinda mencoba untuk menyusun kembali hati yang pecah itu.
"Maaf, tante. Aku bukan anak yang baik. Aku membuat Ed membunu--" kata itu tidak sanggup untuk dikeluarkan. Rasanya ada yang mencekik leher Estrilda hingga ia kesulitan untuk bernafas.
"Tidak apa. Kamu akan baik-baik saja. Terus melangkah ke depan. Jadikan peristiwa ini sebagai spion pembelajaran, agar kamu tidak lupa untuk terus mengasihani dan menjaga lisan untuk tetap bertutur kata yang baik. Tante yakin kamu adalah anak yang baik." Tante Belinda tersenyum hangat. Estrilda tidak habis pikir, untuk seseorang yang sedang kehilangan, Tante Belinda tetap tabah walau pikiran dan hati sedang berkecamuk.
Maaf, tante... Maaf, Edelweiss.
***
Terimakasih sudah menikmati. Kalau tidak nikmat, silahkan kasih kutjing ;)-🌠
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi
Historia Cortawe write based on our thought and turn it into a story. follow the journey in our imaginary world. written in bahasa and english. updating every wednesday and saturday. start at May 16th 2019.